Thursday, February 13, 2014

Motivator vs Inspirator


Sepanjang hari si penjual balon itu ada di taman tersebut, tiba-tiba ia menyadari ada seorang anak kecil yang menyaksikannya. Lantas si anak kecil itupun bertanya, “Pak, dari semua balon warna warni itu apakah balon berwarna hitam juga akan terbang ke angkasa?”

Lantas,  dengan tersenyum si bapak itupun berkata, “Nak. Masalahnya bukan terletak pada warna balonnya, tapi pada isi balon. Itulah yang membuatnya bisa terbang ke angkasa!”

Memang pembaca, saat ini kita melihat menjamurnya para motivator. Di satu sisi ini merupakan suatu berita baik di mana individu serta organisasi mulai menyadari arti pentingnya motivasi dalam bekerja. Bisa jadi, perusahaan mulai menyadari bahwa kemampuan teknis saja tanpa motivasi yang cukup, tidak bisa membawa kita kemanapun. Tak mengherankan, jika bermunculan orang-orang yang menyebut dirinya motivator.

Tetapi, baru-baru ini, saya di-interview oleh suatu majalah. Saat itupun, saya ditanya, “Jadi bapak adalah seorang motivator?” Saya pun menjawabnya begini, “Kalau ditanya apa yang saya lakukan setiap hari, memang kerjanya mirip dengan motivator. Tapi saya sendiri lebih suka menyebut diri ‘inspirator’ daripada ‘motivator’.” Si pewawancara itupun menjadi bingung tapi kemudian menjadi paham, setelah saya jelaskan

PERBEDAAN MOTIVATOR DAN INSPIRATOR

Dilihat dari asal katanya, motivasi berasal dari kata ‘movere’ yang berarti menggerakkan. Lantas jika dimaknai lebih lanjut, motivasi berarti pemberian motif atau pun sesuatu yang dapat menimbulkan dorongan melakukan sesuatu. Sekarang, bandingkanlah dengan kata ‘inspirasi’. Sebenarnya sih, jika diperhatikan, pengertian kata ‘inspirasi’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia juga nyaris sama yakni: ‘petunjuk Tuhan yang timbul dalam hati’ atau ‘sesuatu yang menggerakkan hati untuk mencipta’.

Jadi, sebenarnya jika diperhatikan baik istilah inspirasi maupun motivasi sama-sama menjadi sumber yang menggerakkan orang untuk bertindak. Hanya saja, terkadang istilah motivasi seringkali dikaitkan dengan sesuatu yang sifatnya eksternal, atau dengan kata lain motif atau sumber pendorongnya adalah sesuatu yang berasal ‘dari luar’. Dengan demikian, motivasi seringkali dikaitkan dengan motif-motif luar yang menggerakkan Anda untuk bertindak. Misalkan saja, uang, popularitas, paksaan dari luar, dan lain-lain.

Sebaliknya, istilah inspirasi lebih banyak saya kaitkan dengan sumber motivasi yang bersifat internal. Sesuatu yang membuat kita tersadar, yang akhirnya membuat kita tergerak untuk melakukan sesuatu. Itulah inspirasi.

Karena pengertian istilah itulah, saya sendiri lebih menyukai istilah ‘inspirator’ ketimbang menggunakan istilah ‘motivator’. Pengertian inspirator mengandung makna bahwa sebenarnya Anda sendirilah ‘bara’-nya. Tugas seorang inspirator adalah menggugah Anda sehingga mampu menyalakan kembali bara api yang telah redup dalam diri Anda.

Menjadi motivator akan terasa capek sekali. Ini mirip seperti yang pernah diutarakan oleh salah satu penelpon acara Smart Emotion saya di radio. Ia mengatakan, “Sebagai pimpinan, saya kadang merasa capek sekali harus terus-menerus memotivasi anak buah saya. Setelah dimotivasi, mereka bekerja bagus, tetapi beberapa saat kemudian motivasi mereka melemah kembali”.

Dan memang begitulah isu penting dalam memotivasi. Biasanya, oleh karena sifatnya yang berasal dari luar (eksternal), motivasi akan bekerja selama pihak motivatornya masih ada. Tapi, tatkala tidak ada lagi faktor motivatornya, maka motivasi itupun lama-kelamaan menjadi redup.

*) Anthony Dio Martin adalah trainer, inspirator, penulis buku-buku bestseller, bisa diakses di www.hrexcellency.com

http://manajemen.bisnis.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts