Monday, January 20, 2014

Menjadikan Karir sebagai Passion

with Rene Suhardono Canoneo


Salam Perspektif Baru,

Selamat bertemu lagi para pembaca Perspektif Baru di seluruh Tanah Air. Kita melakukan wawancara ini sekali seminggu sejak tahun 1995 dengan topik yang menarik dan kadang-kadang khusus. Topik hari ini barangkali belum pernah kita bicarakan yaitu mengenai karir dan tamu kita adalah Rene Suhardono Canoneo. Dia berkarir sebagai executive recruiter dan konsultan karir yang membantu orang lain dalam karirnya.

Rene Suhardono Canoneo mengatakan karir berbeda dengan pekerjaan. Karir adalah punya kita. Kita bisa dipecat dari perusahaan tapi kita tidak pernah bisa dipecat dari karir. Karir kita sebagaimana kita melihat karir itu sendiri. Karir itu justru mulainya dari dalam diri, yang disebut passion (panggilan hati – Red). Passion yang bisa menggerakkan kita untuk melakukan apa pun yang kita mau. Cari tempat yang sesuai dengan passion kita. Jangan membiarkan diri ada di satu tempat dengan setengah hati karena kita tidak bisa maksimal juga di situ.

Menurut Rene, jangan menyerah dalam mencari passion karena suatu saat itu akan muncul. Guna dapat menemukan passion bisa dimulai dengan hal dasar, seperti bertanya pada diri sendiri mengenai apa sih pekerjaan yang kalau dikerjakan membuat hati saya senang? Dalam hal ini dia merekomendasikan untuk kerjakan apa yang Anda cintai, cintai yang Anda kerjakan, kemudian tunjukkan siapa diri Anda.

Saat ini karir Anda adalah justru membantu orang dalam karirnya. Bagaimana kira-kira cara kerja Anda?

Saya cuma mempunyai dua passion. Pertama, makanan dan yang kedua orang. Jadi aspirasinya adalah untuk membuat orang melihat bahwa ada option (pilihan), yaitu option dalam karir dan hidup.

Sekarang kita lihat secara lebih spesifik. Apa yang disebut karir dan apa saja levelnya?

Karir bagi semua orang di setiap level berbeda-beda. Kalau saya bicara karir, orang selalu menyamakan dengan pekerjaan.

Apa sebetulnya perbedaan karir dengan job (pekerjaan)?

Bagi saya berbeda sekali. Job is something that you got from your company (Pekerjaan adalah segala sesuatu yang kita dapat dari perusahaan - Red). Jadi seperti meja yang menjadi bagian dari pekerjaan kita adalah milik perusahaan, tapi karir adalah punya kita. Kita bisa dipecat dari perusahaan tapi kita tidak pernah bisa dipecat dari karir. Karir kita sebagaimana kita melihat karir itu sendiri. Kalau sekarang saya mau menjadi musisi kemudian tahun depan mau menjadi komentator bola maka itu adalah pilihan karir yang saya buat. Kebanyakan dari kita justru menyusun karir sesuai dengan yang dapat mereka lakukan atau ketrampilan (skill) mereka. Kalau orang tuanya mengatakan bila sudah menjadi arsitek maka sampai pensiun bahkan meninggal tetap menjadi arsitek. Saya sangat tidak setuju dengan pandangan tersebut karena karir itu justru mulainya dari dalam diri, yang saya sebut passion (panggilan hati – Red). Passion yang bisa menggerakkan kita untuk melakukan apa pun yang kita mau.

Sejauh mana orang bisa mengikuti cara berpikir yang bagus tersebut kalau perusahaannya tidak selalu memberi tempat pada passion orang?  

Seandainya perusahaan tidak bisa menampung passion Anda maka itu artinya it’s time for you to think about your career and move out (Kini saatnya Anda untuk memikirkan karir Anda dan pindah – Red). Cari tempat yang sesuai dengan karir dan passion kita. Jangan membiarkan diri ada di satu tempat dengan setengah hati karena kita tidak bisa maksimal juga di situ. Apalagi kalau bosnya menyebalkan maka langsung saja pindah.

Jadi kalau orang tidak pindah barangkali karena bosnya menyenangkan

Bisa jadi.

Sebetulnya tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan atau dengan perkataan lain lapangan kerja itu susah. Banyak sekali orang lulus pendidikan sarjana strata satu (S1) dan S2 tidak mendapatkan pekerjaan. Bagaimana kita merekonsiliasi kesulitan lapangan kerja itu dengan keinginan untuk mempertahankan passion kita?

Kalau saya selalu mengatakan great money always follow great works dan great works akan selalu datang dari passion. Saya banyak melihat contoh dari orang-orang yang sudah saya temui, yang sudah saya wawancara. Uang itu adalah tujuan jangka pendek dan saya meyakini bahwa ada yang punya kepentingan yaitu yang menciptakan kita bahwa kita akan selalu bisa memenuhi kebutuhan, tapi kita sendiri yang salah kaprah antara kebutuhan dan keinginan. Kalau memang sudah menentukan dan mengetahui passion kita pada satu hal tertentu, maka embrace your passion. Saya punya satu cerita, ada seorang akuntan tidak pernah bahagia dengan pekerjaannya tapi dia sudah memiliki pendidikan S2. Ternyata passion dia adalah fotografi. Pada saat dia melakukan transisi dari akuntan menjadi fotografer bukan suatu hal yang mudah. Pada lima tahun pertama merupakan sebuah perjuangan. Jadi berat sekali buat dia tapi setelah lima tahun dilalui, saya salut sekali sama dia. Mungkin dia bukan orang memiliki materi yang paling berlebihan yang saya tahu, tapi dia salah satu orang yang paling bahagia yang saya tahu.

Bagaimana cara kita mengembangkan diri dalam karir supaya bisa dilirik oleh employer atau orang yang support kita?

Sebelum kita dilirik, lebih baik kita menikmati dulu apa yang kita lakukan. Pada saat kita benar-benar menikmati, saat kita benar-benar menggeluti hasrat kita maka orang tidak bisa untuk tidak melirik kita. Kalau kita jalan di pasar dan ada satu orang yang ogah-ogahan menawarkan jualannya, sedangkan ada satu lagi yang matanya saja sudah berbinar. Tentu yang terakhir yang menarik perhatian kita. Yang namanya ketertarikan maka akan menarik perhatian orang lain. Jadi tidak usah dipikirkan bagaimana saya dilirik. Sama saja dengan bagaimana kita bisa dapat jodoh maka kita tidak harus pasang di biro jodoh. Yang saya rekomendasikan adalah do what you love, love what you do, and then show who you are.  (Kerjakan apa yang Anda cintai, cintai yang Anda kerjakan, kemudian tunjukkan siapa diri Anda)

Jadi bukan dari kemampuan tapi dari keinginan dan kesukaan. Tapi bagaimana Anda bisa meyakinkan pembaca bahwa mengikuti karir sebagai panggilan hati (passion) adalah cara yang tidak kontra produktif karena ada kekhawatiran orang asyik sendiri sehingga malah jadi tidak bisa hidup? Apa contoh-contoh kalau kita bisa mengikuti panggilan hati tetap bisa maju dalam pekerjaan?

Nomor satu yang selalu saya katakan kepada mereka adalah yakini betul bahwa pekerjaan ini adalah passion dia. Kalau memang bukan, mulailah cari dari sekarang. Saya sendiri butuh waktu sembilan tahun untuk mengetahui passion saya yang akhirnya diketahui hanya dua hal tadi yaitu makanan dan orang. Yang penting jangan pernah berhenti mencari passion. 

Apakah ada batas umur untuk mengetahui passion kita? Bagaimana dengan orang seperti saya sudah berumur 62 tahun?

Tentu tidak ada batasan umur. Partner saya berumur 63 tahun, dan dia mempunyai passion menjadi penulis. Yang dilakukannya sekarang adalah melakukan yang diperlukannya untuk menjadi penulis, and I think he would make it.

Nah, Anda mempunyai pengalaman dan hubungan darah dengan Fillipina serta Indonesia. Apakah ada ciri-ciri kultural atau etnis yang membedakan Indonesia dengan budaya lain dari segi komitmen kepada passion?

Mungkin ini bukan kritik tapi pandangan saya yang mudah-mudahan salah. Kita diajarkan terlalu normatif. Jadi kalau ditanya bagaimana pekerjaannya, pasti komentarnya adalah cukup atau okay (baik). Tapi kita tidak biasa untuk benar-benar memberikan feedback apa adanya. Kepedulian itu besar sekali kaitannya dengan attributes. Misalnya saya Rene Suhardono Canoneo memiliki jabatan vice president, maka akan selalu ditanyakan mengenai seperti apa jenis mobil yang dimiliki, tahun berapa mobilnya, dimana banknya. Nah, atribut-atribut seperti itu membuat kita tidak lagi dinilai dari dalam tapi oleh sekitar kita, dan ujung-ujungnya kalau saya lihat menjadi palsu. Kalau orang sudah begitu maka untuk keluar dari hal tersebut agak susah. Nah jangan sampai kita keterusan, kebablasan terhadap hal seperti itu. Normatif itu bagus dalam arti menjaga kesantunan. Namun dalam menjadikan diri, memberikan opini dan melakoni hidup, kita tidak selamanya harus normatif. Kita harus mengambil risiko untuk melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan itu serta menikmatinya.


Sometime to be save you have to take a risk.

Absolutely

Yang saya senang bahwa ada masa-masa yang berbeda dalam hidup kita. Jadi kalau kita memiliki passion dan saat ini teman kita tidak mempunyai passion maka jangan menilai dia itu inferior, barangkali belum saatnya karena dulu saya juga tidak mempunyai confidence. Lalu, bagaimana dengan jalan karir Anda pribadi?

Saya beruntung dibesarkan di keluarga yang sangat liberal. Jadi benar-benar dibebaskan apa keinginan saya. Mungkin saya lebih parah dari Anda. I had no confidence what so ever, apalagi kalau sama lawan jenis. Kalau dilihat matanya saja sudah langsung menunduk. Jadi banyak pilihan-pilihan dalam hidup saya ditentukan oleh ketidaksengajaan yang akhirnya malah membantu saya ada di tempat sekarang ini. Saya pernah ada di satu bidang pekerjaan yang saya tidak suka sama sekali, yaitu di lembaga pemerintah. Saya mengerjakan itu selama tiga tahun. Saya depresi berat saat itu karena ternyata ideliasme saya untuk memperbaiki negara tidak bisa diaktualisasikan secara tepat. Sampai saya bertanya pada diri sendiri, apa sih yang membuat saya bergerak demikian?

Kalau kita itu hidup dalam satu kotak, maka salah kita sendiri. Nah, apa yang membuat Anda akhirnya bisa keluar dari kungkungan kotak itu?

Waktu itu saya memiliki banyak sekali pertimbangan. Uang adalah pertimbangan yang paling besar karena baru memulai keluarga, baru mempunyai anak. Tampaknya yang disebut comfort zone itu menjamin sekali. Sampai pada satu titik dimana saya benar-benar tidak bisa tahan dan akhirnya mengajukan pengunduran diri dari lembaga pemerintah tanpa memiliki pekerjaan lain dulu. Akhirnya saya benar-benar memulai dari dasar dengan bertanya pada diri sendiri, what really matters to you. Saya coba mengingat hari-hari pertama saya jatuh cinta sama istri dan itu saya coba kaitkan ke pekerjaan. Apa sih pekerjaan yang kalau dikerjakan membuat hati saya senang? Ujung-ujungnya cuma ada dua yaitu apapun yang ada kaitannya dengan manusia dan makanan karena saya suka makan. Akhirnya, saya membuat restoran untuk passion terkait makanan. Ada beberapa restoran, salah satunya bernama Segarra (www.segarrajakarta.com), yang berada di pinggir Pantai Ancol, Jakarta Utara. Restoran itu menyajikan makanan internasional.

Apakah Anda bekerja untuk orang yang mencari pekerjaan atau perusahaan yang mencari orang?

Perusahaan yang mencari orang.

Apakah dimulai dengan availability orang tersebut?

Oh, saya tidak peduli dia sedang available atau tidak. Saya tidak mencari orang yang sedang mencari kerja, tapi saya mencari orang yang passionate. Mungkin dia sedang mencari kerja, mungkin dia sudah ada pekerjaan. Kalau sedang ada pekerjaan, saya cuma menggoda dia untuk menanyakan kira-kira kalau ada kesempatan apakah mau pindah. Saya mulai dengan menawarkan apakah bisa mengobrol terlebih dulu dengan saya.

Dalam hal ini orang yang bekerja dengan orang lain, people who are in the people business, sangat banyak seperti bisa menjadi guru, konsultan, dan counselor. Lalu, mengapa memilih executive recruiter?

Executive recruitment hanya salah satu aktivitas yang dikerjakan secara formal yang bikin dapur ngebul, tapi juga ada hal-hal lain seperti memberikan coaching soal karir.

Apakah dalam hal itu Anda bekerja sebagai konsultan pribadi?

Tidak sebagai pribadi, tapi lebih ke massa. Jadi saya menulis dan sebagainya.

Yang paling penting barangkali untuk saya tanya, kalau seseorang merasa bahwa dia mempunyai passion melebihi pekerjaannya, apa hal konkrit yang harus dia kerjakan?

Kesatu, yakini dulu bahwa memang itu passion dia dan bukan sekadar hobi. Kedua, harus membuat perencanaan untuk satu tahun, tiga tahun, lima tahun ke depan. Yang paling sulit adalah ketiga, melakukannya. Kalau memang betul perusahaan tidak bisa mengakomodasi, maka kini saatnya Anda pindah. Tinggalkan semua atribut, tinggalkan semua comfort zone. There’s always risk.

Dari segi pekerjaan Anda, apakah setiap bulan Anda bisa berhasil merekrut seseorang? Apakah ada cukup orang di dunia ini terutama di Indonesia?

Sangat cukup dan tambah bangga deh dengan teman-teman profesional kita.

Apakah ada sektor spesifik yang Anda lebih fokus?

Ada empat sektor yang saat ini sedang marak, yaitu energi, infrastruktur, telekomunikasi dan jasa finansial. Jadi fokusnya lebih di sana.

Untuk orang dalam bidang-bidang yang tradisional, apakah ada orang seperti Anda juga atau memang mereka agak stagnant dalam job?

Stagnant dalam job itu pilihan masing-masing dan mereka tidak harus merasa seperti itu karena banyak sekali player seperti saya sebagai katalis. Kalau dia mau pindah ke pekerjaan lain tapi sekali lagi itu hanya pekerjaan bukan karir, maka sebaiknya mencari tahu passionnya. Kalau bisa mulai pekerjaan sendiri, mengapa tidak dan mengapa mesti takut.

Siapa saja klien Anda dan kira-kira darimana saja perusahaan tersebut berasal?

Kalau dari kuenya adalah 60% saat ini perusahaan multinational (asing), 30% perusahaan dalam negeri, 10% badan usaha milik negara (BUMN).

Apakah setiap bulannya ada perputaran?

Selalu ada.

Kalau ada economic downturn seperti sewaktu crash tahun 1996, juga beberapa resesi dan devaluasi, apakah itu mempengaruhi jumlah orang yang dicari oleh perusahaan?

Mempengaruhi jumlah orang yang dicari dan mempengaruhi jenis orang yang dicari karena pada saat krisis dibutuhkan karakter orang yang berbeda. Orang yang bisa “bersih-bersih”, yang selalu mempunyai keyakinan bahwa selalu ada harapan dibandingkan dengan yang yang senangnya lari kencang kemudian jatuh dan tidak bisa bangun.


Sumber :
http://www.perspektifbaru.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts