Thursday, February 20, 2014
Bedanya Coach, Motivator, dan Konsultan
Seorang motivator umumnya berbicara di dalam kelas-kelas seminar yang jumlah pesertanya banyak. Karena itu, pendekatan yang dilakukan seorang motivator lebih global, satu solusi (baca: motivasi) yang bisa diaplikasikan untuk berbagai masalah sejenis.
Sedangkan coach itu one on one, satu coach untuk satu klien, Kalaupun ada group coaching, jumlahnya kecil dan spesifik. Menurut Tjia Irawan, Senior Coach di CoachingMedia Solution, coaching memandang setiap manusia itu unik. “Tiap manusia pasti berbeda. Sumber daya dan kekhasannya pasti berbeda. Coaching menggali keunikan dari masing-masing pribadi untuk membuat mereka mampu mencapai impiannya.”
Beda lagi dengan konsultan. Coach Tjia membuat perumpamaan, konsultan itu bak juru masak restoran. “Kita sebagai pengunjung restoran disodorkan daftar menu. Kemudian kita pesan menu yang sesuai dengan keinginan. Yang masak koki. Ketika mateng, diberikan pada kita untuk kita nikmati.”
Jika sebuah perusahaan mempunyai permasalahan atau sasaran tertentu, kemudian menyewa konsultan untuk membenahi atau membuat perusahaan itu mencapai targetnya, maka sang konsultan akan “mengolah dan memasak” semua permasalahan yang ada di perusahaan itu menjadi sebuah hidangan enak untuk disajikan pada kliennya. “’Pahlawannya’ adalah sang konsultan,” kata Coach Tjia. Sedangkan dari sudut pandang coaching, klien adalah “pahlawan”-nya.
Senada dengan itu, Coach Margetty Irawan, coach sekaligus pemilik Smart Business Coaching Firm menjelaskan, konsultan akan lebih banyak memberikan tutorial dan pengajaran kepada klien. Hal itu karena konsultan adalah orang yang ahli di bidangnya, seperti konsultan pajak, konsultan keuangan, atau konsultan di bidang sumber daya manusia.
Kalau begitu, bagaimana seorang coach yang tak berlatar belakang perbankan, misalnya, memberikan coaching bagi seorang eksekutif perbankan? Pertanyaan serupa pernah ditanyakan kepada Coach Getty. Menurut dia, yang dilakukan dalam program coaching bukan mengulas bisnis tersebut secara teknis, tapi bagaimana si klien melihat bisnisnya dari kacamata dia sendiri. Seorang coach akan lebih banyak bertanya daripada memberitahu dan mengajar. “Telling (memberitahu) lebih banyak dilakukan oleh konsultan, karena konsultan lebih banyak ngajarin seorang pebisnis, supaya mengerti ilmu yang harus mereka miliki di bisnis,”
Tak jarang, orang salah menafsirkan coach sebagai konsultan. Menurut pengalaman Coach Getty, mereka yang belum tahu apa itu coaching baru bisa merasakan bedanya ketika berada di program coaching. “Seorang coach bukan mengajari mereka 100%. Edukasinya hanya 20%, dan 80%-nya adalah implementasi ilmu yang mereka punya untuk memaksimalkan karier atau bisnis miliknya.
Sumber :
http://intisari-online.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Pernah mendengar ungkapan, "Today is the first day of the rest of your life"? Ya, gunakan kesempatan ini untuk mengusung karier...
-
Membentuk masyarakat yang sadar terhadap perubahan iklim, berarti akan memahami pentingnya menjaga wilayah laut dan pesisir. Hal itu akan te...
-
Jadi Korban Gosip di Kantor? Ini 6 Cara Menghadapinya Percaya atau enggak, gosip kantor menciptakan lingkungan yang enggak sehat bagi karyaw...
-
Hasil survei pada situs ECC UGM menunjukkan 55,4% pencari kerja fresh graduate memiliki ekspektasi gaji di atas Rp 5 juta jika bekerja di...
-
Konsultan bekerja tidak sendirian untuk itu konsultan harus bekerja bagus dalam tim. Proses brainstorming juga jelas melibatkan peer kita...
No comments:
Post a Comment