Friday, February 28, 2014
Tips Memilih Konsultan Keuangan
Tahun yang baru adalah waktunya untuk merencanakan keuangan Anda dengan lebih baik. Apakah Anda termasuk orang yang memiliki masalah dengan perencanaan keuangan? Jika iya, apakah Anda berencana untuk pergi ke konsultan keuangan? Hati-hati dalam memilih konsultan keuangan! Terkadang kita tidak tahu apakah benar yang kita pilih itu benar-benar konsultan keuangan yang bagus atau tidak.
Berikut beberapa pertanyaan yang Anda bisa tanyakan pada calon konsultan keuangan sebelum memutuskan apakah dia orang yang tepat:
Anda terlatih dalam hal apa? Apa kualifikasi Anda? Berapa lama pengalaman Anda dalam perencanaan keuangan?
Layanan apa yang Anda tawarkan?
Berapa biaya untuk layanan Anda?
Kalau Anda tidak mematok biaya layanan, akankah Anda memperoleh komisi dari produk-produk yang nantinya Anda tawarkan pada saya? Kalau IYA, seperti apa kompensasi yang Anda peroleh dari institusi yang produknya Anda rekomendasikan?
Bagaimana cara Anda memutuskan produk dan layanan yang tepat untuk saya?
Apa saja langkah-langkah dalam proses perencanaan keuangan?
Informasi apa yang Anda butuhkan dari saya supaya Anda bisa merencanakan strategi keuangan yang tepat?
Seberapa sering Anda melakukan review? Seberapa sering sebaiknya saya bertemu dan berkonsultasi dengan Anda?
Akankah saya memperoleh konsultasi dalam bentuk tertulis?
Bagaimana cara Anda mengevaluasi tingkat risiko dalam portfolio investasi Anda?
Apa yang saya perlu ketahui soal risiko?
Seberapa besar tingkat risiko dalam strategi investasi saya?
Bagaimana berubahnya rencana keuangan saya kelak ketika situasi dan kebutuhan saya berubah?
Apa strategi Anda untuk melindungi investasi saya di tengah merosotnya perekonomian?
Apa yang terjadi andaikan saya ingin memutus hubungan kita?
Andaikan Anda meninggalkan profesi ini atau pindah ke perusahaan lain, bagaimana kelanjutan portfolio saya?
Jadi, apakah dia adalah konsultan perencanaan keuangan yang baik untuk Anda?
Sumber :
http://mywealth.co.id
Thursday, February 27, 2014
Asma Nadia
Asma Nadia, Sang Inspirator Mewakili Indonesia di IWP
BANGGA. Satu kata yang mewakili perasaan saya saat ini. Bersyukur pun tak luput menyelinap di hati saya. Bangga karena penulis yang saya idolakan menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia untuk mengikuti The International Writing Program (IWP) di Amerika yang diselenggarakan oleh The University of IOWA. Sebuah program yang menyatukan para penulis seluruh dunia.
Pun saya bersyukur. Karena saya salah satu dari bagian keluarga besar seorang penulis perempuan paling produktif di Tanah Air Indonesia ini. Asma Nadia. Siapa yang tak kenal dengan penulis yang satu ini. Sudah menelurkan sekitar 49 buku yang hampir semua best seller. Saya menjadi keluarga besarnya, Alhamdulillah saya diamanahi beliau untuk mengelola sebuah perpustakaan dhuafa dengan nama Rumah Baca Asma Nadia Garut.
Bahkan, saya diundang beliau untuk mengikuti Writing Workshop with Asma Nadia & Isa Alamsyah. Banyak sekali pencerahan tentang dunia literasi yang jarang saya temukan oleh penulis lain. Ternyata banyak sekali kekeliruan cara penulisan yang selama ini saya tulis, di blog misalnya. Terkadang saya menyepelekan tanda baca, serangan kata yang sama, opening yang tidak menarik sampai miskin kosa kata. Namun, berkat pelatihan bersama Asma Nadia & Isa Alamsyah saya mampu melihat kekurangan saya.
Asma Nadia Sang Inspirator
Sejujurnya saya mengenali seorang Asma Nadia sewaktu SMP. Ketika itu saya membaca Majalah Annida pembelian kakak. Ceritanya ringan, namun mengena. Padahal beliau bukan dari jurusan sastra. Mungkin inilah kalau menulis dengan hati. Tulisannya pun akan menembak ke hati pula.
Bunda Asma (begitu saya panggil) pernah berkisah ketika beliau silaturahmi ke rumah saya (RBA Garut). Bagaimana kehidupannya masa lalu. Tinggal di sebuah bilik kayu di pinggir kereta api. Pernah pula ketika usianya tujuh tahun, kepalanya terbentur ujung besi yang lancip. Dokter memvonisnya gegar otak. Tak tanggung-tanggung, ketika dokter melakukan general check up, Bunda Asma pun dapat vonis tambahan: kelainan pada otak bagian belakang, paru-parunya kotor, bermasalah pada jantung. Bahkan empat belas giginya harus dicabut karena membusuk dan tak beraturan. Namun, tak menjadikannya lemah apalagi mengeluh.
“Saya akan melawan penyakit saya dengan berkarya, Kak. Dengan melakukan sesuatu.” Kata Bunda Asma seperti yang telah dituturkan kepada kakaknya, Helvi Tiana Rosa.
Bunda Asma Nadia memang sosok yang menginspirasi. Terlebih buat saya dan anak-anak. Apalagi sekarang beliau menjadi satu-satunya mewakili Indonesia di kancah Internasional. Pastinya Indonesia bangga dengan anak negeri seperti Asma Nadia.
Sumber :
http://gurumuda.info
http://republika.co.id
Tuesday, February 25, 2014
Konsultan & Motivator
Jika harus ditanya, prinsip kerja apakah yang paling efektif dan mudah untuk diterapkan, jawabannya bisa macam macam dan membingungkan kita. Untuk perusahaan perusahaan besar dan solid, mereka tidak segan segan mengeluarkan uang jutaan rupiah bahkan mungkin sampai puluhan juta untuk mengundang atau menyewa konsultan management atau motivator.
Konsultan dan motivator ini diminta untuk berbicara dan mengajarkan prinsip kerja kepada para karyawan diperusahaan tersebut. Kalau perlu, mengikat kontrak kerjasama dengan konsultan motivator ini untuk bisa memberdayakan sumber daya manusia didalam diri karyawan mereka.
Tidak hanya prinsip kerja, ada juga yang mengajarkan strategi marketing, gaya kepemimpinan yang sukses, direct sales, pola perhitungan kenaikan gaji, efisiensi dalam produksi dan biaya, dan lain lain.
Sebut saja, Rhenald Khasali, AB Susanto, Purdi E Chandra, Andrie Wongso, Hermawan Kartajaya konsultan konsultan lokal yang sudah ternama, kemudian ada lagi Robert Kiyosaki, Zig Ziglar, Laura Beth, yang termasuk konsultan motivator asing yang sangat dikenal, (
Bahkan sekarang ini, banyak sekali pengusaha sukses diminta sebagai pengajar di bangku kuliah, juga kadangkala diminta sebagai pembicara seminar, untuk berbagi cerita mengenai kesuksesan mereka ) ditambah konsultan konsultan dari dunia religius seperti Aa Gym, Jakoeb Ezra, bahkan John Maxell yang konon nilai honor untuk mengundang beliau mencapai lebih dari lima ratus juta rupiah. (wow!)
Lihatlah setiap hari di media cetak, bagaimana para konsultan dan motivator ini melancarkan jurus jurus trik management dengan iklan iklan yang cukup gencar untuk menarik perhatian kita agar datang pada seminar yang mereka adakan. Dan seminar yang diadakan umumnya laris manis dan semua tiket akan terjual habis.
Demandnya sekarang ini adalah ada begitu banyak orang ingin melihat bukti nyata dalam diri sang konsultan dan motivator, dalam arti kata, mereka perlu bukti bukan teori. Itulah yang mereka bayar !
Jujur saja, saya tidak akan mau mengeluarkan uang begitu banyak untuk datang dalam seminar seminar mereka.
Kalau hanya membeli buku buku mereka, mungkin saya dapat mentolelirnya. Alasannya ? saya banyak mempelajari latar belakang konsultan konsultan management ini, dan didapati, bahwa lebih dari 70-80 % konsultan yang saya tahu, keberhasilan mereka didasari prinsip Alkitabiah atau prinsip dari religius.
Para konsultan dan motivator, harus diakui, ada diantara mereka sukses karena didasari oleh prinsip Kitab Suci. Misalnya Aa Gym, tidak jauh berbeda dengan konsultan sukses yang lain dengan jalur lain yaitu Al-Quran.
Sekarangpun lagi trend mengenai religius, ada survey yang mengatakan bahwa jika kita memiliki hubungan yang baik dengan yang di Atas, ditambah lagi dengan kemampuan, cara berpikir dan kepandaian, maka kita akan menjadi seperti atmosfir yang sanggup membawa dampak positif di sekitar kita.
Sumber :
http://www.airhidup.com
Monday, February 24, 2014
Coaching, Keluar dari Lapangan Olahraga
W. Timothy Gallwey adalah orang yang berjasa membawa konsep coaching (pelatihan) ini ke luar ranah olahraga. Pria kelahiran 1938 di San Francisco, California ini menulis buku berseri The Inner Game sejak 1970. Seri bukunya meliputi The Inner Game of Tennis. The Inner Game of Golf, The Inner Game of Music (bersama Barry Green), Inner Skiing and The Inner Game of Work.
Kata “inner” merujuk pada keadaan internal pemain, atau kalau meminjam ungkapan yang dipakai Gallwey, “Lawan di dalam kepala seseorang sendiri jauh lebih dahsyat daripada lawan yang ada di seberang net itu.” Gallwey berpendapat bahwa bila seorang coach bisa membantu seorang pemain untuk mengeluarkan atau mengurangi hambatan internal terhadap kinerja mereka, maka kemampuan alami yang tak terduga itu akan mengalir keluar tanpa memerlukan banyak masukan teknis dari coach itu.
Gallwey merumuskan esensi dari coaching, yaitu membuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya sendiri dan bukan mau mengajarinya. Metode coaching yang diterapkan Gallwey sederhana namun komprehensif, dan metode itu bisa diterapkan pada hampir semua bidang, bukan hanya di olahraga.
Metode coaching ala Gallwey ini mulai dipakai di dunia pengembangan sumber daya manusia, untuk membantu seseorang (atau perusahaan) mencapai prestasi tertingginya. Pada 1970-an, metode coaching mulai dikenalkan ke dalam dunia bisnis, sampai pada 1990-an coaching berkembang dalam banyak bidan dan semakin populer sampai hari ini.
Sumber :
http://intisari-online.com
Sunday, February 23, 2014
Coach, Di Balik Panggung Bisnis
Pagelaran olahraga sedunia, Olimpiade, yang tahun ini dilaksanakan di London, sungguh semarak. Semua olahragawan top dari seantero dunia bertanding untuk menguji kemampuannya. Semangat juara begitu terasa, bahkan penonton layar kaca pun ikut bersorak ketika jagoannya berhasil menjadi nomor satu.
Kemampuan dan semangat para olahragawan itu tentu tak lepas dari campur tangan pelatihnya. Siapa yang tak kenal Usain Bolt. Jawara sprinter – sekaligus pemegang rekor lari dunia 100 m dan 200 m - dari Jamaika itu pun mempunyai seorang pelatih. Dialah Glenn Mills, pelatih sang legenda Bolt. “Pelatihku mengatakan, ‘Berhentilah merisaukan saat start, karena bagian terbaik dari pertandinganmu adalah di saat akhir',” kata Bolt, di sela-sela wawancara dengan media. Bolt mengisahkan bahwa dia mengucapkan kalimat itu pada saat berlari di lintasan, saat dia akhirnya kembali merasakan kemenangan di akhir pertandingan.
Seorang pelatih, atau coach, sejatinya tidak hanya berperan di gelanggang olahraga. Sekarang ini, ada yang disebut life coach, career coach, business coach, relationship coach, executive coach, dsb. Perannya serupa, yaitu membimbing kliennya untuk mengembangkan potensi diri, sesuai area yang diinginkan, dengan hasil yang terukur.
Konsep coaching tak lepas dari dunia olah raga, yakni setiap olahragawan yang ingin berprestasi dan mencapai hasil maksimal harus dibimbing oleh seorang coach. Sesuai analogi itu, Chyntia Wihardja, seorang business coach sekaligus pemilik salah satu franchise ActionCOACH di Jakarta Selatan menjelaskan bahwa yang bermain di lapangan bukan coach-nya, melainkan tetap si olahragawan. “Tugas seorang coach adalah mengamati dari luar lapangan dan mengarahkan si olahragawan untuk menggunakan cara dan gaya yang akan membuat dia menang,” kata Coach Cynthia.
Olahragawan yang malas latihan atau sering terlambat, lanjut Coach Cynthia, kemungkinan besar tidak bisa memenangkan pertandingan. “Sama saja, pengusaha yang malas atau tidak disiplin dalam bisnisnya akan sulit mencapai target yang diinginkan. Coach harus berani menerapkan peraturan main yang perlahan mengubah si pengusaha menjadi orang yang punya pola pikir sukses,” kata Coach Cynthia.
Coach Cynthia melanjutkan perumpamaannya. Ada pesepak bola yang tidak tahu kenapa dia tidak pernah berhasil memasukkan bola ke gawang, padahal dia sudah berlatih keras. Setiap kali menendang, bolanya selalu menggelinding ke samping gawang. Pelatihnya melihat dari luar lapangan, ternyata setiap kali menendang, bahunya tidak dalam posisi yang benar.
Sang pelatih memberitahunya, kemudian si pesepak bola mencoba kembali dengan bahu yang rata: Gol! “Mindset pegusaha sudah OK, tapi dia perlu orang untuk melihat apa yang mungkin tidak terlihat oleh dirinya sendiri,” jelas wanita berusia 38 tahun ini. Seorang coach membantu kliennya untuk memberikan pandangan netral dan jujur yang mungkin tidak bisa didapatkan dari orang lain.
Setiap kali atlet lari naik ke level berikutnya, pasti dirinya memerlukan cara baru untuk meningkatkan performa larinya. “Nah, fungsi coach juga untuk menggali potensi dan membantu kliennya untuk mengembangkan diri dan bisnisnya ke level berikutnya.”
Seorang olahragawan berprestasi kadang kesepian. Kalau curhat dengan agen atau koleganya, kadang tidak tulus dan ada “hidden agenda”. Sama juga dengan pengusaha yang sudah meraih kesuksesan atas bisnisnya, tidak mungkin dia curhat dengan karyawan, klien, atau rekan bisnisnya, 'kan? “Coach adalah teman diskusi untuk hal-hal yang penting. Hubungan dengan coach bersifat rahasia. Itu sebabnya banyak pengusaha lebih nyaman berdiskusi dengan coach-nya,” terang Coach Cynthia.
Sumber :
http://intisari-online.com
Saturday, February 22, 2014
Eni Kusuma, dari Babu menjadi Motivator
Gagap Bukan Pengalang Jadi Motivator
Motivator tentu menjual suara. La kalau diri sendiri saja gagap, bagaimana bisa memotivasi orang? Yang justru malah ditertawakan, seperti pelawak yang menjual kegagapan dalam lawakannya. Nah, Eni Kusuma membuktikan bahwa gagap bukan alangan untuk menjadi motivator!
Eni gagap sedari kecil. Bungsu dari tiga bersaudara ini hidup dalam ketakutan. Setiap hari orangtuanya bertengkar. Kondisi ini membentuk dirinya menjadi gagap. Alih-alih keluarganya mendukung penyembuhan, malah menertawakan kegagapannya. Hal ini membuat Eni semakin rendah diri dan mengurung dalam kesendirian.
Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) menjadi tempat persembunyian yang nyaman baginya. Terlebih ada bacaan di antara tumpukan sampah. Hal itu dilakukan sampai ia SMP. Dari tumpukan sampah inilah ia memperoleh semangat yang membakarnya untuk bangkit. Ya, kata-kata dari kartu motivasi Harvest bertuliskan “Jangan pernah menyerah!” itu mengubah kepribadiannya.
Kata-kata itu membuatnya tahan ejekan teman-temannya. Ya, wajar teman-temannya mengejek sebab ia hanya ganti seragam sekolah setiap empat hari sekali, tidak menggunakan sepatu yang layak, dan menunggak SPP sampai tiga bulan. Ia berubah menjadi pemberani, tak kenal menyerah, tidak pemalu, dan segala masalah dianggap kecil. Lulus SMP ia melanjutkan ke SMA jurusan biologi.
Selepas SMA, Eni gagal PMDK maupun UMPTN. Ia begitu kecewa pada harapan yang ia bangun sendiri. Pikiran positif yang ia tanam ternyata tak selalu berdampak positif. "Dampak negatifnya, kita jadi capek berpikir positif terus, penuh harapan terus, tak kenal menyerah terus, padahal hasilnya nihil," ujar Eni.
Eni lalu mencari pekerjaan. Dari beragam lamaran ia diterima sebagai tenaga pembukuan. Sayang, hanya bertahan 1,5 tahun karena bangkrut. Ia pun berpaling jadi pembantu. Maunya ke Hongkong, tapi oleh PJTKI ia dinilai hanya layak dikirim ke Malaysia, Singapura, atau Arab Saudi. "Walah, jadi babu pun ditolak?!" beruntung ada satu keluarga di Hongkong yang mau menerimanya. Mengapa ia ngotot ke Hongkong? Ia dengar, di Hongkong perlindungan terhadap TKW cukup memadai. Tanggal 3 Maret 2001, Eni berangkat.
Ditantang bikin buku
Di Hongkong, Eni bertugas sebagai pengasuh bayi keluarga Chan Kwok Hung, seorang sopir taksi. Karena yang menggaji adalah istri Chan, Poon Ceuk Yin Herme yang bekerja di Octagon Jewelry sebagai manager eksekutif, Eni pun harus mengutamakan perintah istri Chan. Beruntung majikan Eni enak diajak ngobrol. Ia sering bertanya banyak hal karena takut mengecewakan majikannya. Tak lupa Eni meminta maaf jika melakukan kesalahan. Ia berusaha bekerja sebaik-baiknya.
Tahun 2005, saat diberi jatah libur, Eni belajar internet. Sejak itu ia keranjingan browsing: di perpustakaan kota, di kantor pos, atau warnet gratis di mal. Ia pun belajar menulis cerita pendek atau puisi dan mengirimkannya ke milis Kossta, wadah bagi para TKW di Hongkong yang suka menulis.
Tak disangka, majikannya mendukung kegiatannya dalam dunia tulis menulis. Saat majikannya bertanya, untuk apa ia menulis, Eni tegas menjawab, "I want to be a writer." Sang majikan tertawa, "You can't be a writer, because you don't have imagination."
Anehnya, sejak itu majikan sering complain terhadap apa pun hasil pekerjaan Eni. Sikap mereka baru agak reda dan normal kembali setelah Eni menyatakan berhenti menulis. Padahal, Eni baru menerima tantangan dari Edy Zageus, pengelola www.Pembelajar.com, untuk menyelesaikan semua artikelnya yang akan dibukukan.
Selama enam bulan Eni ngebut menyelesaikan sekitar 30 artikel motivasi, yang ia tulis tangan sejam sebelum tidur malam. Baru diketik ke komputer warnet di saat libur. Begitu cara ia menyiasati kesempatan.
Bikin yayasan
Menjadi TKW membuatnya seolah lahir kembali. Eni lebih menghargai proses, open mind, apa adanya, dan selalu diimbangi dengan berpikir negatif yang menguntungkan, yaitu berpikir yang terburuk. Sehingga, "Kalau toh gagal lagi, saya tak mudah patah. Gagal berarti harus lebih keras belajar lagi."
Akhirnya, ia memutuskan pulang ke Tanah Air pada 25 Februari 2007. Ada dua alasan untuk hal itu: akan menikah dengan Hisam, lelaki yang sevisi dengannya dan tanggal kelahirannya sama (27 Agustus 1977), serta buku pertamanya akan diterbitkan.
April 2007 buku pertamanya bertajuk Anda Luar Biasa terbit. Pada dua bulan pertama peredarannya, cetak ulang dua kali. Ia pun sibuk memasarkan bukunya itu melalui berbagai diskusi. Dalam acara bedah buku dengan para mahasiswa ia tak mati kutu meski dipojokkan para mahasiswa yang merasa lebih berpendidikan daripada Eni.
Pernah pula, ia diundang bicara sebagai motivator bagi ribuan distributor CNI, di Jakarta. Hadirin terinspirasi dari pengalamannya sebagai pembantu rumah tangga. Hanya, ada yang menganggap rendah profesi lamanya itu, tatkala ia jadi pembicara dalam seminar "Meningkatkan Profesionalisme Guru" di Bojonegoro. Beberapa peserta menghajar sejumlah tips yang ia berikan. Eni hanya tersenyum. Baginya, profesi PRT lambang kesabaran. Sedang kesabaran adalah ibu dari kesuksesan, "Ingat, pembantu yang baik adalah tangan Tuhan yang penuh pengabdian."
Open mind dikatakan Eni sebagai modal sukses belajar, sehingga kita bisa jujur dalam melihat diri sendiri dan orang lain. Dengan ini pula seseorang bisa menjadi motivator bagi dirinya sendiri di saat ia terpuruk. Sebab, ia akan terangsang untuk bangkit dan tak mudah putus asa.
Memberi motivasi bukan hanya diberikan Eni pada orang lain, melainkan juga pada keluarga sendiri, terutama putrinya Natasya Ensa Motivani, yang lahir Januari 2008. Kata-kata penggugah ia gelontorkan pada bayi yang di hari-hari awalnya menolak ASI.
Hasil penjualan buku-buku motivasinya akan disalurkan ke Eni Kusuma Foundation, yayasan yang memberi pendidikan bagi anak-anak miskin. Eni tak ingin anak-anak desa memiliki bayang-bayang masa lalu seperti dirinya, yang harapan dan cita-citanya hancur digerogoti kemiskinan. Nasib harus dikalahkan, bukan ditangisi.
Sumber :
http://intisari-online.com
Friday, February 21, 2014
Bong Chandra: Dari Motivator Ke Kontraktor
Siapa tak kenal dengan motivator muda Bong Chandra? Kata-katanya menggugah. Ide-idenya orisionil. Selain menjadi motivator Bong juga penulis buku. The Science of Luck dan Unlimited Wealth merupakan buah karyanya. Kini ia merambah sebagai developer dengan meluncurkan Ubid Village di Ciledug, Tangerang. Omzet Rp 180 miliar langsung ia raup karena konsep yang ditawarkan termasuk kreatif dan berterima.
Jika melihat Bong saat ini, sepertinya semua indah-indah saja. Seperti yang dikatakannya sendiri, "Jangan hanya tertarik dengan apa yang dicapai orang sukses, tetapi tertariklah dengan air mata yang mereka keluarkan untuk mencapainya!" Ya, jangan melihat hasil akhir, tapi lihatlah prosesnya; dan Anda akan tahu karakter orang tersebut.
Untuk sampai posisinya yang sekarang Bong harus merangkak dari bawah. Orangtuanya memang pengusaha kue. Namun tahun 1998 usaha tersebut bangkrut. Toh jiwa wira usaha itu menurun ke Bong. Sejak usia belia Bong sudah tidak tertarik kerja pada orang lain. Pernah ia bekerja pada saudaranya. Akan tetapi, Senin masuk, Jumat pulang. Jadi hanya bertahan lima hari.
Kelahiran Jakarta 25 Oktober 1987 ini lalu menjalani bermacam profesi seperti menjual parfum, VCD, baju, dan pakaian seragam; lalu berpindah menjajal bisnis multilevel marketing, event organizer, lalu merambah ke dunia talk show, sampai akhirnya menjadi motivator.
Saat diundang sebagai pembicara seminar pada organisasi Real Estate Indonesia (REI) cabang Jawa Timur di Surabaya ia diajak bergabung membangun usaha properti. Setelah mengajak satu orang lagi, akhirnya berdirilah PT Trinitri. Mereka membeli tanah seluas 5 ha di Ciledug, Tangerang, yang di atasnya kemudian berdiri Ubud Village. Dari 365 unit yang dibangun, tinggal 13 unit yang belum laku.
Nama Ubud Village diambil karena saat pembangunan sedang ramai soal film Eat, Pray, Love yang dibintangi Julia Roberts dan shootingnya di tiga negara: Italia, India, dan Indonesia. Di Indonesia lokasinya adalah Ubud. "Tapi kalau saya namai taman atau kampung, apa bedanya dengan yang ada di Bali? Maka saya beri nama Ubud Village. Tetap kampung, namun ada pembedanya dengan yang di Bali," kata Bong.
Dalam memasarkan rumahnya, Bong pernah mengalami masa suram. Saat mengadakan gathering di sebuah hotel di Jakarta, dari 17 orang yang konfirmasi, hanya satu yang datang. Padahal ia sudah keluar biaya hotel, pesan makanan, dan menyiapkan tim berjumlah puluhan orang. Toh ia berpikir positif saja.
Pernah pula Bong memasang iklan yang menurutnya cukup mahal. Ternyata salah tulis. Lagi-lagi ia memaklumi dan berpikir positif. Salah tulis justru menjadi aksen tersendiri yang membuat orang penasaran.
Jadi, jangan lihat Bong seperti saat ini. Lihatlah air mata yang ia keluarkan untuk mencapai itu semua. (idebisnis Februari 2012)
Sumber :
http://intisari-online.com
Thursday, February 20, 2014
Bedanya Coach, Motivator, dan Konsultan
Seorang motivator umumnya berbicara di dalam kelas-kelas seminar yang jumlah pesertanya banyak. Karena itu, pendekatan yang dilakukan seorang motivator lebih global, satu solusi (baca: motivasi) yang bisa diaplikasikan untuk berbagai masalah sejenis.
Sedangkan coach itu one on one, satu coach untuk satu klien, Kalaupun ada group coaching, jumlahnya kecil dan spesifik. Menurut Tjia Irawan, Senior Coach di CoachingMedia Solution, coaching memandang setiap manusia itu unik. “Tiap manusia pasti berbeda. Sumber daya dan kekhasannya pasti berbeda. Coaching menggali keunikan dari masing-masing pribadi untuk membuat mereka mampu mencapai impiannya.”
Beda lagi dengan konsultan. Coach Tjia membuat perumpamaan, konsultan itu bak juru masak restoran. “Kita sebagai pengunjung restoran disodorkan daftar menu. Kemudian kita pesan menu yang sesuai dengan keinginan. Yang masak koki. Ketika mateng, diberikan pada kita untuk kita nikmati.”
Jika sebuah perusahaan mempunyai permasalahan atau sasaran tertentu, kemudian menyewa konsultan untuk membenahi atau membuat perusahaan itu mencapai targetnya, maka sang konsultan akan “mengolah dan memasak” semua permasalahan yang ada di perusahaan itu menjadi sebuah hidangan enak untuk disajikan pada kliennya. “’Pahlawannya’ adalah sang konsultan,” kata Coach Tjia. Sedangkan dari sudut pandang coaching, klien adalah “pahlawan”-nya.
Senada dengan itu, Coach Margetty Irawan, coach sekaligus pemilik Smart Business Coaching Firm menjelaskan, konsultan akan lebih banyak memberikan tutorial dan pengajaran kepada klien. Hal itu karena konsultan adalah orang yang ahli di bidangnya, seperti konsultan pajak, konsultan keuangan, atau konsultan di bidang sumber daya manusia.
Kalau begitu, bagaimana seorang coach yang tak berlatar belakang perbankan, misalnya, memberikan coaching bagi seorang eksekutif perbankan? Pertanyaan serupa pernah ditanyakan kepada Coach Getty. Menurut dia, yang dilakukan dalam program coaching bukan mengulas bisnis tersebut secara teknis, tapi bagaimana si klien melihat bisnisnya dari kacamata dia sendiri. Seorang coach akan lebih banyak bertanya daripada memberitahu dan mengajar. “Telling (memberitahu) lebih banyak dilakukan oleh konsultan, karena konsultan lebih banyak ngajarin seorang pebisnis, supaya mengerti ilmu yang harus mereka miliki di bisnis,”
Tak jarang, orang salah menafsirkan coach sebagai konsultan. Menurut pengalaman Coach Getty, mereka yang belum tahu apa itu coaching baru bisa merasakan bedanya ketika berada di program coaching. “Seorang coach bukan mengajari mereka 100%. Edukasinya hanya 20%, dan 80%-nya adalah implementasi ilmu yang mereka punya untuk memaksimalkan karier atau bisnis miliknya.
Sumber :
http://intisari-online.com
Wednesday, February 19, 2014
Gede Prama
Sukses Sebagai Penulis dan Konsultan
Banyak orang beranggapan bahwa jalan menuju kesuksesan tidaklah mudah. Namun tidak demikian bagi Gede Prama. Menurut penulis sekaligus mantan CEO perusahaan besar itu, keberhasilan seseorang bersumber dari keyakinannya dalam menjalani hidup. Prinsip ini pula yang terus dipegangnya hingga berhasil membawanya pada puncak kesuksesan. Alhasil, di usianya yang baru 38 tahun, Gede Prama telah menduduki jabatan tertinggi dalam sebuah perusahaan dengan memimpin ribuan karyawan.
Pria kelahiran 2 Maret 1963 ini berasal dari sebuah desa kecil bernama Tajun yang terletak di Bali Utara. Ia tumbuh dalam keluarga yang sederhana. Sejak kecil ia merupakan sosok yang patuh akan hukum adat yang berlaku di lingkungannya. Jiwa pemberontak jauh dari kepribadiannya. Ini terlihat ketika orangtuanya sering mengumpulkan anak-anaknya untuk diberikan wejangan, Gede Prama selalu mendengarkan wejangan yang disampaikan orangtuanya dengan baik untuk diterapkannya di kemudian hari.
Di masa mudanya, ia adalah pribadi yang minder, pemalu serta penakut karena ia merasa memiliki banyak kekurangan. Namun, segala sifat negatif itu berubah tatkala ia mendapat kesempatan belajar ke luar negeri.
Gede Prama memulai kariernya di lahan pengetahuan dan profesi yang sarat sains dan praktik manajemen. Namun dalam kiprah selanjutnya, ia lebih menerapkan pendekatan spiritual dalam pengembangan organisasi maupun
bisnis.
Hanya dengan bermodalkan keyakinan serta tekad yang kuat, alumni Universitas Leicester dan INSEAD ini datang ke kota besar. Keyakinannya membuahkan hasil, kini ia dikenal sebagai penulis sekaligus pimpinan sebuah perusahaan swasta dan konsultan pada Dynamics Consulting yang bergerak di bidang pengembangan SDM. Gede Prama juga menjadi salah seorang pembicara publik yang paling diminati. Kata-kata yang keluar selalu dipikirkan masak-masak dan meneduhkan bagi yang mendengarnya.
Ketekunannya sebagai konsultan membuatnya pernah menjadi konsultan manajemen di RCTI, Blue Bird, PT Kodja Bahari, Air Mancur dan lain-lain. Tak hanya itu, mantan karyawan sebuah perusahaan Jepang ini juga berhasil mencatatkan namanya sebagai salah satu motivator kenamaan Tanah Air sekelas Mario Teguh, Tung Desem Waringin dan lain-lain.
Berkat kesuksesannya, Gede kini hidup berkecukupan dengan kekayaaan yang dimilikinya. Namun, kekayaan duniawi bukanlah menjadi sumber kebahagiannya yang utama, melainkan cinta kasih dari keluarga tercinta yang senantiasa tercurah untuknya. Selain keyakinan dan tekad, cinta kasih merupakan faktor yang amat mempengaruhi jalan hidupnya. Ia tidak lagi menemui kegagalan karena dalam kegagalan tak ada dalam kamus bahasa cinta.
Dalam kamus hidup seorang Gede Prama, seseorang bisa mewujudkan keyakinan tanpa harus dibatasi oleh tembok apapun. Maka ketika seseorang benar-benar ingin berpikir sehat demi kesuksesannya, ia harus bersiap-siap berpikir keseluruhan tanpa batas. Tak mengherankan jika kini ia tak suka mengagumi pemikiran mana pun secara berlebihan.
Gede Prama mendedikasikan hidupnya untuk mengembangkan gagasan Unschooled Management. Gagasan yang menurut Gede, sebuah ekspresi penghargaan atas sekolah. Pasalnya, seseorang yang berani mengkritiklah yang akan membangun sebuah sekolah dan universitas.
Berkat keluasan pemikirannya, pria berpembawaan tenang ini banyak dipercaya sebagai pembicara publik di berbagai forum nasional maupun internasional. Sudah tidak terhitung banyaknya undangan mulai dari organisasi keagamaan, perusahaan, maupun seminar tentang motivasi diri dan
bisnis. Perusahaan-perusahaan besar seperti BCA, Citibank, World Bank, Unilever Global, Microsoft dan IBM tak segan menggelontorkan dana yang tak sedikit demi mendatangkan dirinya. Kesibukan yang memaksanya harus melanglang buana itu membuat ia melepaskan profesinya sebagai sebagai dosen MBA di tiga sekolah manajemen di Jakarta.
Karena kedalaman berpikirnya, pria yang memperoleh gelar MBA dari Institut Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta ini disebut sebagai Resi Manajemen oleh Infobank. Sedangkan oleh Media Indonesia, Gede dijuluki Stephen Covey Indonesia. Warta Ekonomi menyebutnya Penggagas Unschooled Management.
Julukan yang disandangnya tak lantas membuat Gede terjebak dalam puji-pujian itu. Bagi Gede, pujian maupun makian sama mematikannya. Yang terpenting, ia selalu belajar untuk merangkul dua sisi kehidupan yang saling membelakangi, sedih-bahagia, suka-duka dalam satu pelukan yang sama mesra.
Gede juga merupakan sosok pembicara publik yang bisa berbicara lintas agama, terkadang ia berbicara di majelis taklim, vihara, serta berbagai seminar pengembangan diri lewat jalur spiritual.
Ia juga terus belajar untuk mencapai pada titik keikhlasan tertinggi. Jadi, apa pun usahanya, ia belajar supaya tetap berujung pada keikhlasan. Dengan keikhlasan, orang tak akan terbelenggu pada keinginan akan harta maupun tahta.
Pemahaman inilah yang membuat seorang kyai dari Jawa Timur menyebut Gede seorang sufi. Padahal Gede seorang Hindu. Kesufian ini dipelajari Gede Prama dari para pemikir dunia seperti Kahlil Gibran, Khrisnamurti, David Bohm, Michael Fouclt, dan Morihei Ueshiba. Selain mempelajari karya-karya filosofi, ia juga rutin berlatih meditasi. Dari latihan ini, ia mendapatkan ketenangan yang memudahkannya mengembangkan pikiran positif dalam segala hal.
Selain menjadi pembicara publik, ia juga menuangkan gagasan serta pemikirannya dalam lembaran-lembaran kertas. Ketekunannya berkarya membuatnya sudah menghasilkan ribuan artikel, serta puluhan judul buku, dua di antaranya dibuat dalam versi bahasa Inggris.
Buku-buku yang ditulisnya tak pernah lepas dari pemahaman tentang kehidupan yang universal, seperti: Percaya Cinta Percaya Keajaiban, Hidup Bahagia Selamanya, Sukses dan Sukses, Simfoni di Dalam Diri, Sadness, Happiness, Blissfulness: Transforming Suffering Into The Ultimate Healing : Mengolah Kemarahan Menjadi Keteduhan, dan lain-lain. Pesan-pesan serta petuah bijak yang disampaikannya membuat buku-buku Gede Prama kerap dijadikan bahan renungan bagi para penikmat karyanya. Media cetak, internet, televisi dan radio juga kerap menyebarkan pesan-pesan serta petuah bijaknya yang mengajarkan bagaimana cara menjalani hidup dengan nilai-nilai positif. Di sela-sela kesibukannya sebagai pembicara, Gede Prama juga menjadi penulis tetap di harian Kompas serta majalah Info Bank.
Setelah mendapatkan segala kesuksesan di dunia, ia ingin terus melakukan perjalanan menuju Tuhan. Ia tak ingin terus terikat pada tahta. Ia juga tak ingin terjebak pada keberhasilan. Karena ikatan dan jebakan itulah awal dari kegagalan hidup yang permanen. Gede Prama menyadari kehidupan di dunia hanya bersifat sementara, oleh karena itu ia berusaha menyebarkan pemikiran positif bagi sesamanya tentang keindahan hidup dengan karya-karyanya.
Kendati kesibukan telah membawanya ke berbagai tempat, Gede Prama tak pernah melupakan tempat kelahirannya, Tajun. Di desa inilah ia menghabiskan sebagian waktu menulis, bertaman, serta bermeditasi (mindfulness training). Keberhasilan dan kenikmatan hidup tak lantas merubah kepribadian Gede, hatinya pun masih tetap sama dengan ketika ia memulai perjalanan dari Tajun. "Semua mau bahagia, tidak ada yang mau menderita," begitulah ungkapan pria yang pernah belajar spiritualitas dari Dalai Lama.
Meski masih belum sempurna, Gede Prama yang sering menyebut dirinya sebagai orang bodoh ini memberanikan diri untuk berbagi pesan tentang tidak menyakiti, banyak menyayangi, mencintai semua mahluk, karena menurutnya itulah yang membuat manusia berbahagia. Kegagalan dan kebodohan di masa lalu dijadikannya sebagai media untuk terus belajar dan dari sana pulalah Gede Prama menemukan sebuah kearifan. "Dalam setiap persoalan manusia, saya belajar untuk mengurangi mencari siapa yang salah. Dan memusatkan perhatian untuk memecahkan persoalan," ujarnya bijak.
Bila banyak orang mau belajar berhenti menyalahkan orang lain, kemudian memusatkan perhatian pada pemecahan persoalan, menurutnya dunia kerja bukanlah sesuatu yang menakutkan. Persoalannya, untuk bisa berhenti dari kebiasaan buruk tadi, di samping kadang kurang didukung lingkungan, juga sering dihadapkan oleh dorongan-dorongan dari dalam diri yang juga tidak mudah. Emosi, ego, harga diri, gengsi, ketidaksabaran hanyalah sebagian kecil dari dorongan-dorongan tadi. Namun, siapapun juga orangnya, menurut Gede, orang itu membutuhkan deep meditation untuk mengelola dorongan-dorongan tersebut.
Deep meditation menurutnya, sebenarnya amatlah mudah. Ketika lapar, makanlah secukupnya. Tatkala haus, minumlah semampunya. Manakala mata mengantuk, tidurlah secukupnya. Dengan kata lain, hidup kita dengan seluruh kesehariannya sebenarnya sebuah meditasi panjang. Bila kita melakukan meditasi panjang ini dengan penuh ketekunan, kita yang menjadi pengelola tubuh dan jiwa ini. Bukan sebaliknya, kita dikelola oleh tubuh.
Terlebih bagi mereka yang pekerjaannya merubah orang lain atau memiliki tugas mulia memasyarakatkan nilai-nilai luhur. Dia katakan, sulit membayangkan tugas-tugas ini bisa diselesaikan secara berhasil tanpa melalui deep meditation. Ini juga sebabnya kenapa bertemu orang-orang tertentu kita mudah segan, hormat, respek, dan perasaan sejenis.
Sumber:
http://www.tokohindonesia.com
Tuesday, February 18, 2014
Arfidea Dwi Saraswati: Konsultan Hukum Dunia Tambang
Namanya mungkin belum begitu populer di Indonesia. Namun, prestasi yang ditorehkan Arfidea Dwi Saraswati tidak bisa diabaikan begitu saja. Dua tahun berturut-turut, ia masuk sebagai Best Mining Lawyers oleh Who’s Who Legal, sebuah penghargaan bergengsi bagi advokat dan konsultan hukum seluruh dunia.
Who’s Who adalah situs internet yang dikelola dan dimiliki sebuah perusahaan riset di London, Law Business Research Ltd sejak tahun 1996. Cakupan riset mereka menjangkau praktik hukum bisnis di sekitar 100 negara.
Arfidea menjelaskan, proses pemilihan nominator oleh Who’s Who Legal ini cukup panjang dan berliku. Setidaknya, waktu enam bulan dihabiskan lembaga itu untuk melakukan penelitian terhadap seorang calon nominator.
“Penghargaan ini tentu bergengsi, apalagi 80 persen klien kantor saya adalah klien internasional. Mereka sangat percaya dengan nominasi Who’s Who Legal ini,” ujarnya saat ditemui hukumonline usai menjadi pembicara dalam 3rd Regional In-House Lawyers Counsels, di Intercontinental Mid Plaza Hotel, Jakarta, tepat di Hari Kartini, 21 April 2011.
Hebatnya lagi, Arfidea merupakan konsultan bidang hukum pertambangan termuda dari Indonesia dalam nominasi itu. Namanya bersanding dengan nama-nama senior semisal Rahmat Soemadipradja, Wiriadinata, Widyawan, dan Yenni Kardono. “Advokat dari Indonesia untuk hukum pertambangan yang dinominasikan tidak sampai sepuluh orang,” jelasnya
Hal ini, lanjutnya, juga disebabkan konsultan hukum yang menguasai bidang hukum pertambangan di Indonesia belum terlalu banyak. “Apalagi yang perempuan. Seringkali kalau rapat dengan klien, saya perempuan sendirian” ujarnya.
Namun, bagi Arfidea isu kesetaraan jender tidak perlu diperdebatkan untuk profesi konsultan hukum. Selama empat belas tahun berkarir, tidak ada diskriminasi dan kesulitan yang ia rasakan sebagai konsultan hukum, termasuk kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi.
“Buat saya, tidak ada masalah jender, semuanya selalu setara. Yang penting, konsultan hukum perempuan harus memiliki keberanian untuk memanfaatkan setiap kesempatan yang ada,” tandas pemegang gelar sarjana hukum lulusan Fakultas Hukum UI (1997) dan LLM dari Duke University School of Law (2003) ini.
Menurutnya, profesi konsultan hukum lebih menuntut kualitas dan keberanian dari seorang lawyer, termasuk perempuan. “Karena itu, yang dibutuhkan adalah keinginan untuk terus maju. Setiap perempuan harus mampu menunjukkan kualitas dan kemampuan sebagai lawyer,” ujarnya.
Meski demikian, ia mengakui ada kewajiban lain yang harus diperhatikan sebagai perempuan, yaitu memperhatikan keluarga dan tumbuh kembang anak. Arfidea, yang tengah hamil empat bulan anak kedua, mengatakan tanggung jawab terhadap keluarga tidak bisa diabaikan oleh perempuan.
Arfidea mengatakan, pekerjaan sebagai konsultan hukum memang menuntut pengorbanan waktu yang banyak. Hampir semua konsultan hukum bekerja hingga larut malam untuk kemudian masuk kantor kembali pagi harinya. “Ini memang pekerjaan yang berat, namun bukan berarti tidak bisa dihadapi dengan baik, termasuk soal waktu kerja,” katanya.
Arfidea termasuk beruntung bisa berkantor yang sama dengan suaminya, Johannes Sahetapy-Engel. Berdua, bersama dua orang konsultan hukum lain, mereka mendirikan kantor konsultan hukum Arfidea Kadri Sahetapy-Engel Tisnadisastra. Meski baru berusia sekitar enam bulan, kantor ini berlokasi di tempat strategis, kawasan bisnis Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat. Sebelumnya, Arfidea bekerja di kantor pengacara SSEK.
Arfidea mengungkapkan, kerja efisien dan efektif jadi kunci utama baginya agar tidak bekerja ‘dari pagi hingga pagi’. Baginya, sangat penting bagi seorang konsultan hukum untuk punya manajemen waktu yang baik. Memang, saat ini sebagai konsultan senior, ia sudah punya tim yang bisa saling berbagi beban pekerjaan.
Namun, resep ini pun menurut Arfidea bisa dipakai konsultan hukum muda, meski tidak hanya untuk perempuan. Manajemen waktu yang baik juga menunjukkan kualitas kerja. “Misalnya, kalau keluar makan siang tidak perlu sampai dua tiga jam,” ujarnya sambil tersenyum.
Selain itu, konsultan hukum muda juga perlu belajar melakukan riset dengan efisien. Caranya, mengenali kebutuhan sumber riset dan mencatatnya dengan baik. Saat dibutuhkan kembali, tidak ada kesulitan untuk mencari bahan riset. “Dengan waktu yang efisien seperti itu, pekerjaan bisa cepat selesai. Waktu untuk kegiatan lain pun lebih banyak. Tapi tetap, kualitas harus dikedepankan,” pungkasnya.
Sumber :
http://www.hukumonline.com
Monday, February 17, 2014
Safir Senduk
Nama Lengkap : Safir Senduk
Alias : Safir
Agama : Islam
Tempat Lahir : Jakarta
Tanggal Lahir : Rabu, 19 Desember 1973
Zodiac : Sagittarius
Hobby : Membaca | Menulis
Warga Negara : Indonesia
Safir Senduk adalah seorang penulis dan konsultan keuangan berkebangsaan Indonesia. Ia telah menulis tidak kurang dari lima judul buku seputar topik perencanaan keuangan. Bukunya yang berjudul Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya? menjadi salah satu buku best seller dengan penjualan lebih dari 30.000 eksemplar. Pada 1998 ia mendirikan Biro Perencanaan Keuangan Safir Senduk & Rekan
Safir Senduk awal mula dikenal pada tahun 1998 saat dirinya dan beberapa rekan mendirikan sebuah kantor konsultan keuangan bernama Safir Senduk & Rekan. Bermula dari tujuan memberikan edukasi tentang keuangan keluarga dan membantu masyarakat dalam membuat perencanaan keuangan, kantor yang sering dijuluki dengan SSR ini dibentuk.
Sejak SSR dibentuk namanya semakin meroket tatkala sebuah buku Seri Perencanaan Keuangan Keluarga -yang ditulisnya- pertama di Indonesia terbit. Namanya semakin banyak dikenal publik manakala dirinya banyak mengisi seminar, pelatihan, dan sejumlah acara di media TV dan radio.
Pria kelahiran Jakarta, 19 Desember 1973 ini mengaku bahwa ilmu perencanaan keuangan didapat secara otodidak dari hasil membaca banyak buku.
Berpindah dari satu buku ke buku yang lain menjadikan Safir, begitu pria ini akrab dipanggil, paham dan mulai mempraktekkan ilmu yang didapat. Bungsu dari empat bersaudara ini mengungkapkan bahwa dirinya membaca banyak buku mengenai ilmu perencanaan keuangan hanya sebagai materi tambahan yang tak pernah didapatnya semasa kuliah.
Safir bertutur, kesuksesannya kini tidak serta merta ia dapatkan sekejap mata. Ia harus menempuh banyak cara agar klien yang dijumpainya yakin dan bersedia menggunakan jasa yang ditawarkan. Bermodalkan sebuah komputer dan telepon yang ada saat itu, Safir memulai membuka kantor SSR didampingi beberapa rekan.
Semula kantor SSR hanyalah kantor biasa yang tempatnya menumpang di rumah salah satu kakak Safir yang ada di kawasan Bintaro. Perlahan namun pasti, Safir memulai karirnya dengan cara menuliskan opini mengenai Dollar yang bergejolak sekaligus menawarkan mengenai jasa perencanaan keuangan yang ia miliki.
Motivator yang juga penulis dari sepuluh buku best seller ini mengaku bersyukur atas apa yang ia capai sampai saat ini. Ia tak pernah menyangka hasil membaca beragam buku dapat mengantarkannya ke jenjang karir yang tinggi.
Jika Anda mendengar profesi Perencana Keuangan pada beberapa tahun yang lalu, mungkin akan terdengar asing. Tak heran memang, karena pada saat itu profesi seorang Perencana Keuangan bukanlah sebuah profesi yang banyak beredar di Indonesia. Kala itu, orang tidak akan pernah mendengar adanya profesi perencana keuangan di tanah air. Namun, saat ini profesi perencana keuangan justru banyak terdengar berkat kehadiran Safir Senduk. Ia kini menjadi sosok eksekutif yang mampu menampilkan sebuah profesi perencana keuangan di antara masyarakat. Berkat Safir pula, masyarakat menjadi tersadar akan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik dan benar.
Mungkin bagi sebagian orang, nama Safir Senduk bukanlah nama yang familiar didengar. Tapi lain halnya dengan orang-orang yang menyukai buku-buku karangannya. Nama Safir Senduk akan selalu dikait-kaitkan dengan profesi perencana keuangan. Dengan bersemangat, Safir pun menceritakan awal perjalanan karirnya hingga sekarang. Meski kelelahan setelah beraktivitas selama seharian penuh, pria asli Manado ini justru terlihat segar ketika berbincang dengan Realita.
Pengaruh Sang Ayah. Safir ternyata bukanlah pria yang memiliki banyak kelebihan dalam sisi pribadinya. Masa kecilnya ia habiskan layaknya anak-anak kecil pada umumnya. Namun kepergian Ibunda Safir ketika Safir masih duduk di bangku kelas 4 SD, cukup membuat kehidupannya goyah. Meski begitu, Safir masih memiliki tiga kakak kandung yang selalu siap membimbingnya. Selain itu kehadiran ayah kandungnya yang selalu menemani, membuat kehidupan Safir berputar kembali. “Saya dulu paling dekat dengan ayah saya,” kenang Safir. Kepergian ibu kandungnya, Siti Hayinah Oesman, membuat Safir menjadi lebih dekat dengan sang ayah, N. A. Senduk. Kedekatan inilah yang memberikan pengaruh besar terhadap karir Safir.
“Dulu ayah saya bekerja di BDN (Bank Dagang Negara-Red) yang sekarang sudah merger menjadi Bank Mandiri,” aku Safir. Sang ayah memang bergelut di dunia perbankan selama hampir 35 tahun. Tak ayal, sang ayah memberikan pengaruh besar terhadap pilihan karir Safir. Ia mengaku bahwa dirinya kerap berkunjung ke bank tempat ayahnya bekerja. Sehingga, dunia perbankan sudah tidak asing lagi bagi Safir. Ia menjadi akrab dengan perilaku bank dalam menghadapi customernya. Dari situlah ia banyak belajar bagaimana menghadapi klien.
Profesi NA Senduk, sang ayah, di dunia perbankan membuat Safir memilih untuk mengambil studi tentang ekonomi perbankan di STIE I/BMI (Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi-Institut Bisnis Manajemen Indonesia). Safir mulai menempuh pendidikan formalnya sejak tahun 1992 hingga 1997. Selama menempuh bangku kuliah, Safir juga menyempatkan diri untuk bekerja sampingan. “Saya sambil kuliah, juga kerja sama orang di bagian keuangan,” ungkap Safir.
Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya tersebut, Safir tidak langsung bergelut dengan ilmu perencanaan keuangan. Ia baru belajar tentang dunia perencanaan keuangan sekitar tahun 1994, pada waktu masih kuliah sambil bekerja. Itupun dipelajarinya secara otodidak. “Saya lebih banyak belajar dari buku-buku,” ungkap Safir. Bahkan ia mengaku kali pertama ia tertarik untuk belajar perencanaan keuangan setelah membaca buku. “Saya lupa judul dan pengarangnya, tapi sejak saat itu saya tertarik terjun di dunia perencanaan keuangan,” imbuhnya.
Safir mengaku bahwa ia tertarik terhadap perencanaan keuangan karena di masa kuliahnya, iajustru tidak mendapatkan pengetahuan semacam itu. Baginya, sangatlah jarang mempelajari keuangan untuk pribadi seseorang dan bukan dalam skala besar. Selama empat tahun, Safir belajar secara otodidak. Dari satu judul buku ke judul buku lainnya, ia mengambil berbagai macam pelajaran mengenai perencanaan keuangan. Pengetahuannya menjadi bertambah setelah membaca puluhan judul buku. Ia menganggapnya sebagai kuliah saja.
Temukan Hidup di Perencanaan Keuangan. Safir kemudian sadar bahwa ia telah menemukan dunianya sendiri, dunia yang penuh dengan berbagai perencanaan dan pengaturan keuangan keluarga dan perorangan. Setahun setelah membaca dan mempelajari tentang perencana keuangan, Safir memutuskan untuk membuka profesi perencana keuangan di Indonesia. Sekitar tahun 1998, ia memutuskan untuk membuka kantor perencanaan keuangan yang diberi nama Safir Senduk & Rekan. Ternyata ilmu yang didapat Safir sangat berguna. Terbukti, ia kerap dipanggil untuk menjadi pembicara di berbagai acara seminar keuangan. Hanya berbekal pengetahuannya dari buku, ia akhirnya mampu menjadi pembicara di acara seminar.
Pada pertengahan tahun yang sama, Safir akhirnya memberanikan diri untuk mendirikan sebuah perusahaan yang diberi nama Safir Senduk & Rekan, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan perencanaan keuangan. “Saya dulu hanya bermodalkan komputer bekas kuliah saya dan telepon saja,” kenang bungsu dari 4 bersaudara ini. Bahkan untuk kantor saja, ia harus menumpang di rumah salah satu kakaknya di daerah Bintaro. Ia memang terbilang nekad. Tanpa modal yang cukup besar, ia berani untuk mendirikan perusahaan dan berusaha untuk mencari klien untuk dilayaninya.
Kesuksesan Safir tidak serta merta menghampiri karir Safir. Ia harus bersusah payah mencari dan meyakinkan kliennya agar mau menggunakan jasa perencanaan keuangan yang ia tawarkan. Pada awal berdirinya perusahaan tersebut, dari 10 klien yang ia telepon setiap harinya, hanya 2 atau 3 orang yang mau bertemu langsung dengan Safir. Itupun tidak semuanya lantas mau menggunakan pelayanan jasa perencanaan keuangan yang ia tawarkan. “Hanya satu orang yang mau menjadi klien,” ujar pria yang masa kecilnya dihabiskan di kota Manado ini. Namun, kegigihan Safir tak hanya berhenti sampai di situ saja. Ia tetap berusaha untuk mencari klien sebanyak-banyaknya.
Usaha dan kerja keras Safir akhirnya membuahkan hasil. Seiring dengan berjalannya waktu, Safir mampu meningkatkan jumlah klien yang menjadi pelanggannya. Hal itu juga berkat strategi yang diterapkan oleh Safir. Pria kelahiran 19 desember 1973 ini ternyata juga melakukan kegiatan promosi produk layanannya. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan membuat tulisan di media cetak. “Pertama kali saya menulis itu di majalah Tiara,” kenang Safir. Topik yang diangkat pada tulisan pertamanya tersebut adalah mengenai gejolak Dollar yang pada tahun 1998 silam mengalami peningkatan nilai. ‘Kiat Menyiasati kenaikan harga Dolar’ menjadi judul pada tulisan pertama Safir. Tak disangka, banyak orang yang menyukai tulisan Safir itu.
Berkat tulisannya, klien yang berdatangan ke kantor Safir semakin banyak. Dengan banyaknya tulisan yang ia buat di media cetak, penerbit Elex Media Komputindo pun kemudian mengontak Safir untuk membuat buku tentang perencanaan keuangan. Safir pun sepakat untuk menulis buku. Tahun 1999, safir menerbitkan dua buku pertamanya. Dan hingga saat ini, Safir telah menelurkan 8 judul buku seputar perencanaan keuangan.
Libatkan Istri dalam Perusahaan. Suksesnya buku-buku karangan Safir ternyata membuat salah satu tabloid terkemuka ibukota menariknya sebagai penulis tetap di tabloid tersebut.
Maka, sejak Maret 2000 Safir menjadi pengasuh sekaligus penulis segala macam artikel tentang perencanaan keuangan. Semenjak aktif di tabloid itu pula, nama Safir kemudian meroket sebagai seorang perencana keuangan yang handal. Kini, Safir sudah tidak terjun langsung menangani klien di kantornya. “Saya sekarang lebih banyak menangani seminar-seminar saja,” aku Safir. Itu dikarenakan saat ini Safir telah memiliki 3 orang perencana keuangan yang mampu menangani klien-klien yang berdatangan. Meski begitu, kantor Perencanaan Keuangan masih tetap dimiliki oleh Safir Senduk secara total.
Di perusahaannya pula, Safir melibatkan sang istri, Erry Kurniawati untuk ikut serta terlibat di dalam perusahaan sebagai manager business. “Saat ini istri saya sedang ke luar kota untuk urusan pekerjaan,” ungkap Safir yang bertemu dengan sang istri ketika sedang menawarkan jasa pelayanan perencanaan keuangan. Belum hadirnya buah hati sejak pernikahannya pada tahun 2000 lalu, membuat pasangan ini lebih fokus di pekerjaan. Walaupun begitu, mereka berharap nantinya kehadiran anak akan membuat kehidupan pasangan muda ini lebih berwarna. Bersama istri dan rekan-rekannya, ia berusaha untuk membangun perencana keuangan sebagai salah satu profesi yang cukup prestise. Safir juga berharap masyarakat Indonesia lebih concern terhadap perencanaan keuangan. Fajar
Safir memang dikenal sebagai perencana keuangan bagi pihak lain. Ia kerap memberikan saran bagaimana mengelola keuangan yang baik dan benar. Namun, ternyata Safir juga tidak melulu menerapkan perencanaan keuangan dengan baik. “Saya hanya manusia biasa, jadi saya tidak 100% menjalankannya,” kilah Safir. Meski begitu, dibandingkan dengan orang yang tidak mengerti perencanaan keuangan, Safir mengaku bahwa ia tentu menjalankan perencanaan keuangan lebih besar. Ia menyamakan profesi seorang perencana keuangan dengan seorang dokter. Menurutnya, dokter tentu ada juga yang merokok padahal merokok itu tidak baik bagi kesehatan. Meski begitu, belum tentu pasiennya akan menjadi enggan berobat kepada dokter tersebut. Menurut Safir sama halnya dengan seorang perencana keuangan yang belum tentu menerapkan perencanaan keuangan secara keseluruhan.
Menurutnya pula, profesi dokter dan perencanaan keuangan juga hampir sama. “Dibayar berdasarkan pengetahuan yang dimiliki,” ungkapnya singkat.
Di dalam keluarganya, Safir memang seringkali menerapkan perencanaan terhadap keuangan keluarga. Akan tetapi, tetap saja ada faktor lain yang menghambat perencanaan tersebut. “Sering tergoda,” ungkapnya. Safir memang kerap tergoda untuk membelanjakan sebagian uangnya untuk membeli perangkat-perangkat gadget canggih.
Bagi Safir, itu memang wajar. Tetapi, perencanaan keuangan tidaklah selalu erat kaitannya dengan bersikap hemat. “Jangan samakan perencanaan keuangan itu dengan sikap hemat,” imbuhnya. Safir menyarankan setiap orang boleh saja bersikap boros asalkan ada pendapatan yang disisihkan untuk tabungan. Meski demikian, Safir berusaha untuk menjalankan perencanaan keuangan secara total. Fajar
Sejak terjun di dunia perencanaan keuangan, Safir merasa bahwa ia telah menemukan dunianya. Meski demikian, ia sempat memiliki cita-cita yang jauh berbeda dengan apa yang ia dapatkan saat ini. “Dulu saya bercita-cita menjadi pesulap,” aku Safir sembari tertawa riang. Cita-citanya seringkali berubah dari waktu ke waktu. Bahkan pada saat ia duduk di bangku SMA, Safir pernah ingin menjadi seorang pengusaha. Namun, perjalanan karir safir ternyata lebih cocok di bidang keuangan. “Saya tidak akan pindah ke bidang lain,” ujar Safir. Rasa sukses juga ia rasakan dalam hal karir, namun terkadang Safir juga tidak memperoleh kesuksesan dalam bidang lain. Meski demikian, ia tetap mensyukuri apapun yang telah ia dapatkan.
Ada satu hal yang membuat Safir merasa nyaman berada di dunia perencanaan keuangan. “Saya merasa senang bertemu dengan orang-orang baru,” ungkap Safir. Dengan begitu, ia mendapatkan berbagai macam pengalaman yang berharga. Tak dinyana, Safir memiliki idealisme yang cukup tinggi. “Saya ingin masyarakat Indonesia banyak yang disentuh dengan topik-topik perencanaan keuangan,” harap suami dari Erry Kurniawati ini. Ia juga sadar bahwa ia tidak mungkin mencapai idealisme tersebut hanya seorang diri. “Saya harus melakukannya dengan bantuan orang lain,” tutur pria yang memiliki hobi membaca buku ini.
Sukses dengan buku ‘Siapa Bilang Menjadi Karyawan Nggak Bisa Kaya’ dan ‘Buka Usaha Nggak Kaya, Percuma!’ tidak membuat Safir berhenti berkarya. Rencananya Safir akan menelurkan lagi judul-judul bukunya sehingga total judul buku yang dihasilkannya menjadi 15 buku. “Saya percaya dengan 15 judul buku, akan lebih banyak lagi masyarakat yang tersentuh topik perencanaan keuangan,” tutur Safir. Ia juga menginginkan lebih banyak lagi mengenal perencana keuangan lainnya.
Meski disibukkan dengan pekerjaannya, Safir tetap dapat meluangkan waktunya bersama sang istri, yang juga aktif di perusahaan Safir Senduk dan Rekan. Untuk hobinya di bidang fotografi, Safir selalu berusaha untuk meluangkan waktunya. “Saya suka foto pemandangan,” aku safir. Tak heran, selain koleksi buku-buku, Safir juga memiliki kamera yang biasa digunakan untuk mengabadikan foto-foto pemandangan setiap kali bepergian.
Siapa sangka kalau seorang Perencana Keuangan seperti Safir Senduk ternyata suka menabung di botol bekas selai roti. Setiap pagi, Safir selalu memasukkan uang Rp 100.000 ke dalam celengannya itu. “Kalau tidak pagi hari, bisa lupa," ujar Safir. Dan jika kebetulan harus pergi ke luar kota, Safir melakukannya sehari sebelumnya. Kebiasaan aneh ini sudah dilakoni Safir sejak tiga tahun terakhir hingga kini. Hal tersebut dilakukan Safir tak lain untuk selalu mengingatkan dirinya akan pentingnya menabung. Oleh karena itu, dengan bermodalkan botol bekas selai roti, Safir memupuk kebiasaannya untuk selalu menabung.
Ternyata Safir tidak hanya punya satu celengan. Ada satu celengan lagi yang khusus digunakan untuk menampung uang kembalian. Tiap celengan memang memiliki tujuan masing-masing. Yang berisi pecahan besar (Rp. 100.000), sebulan sekali dikosongkan. Uang yang sudah terkumpul, dimasukkan ke reksa dana. “Tapi, uang dalam celengan tersebut tidak boleh diambil-ambil,” kata Safir.
Adapun uang yang di celengan satunya lagi yang berupa sisa-sisa kembalian, bisa diambil kapan saja. Seperti misalnya kalau mau membeli sayuran atau kebutuhan kecil lainnya, ya tinggal mengambil dari celengan tersebut.
Safir mengaku akan terus berusaha untuk mempertahankan kebiasaannya tersebut. Perihal dipilihnya wadah botol bekas selai roti ternyata juga memiliki alasan tersendiri. “Saya senang melihat uang yang ada di dalamnya,” gurau Safir. Fajar
Bagi Anda yang menginginkan keuangan pribadi dan keluarga Anda tertata dengan baik, maka sebaiknya Anda mengikuti beberapa saran yang diberikan oleh Safir Senduk:
Pastikanlah Anda memiliki simpanan atau aset. Karena kaya atau tidaknya seseorang tidak dilihat dari jumlah uang yang diterima setiap bulan, melainkan dari asset atau simpanan yang dimilikinya. Kalau tidak bisa menabung, jangan menabung itu dijadikan sebagai prioritas terakhir, tapi jadikan sebagai prioritas utama.
Contohnya : jika Anda memiliki penghasilan Rp 2 juta per bulan, maka Anda sebaiknya menyisihkan uang tabungan misalnya Rp 300 ribu ketika Anda pertama kali memperoleh gaji tersebut, sedangkan sisanya boleh saja dihabiskan. Asalkan uang Rp 300 ribu tersebut tidak diganggu gugat.
Berhati-hatilah dengan pengeluaran. Biasanya, orang dengan pengeluaran yang besar akan sulit untuk turun. Namun, orang dengan pengeluaran yang kecil akan mudah untuk naik. Pengeluaran yang diatur akan membuat jumlah tabungan menjadi lebih banyak.
Milikilah proteksi atau asuransi. Banyak orang yang memiliki uang banyak atau asset yang banyak, tapi ketika terjadi sesuatu, maka habislah itu semua karena tidak memiliki asuransi. Kalau dia memiliki asuransi, kalau terjadi sesuatu musibah, maka ia dapat membebankan kerugian tersebut kepada pihak ketiga.
Siapkan masa depan. Buatlah rencana yang matang terhadap masa depan Anda. Banyak orang yang hidupnya mengalir seperti air. Akibatnya, mereka tidak menyadari bahwa umur mereka telah bertambah. Tapi dengan keadaan yang masih tetap sama dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, sebaiknya buatlah rencana masa depan Anda dengan sebaik-baiknya, beserta langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai target tersebut di masa depan.
PENDIDIKAN
STIE IBMI, Jakarta, 1992-1997
SMA Negeri 82, Jakarta, 1989-1992
SMP Islam Al-Azhar (Pusat), Jakarta, 1986-1989
SD Islam Al-Azhar (Pusat), Jakarta, 1980-1986
TK Persit Chandra Kirana, Manado, 1978-1980
KARIR
Perencana Keuangan, Safir Senduk & Rekan, Jakarta, sejak tahun 1998
Kepala Bagian Keuangan, PT. Citra Layar Berkembang, Jakarta, 1996-1997
Kepala Bagian Keuangan, PT. Tosamira Pribadi, Jakarta, 1994-1996
Staf Keuangan, PT. Malesix Linggala, Jakarta, 1993-1994
Staf Keuangan, PT. Ata Kharisma, Jakarta, 1992-1993
PENGHARGAAN
Buku:
Kena Tipu Partner Usaha, Emang Enak?, 2009
Karyawan Harus Nabung biar Makmur, 2008
Buka Usaha Nggak Kaya? Percuma..!, 2006
Siapa Bilang karyawan Nggak Bisa Kaya?, 2005
Mencari Penghasilan Tambahan, 2004
Mengatur Pengeluaran Secara Bijak, 2001
Mengelola Keuangan Keluarga, 2000
Mengantisipasi Resiko, 1999
Merancang Program Pensiun, 1999
Mempersiapkan Dana Pensiunan Anak, 1999
SOCIAL MEDIA
www.perencanakeuangan.com
https://www.facebook.com/pages/Safir-Senduk
www.twitter.com/SafirSenduk
Sumber :
http://id.wikipedia.org
http://profil.merdeka.com
http://fajar-aryanto.blogspot.com
Sunday, February 16, 2014
Beberapa Profesi Konsultan
Konsultan adalah profesi yang menuntut seseorang untuk pandai berkomunikasi, pandai memecahkan masalah, dan teliti atau fokus dalam menjalankan perannya sebagai penasihat. Di Indonesia, ada beberapa profesi konsultan yang ada yakni:
Konsultan Keuangan
Konsultan keuangan atau financial planner adalah orang yang merencanakan, mengelola, dan memberikan solusi tentang masalah keuangan yang sedang dihadapi kliennya. Selain bekerja di bawah perusahaan profesional, perencana keuangan juga bisa berdiri sendiri. Dengan catatan, telah memiliki izin dan pengalaman yang mumpuni.
Konsultan ISO
Baik sekolah, industri, maupun perusahaan tentu membutuhkan jasa seorang konsultan ISO. Konsultan ISO adalah orang yang memberikan nasihat atau petunjuk kepada suatu badan untuk mendapatkan sertifikat ISO. Sertifikat ini berfungsi sebagai jaminan jika badan tersebut sudah memiliki standar mutu, kesehatan & keselamatan kerja, atau pengelolaan lingkungan yang telah diakui secara internasional.
Konsultan SDM
Di sisi lain, ada pula yang namanya konsultan SDM, artinya konsultan ini membantu perusahaan mulai dari perekrutan, pelatihan, konseling, dan lain sebagainya agar dapat menempatkan the right man with the right skill in the right job.
Sumber :
http://www.myedutoy.com
Saturday, February 15, 2014
Model Sistem Kearsipan
3 model sistem kearsipan yang akan ditawarkan.
Pertama, model access.
Model ini sebagai dasar kami untuk menciptakan database kearsipan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kebutuhan mereka simpel yaitu dapat mendata surat masuk menjadi elektronik (soft), yang selama ini digunakan adalah hard, sehingga saya membangun database yang diperlukan.
Sebenarnya, banyak program yang mendesain database seperti MySQL, Delphi, Access, dan lainnya. Berdasarkan permasalahan di tempat tersebut, maka pola yang sederhana digunakan melalui program access.
Perangkat access yang dibutuhkan yaitu spesifikasi komputer terstandar, program office 2013, resolusi LCD, dan field table yang dibutuhkan.
Kelebihan dengan program tersebut adalah ringkas dan mudah dibawa (portable), relatif murah, dan mudah dipelajari bagi semua kalangan. Sedangkan kelemahannya adalah digunakan dalam lingkup yang terjangkau. Tetapi jika ingin bisa di access oleh bagian lain, maka dapat di-LAN-kan.
Model tersebut memiliki keunggulan yaitu tidak hanya surat masuk yang dikelola, tetapi juga kartu kendali, kartu pinjam, membuat report (laporan), keamanan terjamin (password), tampilan sederhana, terintegrasi dalam satu manajemen, terkoneksi antar program, dan searching lebih mudah.
Kedua, model barcode.
Fungsi barcode adalah membaca kode dengan cepat. Dapat dikatakan juga bahwa barcode berfungsi sebagai keyboard, jika dengan keyboard, maka diketikkan per karakter, sehingga menjadikan tidak efisien dan efektif.
Dengan barcode, entry data menjadi cepat, karena ia mampu memanggil data logikanya untuk memanggil data, maka data sudah dientry terlebih dahulu (teridentifikasi). Dapat dikatakan pula barcode bukanlah program, melainkan alat pemanggilan data yaitu scanner laser, sehingga barcode membutuhkan bebagai peralatan.
Peralatan barcode yaitu alat scanner, field yang siap pakai, dan entry data. Dalam entry data membutuhkan waktu, lama atau cepat tergantung pada banyak sedikitnya data yang tersedia.
Kelebihan barcode adalah proses cepat, saat pemanggilan (bukan entry), sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan waktu untuk meng-entry, membuat code barcode dan barcode itu sendiri, dan fungsi kurang maksimal jika digunakan untuk sistem kearsipan, karena dalam pengarsipan lebih cenderung entry data, dibanding dengan mencatat barang atau surat keluar sebagaimana di supermarket, Indomaret, atau Alfamart.
Kasus
Jika suatu supermarket atau swalayan, maka model barcode sangat cocok dipakai, karena pemanggilan data cepat dan field sedikit, sehingga tidak mengantri saat pembayaran dikasir.
Jika suatu instansi penggunaan barcode perlu dikaji terlebih dahulu. Jika lalu lintas barang atau surat yang keluar itu lebih banyak, maka barcode lebih baik digunakan. Tetapi, jika instansi tersebut lebih cenderung mengentry surat, maka tidak perlu dengan penggunaan barcode.
Ketiga, internet.
Melalui internet secara tidak langsung jangkauan yang mengakses lebih luas. Kelebihan dari internet adalah dapat digunakan kapan dan dimanapun berada dan memiliki kapasitas besar.
Kelemahannya adalah biaya relatif mahal, keamanan perlu diperhatikan, dan virus.
Dari ketiga model tersebut, maka ada beberapa pilihan yang cocok bagi PT KAI untuk membuat sistem soft kearsipan.
Jika arsip yang sebelum ditata (hard) itu masih manual, maka sistem yang akan dibangun ada dua alternatif. Pertama, mengikuti pola sistem yang lama, jadi dalam e arsip-nya mengubah hard menjadi soft di komputer. Kedua, membuat atau memodifikasi sistem yang telah ada, berarti dalam e arsipnya memodifikasi surat yang akan masuk, yang akan dijadikan soft.
Demikian juga dengan hard (surat yang lama) dalam waktu tertentu akan disoft-kan berdasarkan pola yang baru.
Sumber :
http://sosbud.kompasiana.com
Subscribe to:
Posts (Atom)
Related Posts
-
Teknik Motivasi Douglas McGregor: Teori X, Y, dan Z Teori X dan Teori Y adalah teori motivasi manusia diciptakan dan dikembangkan oleh ...
-
Menemukan Alasan Hidup yang Membawa Kebahagiaan dan Kepuasan Di balik kehidupan yang sibuk dan penuh tantangan, setiap individu memiliki pen...
-
Meski sering dianggap serupa, pengadaan ( procurement ) dan pembelian ( purchasing ) adalah dua proses yang berbeda dalam manajemen rantai p...
-
4 Makna Warna Tutup Botol Air Mineral: Simbolisasi dan Fungsinya Warna tutup botol pada air mineral sering kali dianggap sekadar estetika, t...
-
Definisi 3-Mu: Muda, Mura, Muri dalam Manajemen Operasional Konsep 3-Mu —Muda, Mura, dan Muri—adalah istilah yang berasal dari praktik manaj...