Monday, February 17, 2014
Safir Senduk
Nama Lengkap : Safir Senduk
Alias : Safir
Agama : Islam
Tempat Lahir : Jakarta
Tanggal Lahir : Rabu, 19 Desember 1973
Zodiac : Sagittarius
Hobby : Membaca | Menulis
Warga Negara : Indonesia
Safir Senduk adalah seorang penulis dan konsultan keuangan berkebangsaan Indonesia. Ia telah menulis tidak kurang dari lima judul buku seputar topik perencanaan keuangan. Bukunya yang berjudul Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya? menjadi salah satu buku best seller dengan penjualan lebih dari 30.000 eksemplar. Pada 1998 ia mendirikan Biro Perencanaan Keuangan Safir Senduk & Rekan
Safir Senduk awal mula dikenal pada tahun 1998 saat dirinya dan beberapa rekan mendirikan sebuah kantor konsultan keuangan bernama Safir Senduk & Rekan. Bermula dari tujuan memberikan edukasi tentang keuangan keluarga dan membantu masyarakat dalam membuat perencanaan keuangan, kantor yang sering dijuluki dengan SSR ini dibentuk.
Sejak SSR dibentuk namanya semakin meroket tatkala sebuah buku Seri Perencanaan Keuangan Keluarga -yang ditulisnya- pertama di Indonesia terbit. Namanya semakin banyak dikenal publik manakala dirinya banyak mengisi seminar, pelatihan, dan sejumlah acara di media TV dan radio.
Pria kelahiran Jakarta, 19 Desember 1973 ini mengaku bahwa ilmu perencanaan keuangan didapat secara otodidak dari hasil membaca banyak buku.
Berpindah dari satu buku ke buku yang lain menjadikan Safir, begitu pria ini akrab dipanggil, paham dan mulai mempraktekkan ilmu yang didapat. Bungsu dari empat bersaudara ini mengungkapkan bahwa dirinya membaca banyak buku mengenai ilmu perencanaan keuangan hanya sebagai materi tambahan yang tak pernah didapatnya semasa kuliah.
Safir bertutur, kesuksesannya kini tidak serta merta ia dapatkan sekejap mata. Ia harus menempuh banyak cara agar klien yang dijumpainya yakin dan bersedia menggunakan jasa yang ditawarkan. Bermodalkan sebuah komputer dan telepon yang ada saat itu, Safir memulai membuka kantor SSR didampingi beberapa rekan.
Semula kantor SSR hanyalah kantor biasa yang tempatnya menumpang di rumah salah satu kakak Safir yang ada di kawasan Bintaro. Perlahan namun pasti, Safir memulai karirnya dengan cara menuliskan opini mengenai Dollar yang bergejolak sekaligus menawarkan mengenai jasa perencanaan keuangan yang ia miliki.
Motivator yang juga penulis dari sepuluh buku best seller ini mengaku bersyukur atas apa yang ia capai sampai saat ini. Ia tak pernah menyangka hasil membaca beragam buku dapat mengantarkannya ke jenjang karir yang tinggi.
Jika Anda mendengar profesi Perencana Keuangan pada beberapa tahun yang lalu, mungkin akan terdengar asing. Tak heran memang, karena pada saat itu profesi seorang Perencana Keuangan bukanlah sebuah profesi yang banyak beredar di Indonesia. Kala itu, orang tidak akan pernah mendengar adanya profesi perencana keuangan di tanah air. Namun, saat ini profesi perencana keuangan justru banyak terdengar berkat kehadiran Safir Senduk. Ia kini menjadi sosok eksekutif yang mampu menampilkan sebuah profesi perencana keuangan di antara masyarakat. Berkat Safir pula, masyarakat menjadi tersadar akan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik dan benar.
Mungkin bagi sebagian orang, nama Safir Senduk bukanlah nama yang familiar didengar. Tapi lain halnya dengan orang-orang yang menyukai buku-buku karangannya. Nama Safir Senduk akan selalu dikait-kaitkan dengan profesi perencana keuangan. Dengan bersemangat, Safir pun menceritakan awal perjalanan karirnya hingga sekarang. Meski kelelahan setelah beraktivitas selama seharian penuh, pria asli Manado ini justru terlihat segar ketika berbincang dengan Realita.
Pengaruh Sang Ayah. Safir ternyata bukanlah pria yang memiliki banyak kelebihan dalam sisi pribadinya. Masa kecilnya ia habiskan layaknya anak-anak kecil pada umumnya. Namun kepergian Ibunda Safir ketika Safir masih duduk di bangku kelas 4 SD, cukup membuat kehidupannya goyah. Meski begitu, Safir masih memiliki tiga kakak kandung yang selalu siap membimbingnya. Selain itu kehadiran ayah kandungnya yang selalu menemani, membuat kehidupan Safir berputar kembali. “Saya dulu paling dekat dengan ayah saya,” kenang Safir. Kepergian ibu kandungnya, Siti Hayinah Oesman, membuat Safir menjadi lebih dekat dengan sang ayah, N. A. Senduk. Kedekatan inilah yang memberikan pengaruh besar terhadap karir Safir.
“Dulu ayah saya bekerja di BDN (Bank Dagang Negara-Red) yang sekarang sudah merger menjadi Bank Mandiri,” aku Safir. Sang ayah memang bergelut di dunia perbankan selama hampir 35 tahun. Tak ayal, sang ayah memberikan pengaruh besar terhadap pilihan karir Safir. Ia mengaku bahwa dirinya kerap berkunjung ke bank tempat ayahnya bekerja. Sehingga, dunia perbankan sudah tidak asing lagi bagi Safir. Ia menjadi akrab dengan perilaku bank dalam menghadapi customernya. Dari situlah ia banyak belajar bagaimana menghadapi klien.
Profesi NA Senduk, sang ayah, di dunia perbankan membuat Safir memilih untuk mengambil studi tentang ekonomi perbankan di STIE I/BMI (Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi-Institut Bisnis Manajemen Indonesia). Safir mulai menempuh pendidikan formalnya sejak tahun 1992 hingga 1997. Selama menempuh bangku kuliah, Safir juga menyempatkan diri untuk bekerja sampingan. “Saya sambil kuliah, juga kerja sama orang di bagian keuangan,” ungkap Safir.
Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya tersebut, Safir tidak langsung bergelut dengan ilmu perencanaan keuangan. Ia baru belajar tentang dunia perencanaan keuangan sekitar tahun 1994, pada waktu masih kuliah sambil bekerja. Itupun dipelajarinya secara otodidak. “Saya lebih banyak belajar dari buku-buku,” ungkap Safir. Bahkan ia mengaku kali pertama ia tertarik untuk belajar perencanaan keuangan setelah membaca buku. “Saya lupa judul dan pengarangnya, tapi sejak saat itu saya tertarik terjun di dunia perencanaan keuangan,” imbuhnya.
Safir mengaku bahwa ia tertarik terhadap perencanaan keuangan karena di masa kuliahnya, iajustru tidak mendapatkan pengetahuan semacam itu. Baginya, sangatlah jarang mempelajari keuangan untuk pribadi seseorang dan bukan dalam skala besar. Selama empat tahun, Safir belajar secara otodidak. Dari satu judul buku ke judul buku lainnya, ia mengambil berbagai macam pelajaran mengenai perencanaan keuangan. Pengetahuannya menjadi bertambah setelah membaca puluhan judul buku. Ia menganggapnya sebagai kuliah saja.
Temukan Hidup di Perencanaan Keuangan. Safir kemudian sadar bahwa ia telah menemukan dunianya sendiri, dunia yang penuh dengan berbagai perencanaan dan pengaturan keuangan keluarga dan perorangan. Setahun setelah membaca dan mempelajari tentang perencana keuangan, Safir memutuskan untuk membuka profesi perencana keuangan di Indonesia. Sekitar tahun 1998, ia memutuskan untuk membuka kantor perencanaan keuangan yang diberi nama Safir Senduk & Rekan. Ternyata ilmu yang didapat Safir sangat berguna. Terbukti, ia kerap dipanggil untuk menjadi pembicara di berbagai acara seminar keuangan. Hanya berbekal pengetahuannya dari buku, ia akhirnya mampu menjadi pembicara di acara seminar.
Pada pertengahan tahun yang sama, Safir akhirnya memberanikan diri untuk mendirikan sebuah perusahaan yang diberi nama Safir Senduk & Rekan, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan perencanaan keuangan. “Saya dulu hanya bermodalkan komputer bekas kuliah saya dan telepon saja,” kenang bungsu dari 4 bersaudara ini. Bahkan untuk kantor saja, ia harus menumpang di rumah salah satu kakaknya di daerah Bintaro. Ia memang terbilang nekad. Tanpa modal yang cukup besar, ia berani untuk mendirikan perusahaan dan berusaha untuk mencari klien untuk dilayaninya.
Kesuksesan Safir tidak serta merta menghampiri karir Safir. Ia harus bersusah payah mencari dan meyakinkan kliennya agar mau menggunakan jasa perencanaan keuangan yang ia tawarkan. Pada awal berdirinya perusahaan tersebut, dari 10 klien yang ia telepon setiap harinya, hanya 2 atau 3 orang yang mau bertemu langsung dengan Safir. Itupun tidak semuanya lantas mau menggunakan pelayanan jasa perencanaan keuangan yang ia tawarkan. “Hanya satu orang yang mau menjadi klien,” ujar pria yang masa kecilnya dihabiskan di kota Manado ini. Namun, kegigihan Safir tak hanya berhenti sampai di situ saja. Ia tetap berusaha untuk mencari klien sebanyak-banyaknya.
Usaha dan kerja keras Safir akhirnya membuahkan hasil. Seiring dengan berjalannya waktu, Safir mampu meningkatkan jumlah klien yang menjadi pelanggannya. Hal itu juga berkat strategi yang diterapkan oleh Safir. Pria kelahiran 19 desember 1973 ini ternyata juga melakukan kegiatan promosi produk layanannya. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan membuat tulisan di media cetak. “Pertama kali saya menulis itu di majalah Tiara,” kenang Safir. Topik yang diangkat pada tulisan pertamanya tersebut adalah mengenai gejolak Dollar yang pada tahun 1998 silam mengalami peningkatan nilai. ‘Kiat Menyiasati kenaikan harga Dolar’ menjadi judul pada tulisan pertama Safir. Tak disangka, banyak orang yang menyukai tulisan Safir itu.
Berkat tulisannya, klien yang berdatangan ke kantor Safir semakin banyak. Dengan banyaknya tulisan yang ia buat di media cetak, penerbit Elex Media Komputindo pun kemudian mengontak Safir untuk membuat buku tentang perencanaan keuangan. Safir pun sepakat untuk menulis buku. Tahun 1999, safir menerbitkan dua buku pertamanya. Dan hingga saat ini, Safir telah menelurkan 8 judul buku seputar perencanaan keuangan.
Libatkan Istri dalam Perusahaan. Suksesnya buku-buku karangan Safir ternyata membuat salah satu tabloid terkemuka ibukota menariknya sebagai penulis tetap di tabloid tersebut.
Maka, sejak Maret 2000 Safir menjadi pengasuh sekaligus penulis segala macam artikel tentang perencanaan keuangan. Semenjak aktif di tabloid itu pula, nama Safir kemudian meroket sebagai seorang perencana keuangan yang handal. Kini, Safir sudah tidak terjun langsung menangani klien di kantornya. “Saya sekarang lebih banyak menangani seminar-seminar saja,” aku Safir. Itu dikarenakan saat ini Safir telah memiliki 3 orang perencana keuangan yang mampu menangani klien-klien yang berdatangan. Meski begitu, kantor Perencanaan Keuangan masih tetap dimiliki oleh Safir Senduk secara total.
Di perusahaannya pula, Safir melibatkan sang istri, Erry Kurniawati untuk ikut serta terlibat di dalam perusahaan sebagai manager business. “Saat ini istri saya sedang ke luar kota untuk urusan pekerjaan,” ungkap Safir yang bertemu dengan sang istri ketika sedang menawarkan jasa pelayanan perencanaan keuangan. Belum hadirnya buah hati sejak pernikahannya pada tahun 2000 lalu, membuat pasangan ini lebih fokus di pekerjaan. Walaupun begitu, mereka berharap nantinya kehadiran anak akan membuat kehidupan pasangan muda ini lebih berwarna. Bersama istri dan rekan-rekannya, ia berusaha untuk membangun perencana keuangan sebagai salah satu profesi yang cukup prestise. Safir juga berharap masyarakat Indonesia lebih concern terhadap perencanaan keuangan. Fajar
Safir memang dikenal sebagai perencana keuangan bagi pihak lain. Ia kerap memberikan saran bagaimana mengelola keuangan yang baik dan benar. Namun, ternyata Safir juga tidak melulu menerapkan perencanaan keuangan dengan baik. “Saya hanya manusia biasa, jadi saya tidak 100% menjalankannya,” kilah Safir. Meski begitu, dibandingkan dengan orang yang tidak mengerti perencanaan keuangan, Safir mengaku bahwa ia tentu menjalankan perencanaan keuangan lebih besar. Ia menyamakan profesi seorang perencana keuangan dengan seorang dokter. Menurutnya, dokter tentu ada juga yang merokok padahal merokok itu tidak baik bagi kesehatan. Meski begitu, belum tentu pasiennya akan menjadi enggan berobat kepada dokter tersebut. Menurut Safir sama halnya dengan seorang perencana keuangan yang belum tentu menerapkan perencanaan keuangan secara keseluruhan.
Menurutnya pula, profesi dokter dan perencanaan keuangan juga hampir sama. “Dibayar berdasarkan pengetahuan yang dimiliki,” ungkapnya singkat.
Di dalam keluarganya, Safir memang seringkali menerapkan perencanaan terhadap keuangan keluarga. Akan tetapi, tetap saja ada faktor lain yang menghambat perencanaan tersebut. “Sering tergoda,” ungkapnya. Safir memang kerap tergoda untuk membelanjakan sebagian uangnya untuk membeli perangkat-perangkat gadget canggih.
Bagi Safir, itu memang wajar. Tetapi, perencanaan keuangan tidaklah selalu erat kaitannya dengan bersikap hemat. “Jangan samakan perencanaan keuangan itu dengan sikap hemat,” imbuhnya. Safir menyarankan setiap orang boleh saja bersikap boros asalkan ada pendapatan yang disisihkan untuk tabungan. Meski demikian, Safir berusaha untuk menjalankan perencanaan keuangan secara total. Fajar
Sejak terjun di dunia perencanaan keuangan, Safir merasa bahwa ia telah menemukan dunianya. Meski demikian, ia sempat memiliki cita-cita yang jauh berbeda dengan apa yang ia dapatkan saat ini. “Dulu saya bercita-cita menjadi pesulap,” aku Safir sembari tertawa riang. Cita-citanya seringkali berubah dari waktu ke waktu. Bahkan pada saat ia duduk di bangku SMA, Safir pernah ingin menjadi seorang pengusaha. Namun, perjalanan karir safir ternyata lebih cocok di bidang keuangan. “Saya tidak akan pindah ke bidang lain,” ujar Safir. Rasa sukses juga ia rasakan dalam hal karir, namun terkadang Safir juga tidak memperoleh kesuksesan dalam bidang lain. Meski demikian, ia tetap mensyukuri apapun yang telah ia dapatkan.
Ada satu hal yang membuat Safir merasa nyaman berada di dunia perencanaan keuangan. “Saya merasa senang bertemu dengan orang-orang baru,” ungkap Safir. Dengan begitu, ia mendapatkan berbagai macam pengalaman yang berharga. Tak dinyana, Safir memiliki idealisme yang cukup tinggi. “Saya ingin masyarakat Indonesia banyak yang disentuh dengan topik-topik perencanaan keuangan,” harap suami dari Erry Kurniawati ini. Ia juga sadar bahwa ia tidak mungkin mencapai idealisme tersebut hanya seorang diri. “Saya harus melakukannya dengan bantuan orang lain,” tutur pria yang memiliki hobi membaca buku ini.
Sukses dengan buku ‘Siapa Bilang Menjadi Karyawan Nggak Bisa Kaya’ dan ‘Buka Usaha Nggak Kaya, Percuma!’ tidak membuat Safir berhenti berkarya. Rencananya Safir akan menelurkan lagi judul-judul bukunya sehingga total judul buku yang dihasilkannya menjadi 15 buku. “Saya percaya dengan 15 judul buku, akan lebih banyak lagi masyarakat yang tersentuh topik perencanaan keuangan,” tutur Safir. Ia juga menginginkan lebih banyak lagi mengenal perencana keuangan lainnya.
Meski disibukkan dengan pekerjaannya, Safir tetap dapat meluangkan waktunya bersama sang istri, yang juga aktif di perusahaan Safir Senduk dan Rekan. Untuk hobinya di bidang fotografi, Safir selalu berusaha untuk meluangkan waktunya. “Saya suka foto pemandangan,” aku safir. Tak heran, selain koleksi buku-buku, Safir juga memiliki kamera yang biasa digunakan untuk mengabadikan foto-foto pemandangan setiap kali bepergian.
Siapa sangka kalau seorang Perencana Keuangan seperti Safir Senduk ternyata suka menabung di botol bekas selai roti. Setiap pagi, Safir selalu memasukkan uang Rp 100.000 ke dalam celengannya itu. “Kalau tidak pagi hari, bisa lupa," ujar Safir. Dan jika kebetulan harus pergi ke luar kota, Safir melakukannya sehari sebelumnya. Kebiasaan aneh ini sudah dilakoni Safir sejak tiga tahun terakhir hingga kini. Hal tersebut dilakukan Safir tak lain untuk selalu mengingatkan dirinya akan pentingnya menabung. Oleh karena itu, dengan bermodalkan botol bekas selai roti, Safir memupuk kebiasaannya untuk selalu menabung.
Ternyata Safir tidak hanya punya satu celengan. Ada satu celengan lagi yang khusus digunakan untuk menampung uang kembalian. Tiap celengan memang memiliki tujuan masing-masing. Yang berisi pecahan besar (Rp. 100.000), sebulan sekali dikosongkan. Uang yang sudah terkumpul, dimasukkan ke reksa dana. “Tapi, uang dalam celengan tersebut tidak boleh diambil-ambil,” kata Safir.
Adapun uang yang di celengan satunya lagi yang berupa sisa-sisa kembalian, bisa diambil kapan saja. Seperti misalnya kalau mau membeli sayuran atau kebutuhan kecil lainnya, ya tinggal mengambil dari celengan tersebut.
Safir mengaku akan terus berusaha untuk mempertahankan kebiasaannya tersebut. Perihal dipilihnya wadah botol bekas selai roti ternyata juga memiliki alasan tersendiri. “Saya senang melihat uang yang ada di dalamnya,” gurau Safir. Fajar
Bagi Anda yang menginginkan keuangan pribadi dan keluarga Anda tertata dengan baik, maka sebaiknya Anda mengikuti beberapa saran yang diberikan oleh Safir Senduk:
Pastikanlah Anda memiliki simpanan atau aset. Karena kaya atau tidaknya seseorang tidak dilihat dari jumlah uang yang diterima setiap bulan, melainkan dari asset atau simpanan yang dimilikinya. Kalau tidak bisa menabung, jangan menabung itu dijadikan sebagai prioritas terakhir, tapi jadikan sebagai prioritas utama.
Contohnya : jika Anda memiliki penghasilan Rp 2 juta per bulan, maka Anda sebaiknya menyisihkan uang tabungan misalnya Rp 300 ribu ketika Anda pertama kali memperoleh gaji tersebut, sedangkan sisanya boleh saja dihabiskan. Asalkan uang Rp 300 ribu tersebut tidak diganggu gugat.
Berhati-hatilah dengan pengeluaran. Biasanya, orang dengan pengeluaran yang besar akan sulit untuk turun. Namun, orang dengan pengeluaran yang kecil akan mudah untuk naik. Pengeluaran yang diatur akan membuat jumlah tabungan menjadi lebih banyak.
Milikilah proteksi atau asuransi. Banyak orang yang memiliki uang banyak atau asset yang banyak, tapi ketika terjadi sesuatu, maka habislah itu semua karena tidak memiliki asuransi. Kalau dia memiliki asuransi, kalau terjadi sesuatu musibah, maka ia dapat membebankan kerugian tersebut kepada pihak ketiga.
Siapkan masa depan. Buatlah rencana yang matang terhadap masa depan Anda. Banyak orang yang hidupnya mengalir seperti air. Akibatnya, mereka tidak menyadari bahwa umur mereka telah bertambah. Tapi dengan keadaan yang masih tetap sama dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, sebaiknya buatlah rencana masa depan Anda dengan sebaik-baiknya, beserta langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai target tersebut di masa depan.
PENDIDIKAN
STIE IBMI, Jakarta, 1992-1997
SMA Negeri 82, Jakarta, 1989-1992
SMP Islam Al-Azhar (Pusat), Jakarta, 1986-1989
SD Islam Al-Azhar (Pusat), Jakarta, 1980-1986
TK Persit Chandra Kirana, Manado, 1978-1980
KARIR
Perencana Keuangan, Safir Senduk & Rekan, Jakarta, sejak tahun 1998
Kepala Bagian Keuangan, PT. Citra Layar Berkembang, Jakarta, 1996-1997
Kepala Bagian Keuangan, PT. Tosamira Pribadi, Jakarta, 1994-1996
Staf Keuangan, PT. Malesix Linggala, Jakarta, 1993-1994
Staf Keuangan, PT. Ata Kharisma, Jakarta, 1992-1993
PENGHARGAAN
Buku:
Kena Tipu Partner Usaha, Emang Enak?, 2009
Karyawan Harus Nabung biar Makmur, 2008
Buka Usaha Nggak Kaya? Percuma..!, 2006
Siapa Bilang karyawan Nggak Bisa Kaya?, 2005
Mencari Penghasilan Tambahan, 2004
Mengatur Pengeluaran Secara Bijak, 2001
Mengelola Keuangan Keluarga, 2000
Mengantisipasi Resiko, 1999
Merancang Program Pensiun, 1999
Mempersiapkan Dana Pensiunan Anak, 1999
SOCIAL MEDIA
www.perencanakeuangan.com
https://www.facebook.com/pages/Safir-Senduk
www.twitter.com/SafirSenduk
Sumber :
http://id.wikipedia.org
http://profil.merdeka.com
http://fajar-aryanto.blogspot.com
Labels:
Kisah Sukses,
Konsultan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Pernah mendengar ungkapan, "Today is the first day of the rest of your life"? Ya, gunakan kesempatan ini untuk mengusung karier...
-
Membentuk masyarakat yang sadar terhadap perubahan iklim, berarti akan memahami pentingnya menjaga wilayah laut dan pesisir. Hal itu akan te...
-
Jadi Korban Gosip di Kantor? Ini 6 Cara Menghadapinya Percaya atau enggak, gosip kantor menciptakan lingkungan yang enggak sehat bagi karyaw...
-
Hasil survei pada situs ECC UGM menunjukkan 55,4% pencari kerja fresh graduate memiliki ekspektasi gaji di atas Rp 5 juta jika bekerja di...
-
Konsultan bekerja tidak sendirian untuk itu konsultan harus bekerja bagus dalam tim. Proses brainstorming juga jelas melibatkan peer kita...
No comments:
Post a Comment