Saturday, August 29, 2015
Karier dan Lego
Lego adalah merek dari sebuah mainan bongkar pasang terbuat dari plastik yang mengasyikkan dan menantang, sekarang ini, bukan hanya bagi anak-anak tetapi juga para orang tua.Dengan begitu banyak jenis warna, bentuk, ukuran, dan model, segala jenis benda bisa dibentuk dari potongan plastik tersebut.
Ada dua prinsip kerja yang menarik dari bermain lego.
Pertama, memadumadankan potongan plastik mengikuti arahan gambar dari pabrik yang biasanya disertakan di dalam kemasan.
Kedua, membuat karya sendiri sesuka hati.
Mencermati bagaimana seorang anak dan anak yang lain mengutak-atik lego, kita juga dapat belajar soal pola pikir anak dan dimensi kreatifnya.
Anak-anak yang cenderung memiliki platform baku dalam pola pikir pada umumnya menghasilkan bentuk yang nyaris serupa dari waktu ke waktu. Dia tetap dapat disebut kreatif, namun dengan sedikit kemampuan kompilasi dan mplementasi. Anak yang mampu mereka ulang berbagai macam bentuk berbeda memiliki kemampuan menggagas dan merancang, serta mewujudkan gagasannya.
Bagaimana seorang anak dapat diajar untuk belajar teknik merancang dan mengkonsep?
Pandu anak untuk mengenali bentuk-bentuk dasar dan fungsi bentuk-bentuk dasar dari potongan lego. Dengan berlatih dan sering mengamati orang yang lebih ahli, anak akan terpancing mengembangkan daya kreasinya.
Hal sama terjadi pada manusia dalam proses memberi dan memandu arahan karir seseorang.
Memberikan ide atau saran karir adalah "sangat mudah" kalau kita sekedar memaparkan potensi dari sebuah lowongan kerja seperti proses menjajakan "barang". Akan tetapi, karir tidaklah melulu bicara soal peluang pasar. Ada banyak hal lain di dalam proses karir, apalagi bilamana dikaitkan dengan faktor ambisi dan persaingan. Kemenangan sesaat di awal langkah karir belum tentu berdampak baik dalam jangka panjang. Ibarat olah raga lari, karir adalah sebuah marathon, bukan sprint.
Jadi, agar paparan soal potensi dan peluang pasar menjadi relevan dengan potensi dan peluang diri, maka pendamping karir (konselor karir) mau tidak mau harus bertemu dengan konseli. Seperti seorang anak yang sedang belajar mengenali bentuk-bentuk potongan plastik lego untuk mereka ulang bangunan, demikianlah seorang yang sedang memetakan masa depan karir atau profesinya diajak untuk melepaskan potongan-potongan dirinya.
Mengajak bicara konseli perihal dirinya sendiri, baik tentang kekecewaan dan kegagalan dia, harapan-harapannya, penghalang-penghalang yang pernah dia temui adalah proses mengenali balok-balok dasar penbentuk sukses karir atau balok-balok dasar penghalang sukses karir.
Beberapa dari konseli, sekalipun mengakui menyadari adanya balok-balok itu, ternyata tetap tak mampu memetakan potensi peluang dan potensi masalah.
Peran seorang konselor dalam pertukaran informasi itu adalah mengajak konseli agar dapat memaparkan sendiri peluang dan tantangan bagi dirinya dengan berbagai teknik bertanya dan empati.
Di titik ini, beberapa berhasil menemukan kunci-kunci solusi, beberapa belum mampu, dan bahkan bisa jadi tambah pusing atau semakin ragu.
Jangan berhenti bedialog, sebelum ada sedikitnya satu saja pengertian khusus yang ditangkap yang dapat dipaparkannya secara gamblang perihal bentuk dasar baru yang dia mengerti bahwa dia dapat melakukannya. Sekalipun itu belum tentu relevan dengan mimpi karirnya, tidak mengapa, karena pada waktunya nanti hal itu akan relevan.
Bilamana proses dialog harus dihentikan sementara, percakapan dapat dihentikan dengan kalimat, "Baiklah, tidak mengapa kita berhenti dulu di sini. Setidaknya kita sudah menemukan bahwa potongan-potongan gagasan, harapan, kekuatiran, kecemasan, sudah kita kenali. Kita akan bertemu lagi pada waktu yang baik dan mendapati bahwa sebagian dari potongan itu sudah kamu temukan relevansinya satu sama lain, sehingga kamu sendiri bisa memutuskan "penting atau tidak pentingnya" mempertahankan sesuatu yang berpotensi masalah padahal belum tentu akan terjadi.
Jadi,
Mengajar diri sendiri memetakan aktivitas ke depan untuk bangunan masa depan kita, sesungguhnya memang mirip dengan cara kerja bermain lego secara bebas. Bongkar dan pasang memadumadankan potongan plastik untuk membuat bentuk baru.
Setiap orang memiliki beban masalahnya sendiri. Belajar dari keberhasilan orang lain itu baik, namun belum tentu juga memastikan keberhasilan Anda. Belajar dari kesalahan dan kegagalan orang lain juga baik, supaya Anda tidak perlu mengikuti jejak gagal. Jadi, yang terpenting dari proses belajar seseorang dengan tumpukan masalah adalah "bukan melihat kepada kunci sukses orang lain" akan tetapi, belajar untuk mampu melihat "potongan2 masalah dirinya secara obyektif dan realistis" untuk melihatnya dalam perspektif yang berbeda.
Intinya:
1. Tidak semua masalah itu penting.
2. Tidak semua hal yang berpotensi masalah itu penting.
3. Tidak berarti bahwa masalah atau potensi masalah itu harus diabaikan.
4. Pemahaman akan masalah dan potensi masalah menuntun kita agar dapat melangkah secara lebih berhikmat dalam memutuskan.
Karena masalah-masalah dalam karir itu sebetulnya sesuatu yang kompleks dari kumpulan masalah sederhana, maka yang seharusnya dilakukan hanyalah memisahkan masalah-masalah sederhana itu satu per satu dan mengesampingkan hal-hal yang tidak relevan dan tidak penting, sehingga dapat fokus kepada kunci-kunci yang sudah ada di dalam diri Anda sendiri.
Jadi, apa hubungannya dengan lego?
Temukan keindahan dari setiap potongan masalah kehidupan Anda hari ini: apa bentukan dasar masalah dan potensi masalah, yang dalam format pola pikir rekonstruksi ulang seperti lego, justru akan mengantar kita kepada potongan dasar terobosan dalam berkreasi.
Temukanlah dan nikmatilah hidup Anda!
Selamat beraktivitas!
Sifra Susi Langi
President Indonesia Career Center 2014 - 2019
Sumber :
Milis The Manager
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Pernah mendengar ungkapan, "Today is the first day of the rest of your life"? Ya, gunakan kesempatan ini untuk mengusung karier...
-
Membentuk masyarakat yang sadar terhadap perubahan iklim, berarti akan memahami pentingnya menjaga wilayah laut dan pesisir. Hal itu akan te...
-
Jadi Korban Gosip di Kantor? Ini 6 Cara Menghadapinya Percaya atau enggak, gosip kantor menciptakan lingkungan yang enggak sehat bagi karyaw...
-
Hasil survei pada situs ECC UGM menunjukkan 55,4% pencari kerja fresh graduate memiliki ekspektasi gaji di atas Rp 5 juta jika bekerja di...
-
Konsultan bekerja tidak sendirian untuk itu konsultan harus bekerja bagus dalam tim. Proses brainstorming juga jelas melibatkan peer kita...
No comments:
Post a Comment