Ada yang bertanya. Sekiranya Adam tidak mengambil buah khuldi, apa yang akan terjadi? Masihkah ia, istrinya, dan seluruh keturunannya tetap menghuni surga? Nggak juga. Cepat atau lambat, ia akan take off dari surga dan landing di bumi, hehehe. Dari berbagai ayat kita mengetahui bahwa Adam akan berdinas di bumi sebagai khalifah. Sebagai pemimpin. Sebagai pemakmur.
Perhatikan baik-baik. Sewaktu berdiam di surga, Adam tidak beroleh gelar khalifah. Namun sewaktu menjalani aktivitas dan rutinitas di bumi, barulah ia beroleh gelar khalifah. Memang, hidup di bumi itu penuh perjuangan. Yah begitulah fitrah manusia selagi ia masih hidup. Berjuang.
Ibaratnya kapal, memang aman dan nyaman saat diam bersandar di dermaga, tapi bukan untuk itu kapal dibuat. Sebuah kapal sejati dirancang untuk membelah ombak bahkan menerjang badai. Berjuang.
Kalau sekarang kita kembali beraktivitas (entah karier atau bisnis), mestinya kita bersyukur. Nggak mengeluh. Teman-teman yang ngantor, bersyukurlah. Miliaran manusia di luar sana tidak memiliki pekerjaan dan mendambakan pekerjaan. Apalagi kita tahu bahwa kerja itu ibadah.
--- dari Ippho Santosa
Monday, August 31, 2015
Menerjang Badai untuk Itulah Kapal Dibuat
Di Balik Kebiasaan Membaca
Hal-hal super-positif, itulah yang tersimpan di balik kebiasaan membaca. Apa iya? Iya. Karena menurut berbagai penelitian, inilah manfaat membaca:
1. Melatih otak... Saat membaca, otak dituntut untuk berpikir ekstra, sehingga dapat membuat orang semakin cerdas. Tapi, bacanya yah harus rutin.
2. Meringankan stress... Keindahan bahasa dalam tulisan dapat menenangkan & mengurangi stress, apalagi bacanya sebelum tidur.
3. Menjauhkan risiko penyakit Alzheimer... Ketika membaca, otak dirangsang secara teratur & ini dapat mencegah berbagai gangguan pada otak.
Di grup WA ini, kita dilatih untuk membaca & mencerna secara silent (hening). Juga minim notification... Banyak anggota yang berharap bisa diskusi & tanya-jawab dengan kami. Japri. Tapi, mohon maaf sebesar-besarnya, belum bisa kami tanggapi. Sebagian mereka kecewa & memilih exit dari grup.
Yah kami belum bisa berbuat banyak. Soalnya, grup yang kami handle, ada puluhan. Ribuan anggota. Dan sekitar 4000 kontak masih mengantri, belum kami save... Yah, bagaimanapun tetap alhamdulillah...
Bisa menyisihkan waktu & sharing di grup secara rutin saja, ini sudah amazing bagi kami. Akhirnya, doakan agar tulisan-tulisan di grup ini semakin bernas & semakin bermanfaat...
--- dari Ippho Santosa
1. Melatih otak... Saat membaca, otak dituntut untuk berpikir ekstra, sehingga dapat membuat orang semakin cerdas. Tapi, bacanya yah harus rutin.
2. Meringankan stress... Keindahan bahasa dalam tulisan dapat menenangkan & mengurangi stress, apalagi bacanya sebelum tidur.
3. Menjauhkan risiko penyakit Alzheimer... Ketika membaca, otak dirangsang secara teratur & ini dapat mencegah berbagai gangguan pada otak.
Di grup WA ini, kita dilatih untuk membaca & mencerna secara silent (hening). Juga minim notification... Banyak anggota yang berharap bisa diskusi & tanya-jawab dengan kami. Japri. Tapi, mohon maaf sebesar-besarnya, belum bisa kami tanggapi. Sebagian mereka kecewa & memilih exit dari grup.
Yah kami belum bisa berbuat banyak. Soalnya, grup yang kami handle, ada puluhan. Ribuan anggota. Dan sekitar 4000 kontak masih mengantri, belum kami save... Yah, bagaimanapun tetap alhamdulillah...
Bisa menyisihkan waktu & sharing di grup secara rutin saja, ini sudah amazing bagi kami. Akhirnya, doakan agar tulisan-tulisan di grup ini semakin bernas & semakin bermanfaat...
--- dari Ippho Santosa
Tujuan Umrah
Ketika mendengar kabar bahwa saya insya Allah akan berumrah pada April 2016, beberapa orang menanyai saya tentang keutamaan umrah.
Begini. Kita sedekah Rp2,5juta saja, terasa balasannya. Dahsyat. Apalagi berumrah, di mana kita mengeluarkan uang Rp25juta bahkan lebih. Sampai-sampai mengorbankan waktu dan meninggalkan keluarga.
Bukan karena kaya, kita berumrah. Tapi, karena berumrah, insya Allah kita akan dikayakan. Ini sih bukan tujuan. Melainkan keutamaan & manfaatnya. Fadilah.
Saya pun turut mendoakan, semoga teman-teman semua bisa berumrah. Amin. Dengan pembimbing mana saja, dengan travel mana saja.
Sumber :
Whatsapp Group Ippho
Begini. Kita sedekah Rp2,5juta saja, terasa balasannya. Dahsyat. Apalagi berumrah, di mana kita mengeluarkan uang Rp25juta bahkan lebih. Sampai-sampai mengorbankan waktu dan meninggalkan keluarga.
Bukan karena kaya, kita berumrah. Tapi, karena berumrah, insya Allah kita akan dikayakan. Ini sih bukan tujuan. Melainkan keutamaan & manfaatnya. Fadilah.
Saya pun turut mendoakan, semoga teman-teman semua bisa berumrah. Amin. Dengan pembimbing mana saja, dengan travel mana saja.
Sumber :
Whatsapp Group Ippho
Tantrum
Pernah melihat anak kita atau ponakan kita tiba-tiba menangis teriak-teriak, bahkan sampai memukul-mukul? Itulah TANTRUM.
Sebenarnya itu sih alami, namun tetap saja harus disikapi dengan cermat & tepat... Anak tantrum kadang mengesalkan. Jika anak tantrum dihadiahi cubitan atau bentakan, dia akan semakin melawan...
Anak tantrum kadang memalukan. Jika anak tantrum dihadiahi apa-apa yang ia inginkan, maka tangisan teriak-teriak akan menjadi senjata ampuh agar keinginan berikutnya dipenuhi... Lha, gimana baiknya?
Begini. Ketika anak tantrum mulai tenang, berikan dia pengertian bahwa kita bahkan orang lain tidak menyukai sikap yang barusan dia tunjukkan. Lalu?
Terus, bimbing dia bagaimana cara mengungkapkan sebuah keinginan. Hm, ada lagi? Doakan juga... Memang ini nggak mudah. Namun di situlah peran & tantangan kita sebagai orangtua. Semoga berhasil...
--- dari Ippho & Bunda Jumi
Sebenarnya itu sih alami, namun tetap saja harus disikapi dengan cermat & tepat... Anak tantrum kadang mengesalkan. Jika anak tantrum dihadiahi cubitan atau bentakan, dia akan semakin melawan...
Anak tantrum kadang memalukan. Jika anak tantrum dihadiahi apa-apa yang ia inginkan, maka tangisan teriak-teriak akan menjadi senjata ampuh agar keinginan berikutnya dipenuhi... Lha, gimana baiknya?
Begini. Ketika anak tantrum mulai tenang, berikan dia pengertian bahwa kita bahkan orang lain tidak menyukai sikap yang barusan dia tunjukkan. Lalu?
Terus, bimbing dia bagaimana cara mengungkapkan sebuah keinginan. Hm, ada lagi? Doakan juga... Memang ini nggak mudah. Namun di situlah peran & tantangan kita sebagai orangtua. Semoga berhasil...
--- dari Ippho & Bunda Jumi
Saturday, August 29, 2015
Writing Coach
By: Edy Zaqeus
Salah satu menu provokasi dalam pelatihan-pelatihan menulis saya adalah menggerakkan orang untuk berani menuliskan pengalaman-pengalaman kehidupan yang berharga. Namun, ternyata bukan persoalan mudah menggedor sejumlah mental block dalam ranah kepenulisan. Masih banyak orang yang takut atau ragu menuliskan pengalaman sendiri. Keraguan itu bahkan hinggap dalam benak banyak orang yang telah sangat ahli dan memiliki jam terbang sangat tinggi di bidang masing-masing.
Berikut adalah kompilasi kultwit saya di akun @ezinstitute yang saya adakan tanggal 5 September lalu. Selamat membaca, semoga ada manfaatnya untuk menyemangati Anda menulis.
1 Ingin sedikit berbagi kesan setelah 2 September lalu memberikan pelatihan kepada para guru SLB di DKI.
2 Tdk bisa saya mungkiri, berbagi pengalaman dan pengetahuan dg para guru adl hal yg sangat menggairahkan. Sungguh!
3 Waktu itu saya bawakan materi Guru Dahsyat Guru Menulis. Saya tunjukkan contoh-contoh guru yang berkibar karena tulisannya.
4 Saya juga tunjukkan contoh-contoh public fugure yg minim pendidikan namun menanjak kariernya, salah satunya karena menulis.
5 Tampak rona kekaguman dari para guru SLB ini. Dan saya yakin mereka menjadi sangat bersemangat berlatih menulis waktu itu.
6 Terbukti dlm waktu sekitar 3 jam saja, mereka berhasil menuliskan 2 artikel pendek ttg bidang kerja atau pengalaman mengajar.
7 Buat para guru SLB yg selama ini mengaku sangat jarang menulis, kalau menulispun laporan sifatnya, hasil itu sdh pencapaian yg luar biasa.
8 Setelah selama tiga jam belajar, saya lihat cukup banyak yg roman mukanya spt kagum pd kemampuan diri sendiri. "Ternyata bisa!" :)
9 Ya, dlm forum itu saya tegaskan. Kl kita sdh menekuni satu bidang selama bertahun-tahun, apalagi puluhan tahun, wah itu luar biasa.
10 Luar biasa artinya kita punya otoritas penuh utk mengolah pengalaman kita tsb sbg bahan tulisan, dg atau tanpa teori.
11 Mengapa masih harus memusingkan teori atau takut menulis tanpa teori? Sementara hidup kita dipenuhi oleh ribuan pengalaman nyata?
12 Bukankah ribuan pengalaman yg kita alami selama puluhan tahun itu merupakan data yg semestinya bisa kita olah menjadi teori yg baru?
13 Bhw, teori model yg kita bahas ini memiliki kelemahan, memang iya. Namun, utk sebuah tulisan popular yg sifatnya sharing itu memadai.
14 Sebab, "teori" baru berdasar pengalaman kita itu sifatnya sharing pengalaman bukan klaim kebenaran sbgm diyakini itu ada di teori umumnya
15 Kalau sifatnya sharing pengalaman, pastilah di situ ada batasan-batasan, tidak ada klaim-klaim yg bisa digeneralisir, dan ada konteksnya.
16 Kalau sifatnya berbagi pengalaman, dari awal kita sdh sadar, tdk ada klaim kebenaran mutlak krn setiap pengalaman itu unik.
17 Kalau berbagi, orang punya pilihan utk mengikuti atau tidak, sesuai kebutuhan masing-masing.
18 Kalau berbagi, mau diambil seluruhnya dr "teori" kita itu boleh, diambil sebagian sesuai kecocokan juga boleh.
19 Sekali lagi, krn tidak ada klaim kebenaran dlm "teori" ala berbagi ini, maka semakin terbuka pula ruang kita utk berteori dg basis ttt.
20 Apa basisnya? Basis teori itu adalah pengalaman kita, hasil pengamatan di lapangan, hasil analisis atau simpulan logika kita, dll.
21 Apakah teori kita kuat? Balik lagi, kadar kekuatannya adl pd data2 kita sendiri. Semakin banyak pengalaman kita, makin berlimpah datanya
22 Ini pengalaman seorang sahabat hipnoterapis yg sharing ke saya ttg banyaknya kasus yg dia tangani dg menggunakan pendekatan ttt.
23 Hipnoterapis ini sgt kuat di metode dan penguasaan teori atas praktiknya. Namun dia mengaku, dlm praktik sehari-hari, ternyata
24 dia harus melakukan banyak modifikasi atau bahkan penciptaan teknik-teknik baru supaya terapinya berhasil.
25 Dg kata lain, kl hanya berkutat pd teori dan pendekatan klasik, text book thinking, kemungkinan besar byk kasus tak tertangani dg baik.
26 Kesadaran dlm memodifikasi teori, metode, pendekatan itu ada dn "terpaksa" dilakukan dlm praktik, dlm kehidupan riil sehari-hari.
27 Hasil dr modifikasi, penambahan, perbaikan, atau penyempurnaan itu, yg kadang bisa berbeda sekali dr teori lama, apakah tidak berharga?
28 Buat saya, pengalaman, hasil pengamatan yg jeli, penemuan di lapangan, dan metode baru yg efektif adl hal yg sangat2 berharga.
29 Baik itu ditemukan oleh sahabat hipnoterapis ini maupun guru-guru SLB yg berpuluh-puluh tahun mengabdi di profesinya.
30 Dlm penilaian sy, orang yg sdh menekuni bidangnya selama puluhan tahun, dn sangat mengenal dunianya, dia adl pakar yg sesungguhnya.
31 Selain pakar, mrk jg layak sekali disebut profesional di bidangnya. Mrk berhak diakui keahliannya krn jam terbang yg luar biasa.
32 Dan menurut saya, bobot mrk sgt sepadan atau bahkan bisa saja lebih dibanding misalnya para mahasiswa pasca-sarjana dg jurusan yg sama.
33 Sampai-sampai sy sering sharing ke para akademisi, bisa enggak para profesional yg menekuni bidangnya selama puluhan tahun itu
34 yg sangat ahli di bidangnya, serta menemukan banyak metode atau teknik baru, mendapat penghargaan sejajar dg para doktor misalnya?
35 Beberapa teman menyatakan itu sudah dilakukan di universitas-universitas di luar negeri. Di Indonesia? Sepertinya belum banyak.
36 Kembali ke soal penulisan, pertanyaannya, apakah temuan-temuan luar biasa para profesional tadi harus dibiarkan berlalu begitu saja?
37 Menurut saya, sayang sekali kalau temuan-temuan dan pengalaman berharga itu hanya tersimpan di kepala para pemiliknya.
38 Pengalaman itu harus dibagikan krn akan besar manfaatnya, baik melalui public speaking maupun dituliskan menjadi artikel atau buku.
39 Dan kepada para sahabat yg saya singgung di atas tadi, saya selalu menguatkan, jangan ragu utk menuliskan pengalaman Anda semua.
40 Merdekakan pikiran Anda supaya bisa menulis dengan baik, lancar, dan produktif.
41 Jangan takut dikritik, jangan takut dinilai, jangan takut dilabelin apapun, sebab secanggih apapun tulisan tetap saja ada yg mengkritik.
42 Jgn sampai ketakutan-ketakutan semacam itu akhirnya memupuskan banyak hal baik dlm proses menulis yg bisa Anda raih.
43 Sebab sesederhana apapun tulisan, apapun temanya, itu tetap memiliki arti positif, entah untuk pembaca ataupun penulisnya sendiri.
44 Jadi, jangan takut lagi menulis, jgn lagi meremehkan tulisan sendiri, dn jgn pernah merasa diri Anda tidak pantas menulis.
45 Semangat menulis, semangat berbagi, dan beri kesempatan setiap tulisan menemukan pembacanya sendiri. Semangat!
(edyzaqeus/ezinstitute.com)
Sumber :
Milis The Manager
Salah satu menu provokasi dalam pelatihan-pelatihan menulis saya adalah menggerakkan orang untuk berani menuliskan pengalaman-pengalaman kehidupan yang berharga. Namun, ternyata bukan persoalan mudah menggedor sejumlah mental block dalam ranah kepenulisan. Masih banyak orang yang takut atau ragu menuliskan pengalaman sendiri. Keraguan itu bahkan hinggap dalam benak banyak orang yang telah sangat ahli dan memiliki jam terbang sangat tinggi di bidang masing-masing.
Berikut adalah kompilasi kultwit saya di akun @ezinstitute yang saya adakan tanggal 5 September lalu. Selamat membaca, semoga ada manfaatnya untuk menyemangati Anda menulis.
1 Ingin sedikit berbagi kesan setelah 2 September lalu memberikan pelatihan kepada para guru SLB di DKI.
2 Tdk bisa saya mungkiri, berbagi pengalaman dan pengetahuan dg para guru adl hal yg sangat menggairahkan. Sungguh!
3 Waktu itu saya bawakan materi Guru Dahsyat Guru Menulis. Saya tunjukkan contoh-contoh guru yang berkibar karena tulisannya.
4 Saya juga tunjukkan contoh-contoh public fugure yg minim pendidikan namun menanjak kariernya, salah satunya karena menulis.
5 Tampak rona kekaguman dari para guru SLB ini. Dan saya yakin mereka menjadi sangat bersemangat berlatih menulis waktu itu.
6 Terbukti dlm waktu sekitar 3 jam saja, mereka berhasil menuliskan 2 artikel pendek ttg bidang kerja atau pengalaman mengajar.
7 Buat para guru SLB yg selama ini mengaku sangat jarang menulis, kalau menulispun laporan sifatnya, hasil itu sdh pencapaian yg luar biasa.
8 Setelah selama tiga jam belajar, saya lihat cukup banyak yg roman mukanya spt kagum pd kemampuan diri sendiri. "Ternyata bisa!" :)
9 Ya, dlm forum itu saya tegaskan. Kl kita sdh menekuni satu bidang selama bertahun-tahun, apalagi puluhan tahun, wah itu luar biasa.
10 Luar biasa artinya kita punya otoritas penuh utk mengolah pengalaman kita tsb sbg bahan tulisan, dg atau tanpa teori.
11 Mengapa masih harus memusingkan teori atau takut menulis tanpa teori? Sementara hidup kita dipenuhi oleh ribuan pengalaman nyata?
12 Bukankah ribuan pengalaman yg kita alami selama puluhan tahun itu merupakan data yg semestinya bisa kita olah menjadi teori yg baru?
13 Bhw, teori model yg kita bahas ini memiliki kelemahan, memang iya. Namun, utk sebuah tulisan popular yg sifatnya sharing itu memadai.
14 Sebab, "teori" baru berdasar pengalaman kita itu sifatnya sharing pengalaman bukan klaim kebenaran sbgm diyakini itu ada di teori umumnya
15 Kalau sifatnya sharing pengalaman, pastilah di situ ada batasan-batasan, tidak ada klaim-klaim yg bisa digeneralisir, dan ada konteksnya.
16 Kalau sifatnya berbagi pengalaman, dari awal kita sdh sadar, tdk ada klaim kebenaran mutlak krn setiap pengalaman itu unik.
17 Kalau berbagi, orang punya pilihan utk mengikuti atau tidak, sesuai kebutuhan masing-masing.
18 Kalau berbagi, mau diambil seluruhnya dr "teori" kita itu boleh, diambil sebagian sesuai kecocokan juga boleh.
19 Sekali lagi, krn tidak ada klaim kebenaran dlm "teori" ala berbagi ini, maka semakin terbuka pula ruang kita utk berteori dg basis ttt.
20 Apa basisnya? Basis teori itu adalah pengalaman kita, hasil pengamatan di lapangan, hasil analisis atau simpulan logika kita, dll.
21 Apakah teori kita kuat? Balik lagi, kadar kekuatannya adl pd data2 kita sendiri. Semakin banyak pengalaman kita, makin berlimpah datanya
22 Ini pengalaman seorang sahabat hipnoterapis yg sharing ke saya ttg banyaknya kasus yg dia tangani dg menggunakan pendekatan ttt.
23 Hipnoterapis ini sgt kuat di metode dan penguasaan teori atas praktiknya. Namun dia mengaku, dlm praktik sehari-hari, ternyata
24 dia harus melakukan banyak modifikasi atau bahkan penciptaan teknik-teknik baru supaya terapinya berhasil.
25 Dg kata lain, kl hanya berkutat pd teori dan pendekatan klasik, text book thinking, kemungkinan besar byk kasus tak tertangani dg baik.
26 Kesadaran dlm memodifikasi teori, metode, pendekatan itu ada dn "terpaksa" dilakukan dlm praktik, dlm kehidupan riil sehari-hari.
27 Hasil dr modifikasi, penambahan, perbaikan, atau penyempurnaan itu, yg kadang bisa berbeda sekali dr teori lama, apakah tidak berharga?
28 Buat saya, pengalaman, hasil pengamatan yg jeli, penemuan di lapangan, dan metode baru yg efektif adl hal yg sangat2 berharga.
29 Baik itu ditemukan oleh sahabat hipnoterapis ini maupun guru-guru SLB yg berpuluh-puluh tahun mengabdi di profesinya.
30 Dlm penilaian sy, orang yg sdh menekuni bidangnya selama puluhan tahun, dn sangat mengenal dunianya, dia adl pakar yg sesungguhnya.
31 Selain pakar, mrk jg layak sekali disebut profesional di bidangnya. Mrk berhak diakui keahliannya krn jam terbang yg luar biasa.
32 Dan menurut saya, bobot mrk sgt sepadan atau bahkan bisa saja lebih dibanding misalnya para mahasiswa pasca-sarjana dg jurusan yg sama.
33 Sampai-sampai sy sering sharing ke para akademisi, bisa enggak para profesional yg menekuni bidangnya selama puluhan tahun itu
34 yg sangat ahli di bidangnya, serta menemukan banyak metode atau teknik baru, mendapat penghargaan sejajar dg para doktor misalnya?
35 Beberapa teman menyatakan itu sudah dilakukan di universitas-universitas di luar negeri. Di Indonesia? Sepertinya belum banyak.
36 Kembali ke soal penulisan, pertanyaannya, apakah temuan-temuan luar biasa para profesional tadi harus dibiarkan berlalu begitu saja?
37 Menurut saya, sayang sekali kalau temuan-temuan dan pengalaman berharga itu hanya tersimpan di kepala para pemiliknya.
38 Pengalaman itu harus dibagikan krn akan besar manfaatnya, baik melalui public speaking maupun dituliskan menjadi artikel atau buku.
39 Dan kepada para sahabat yg saya singgung di atas tadi, saya selalu menguatkan, jangan ragu utk menuliskan pengalaman Anda semua.
40 Merdekakan pikiran Anda supaya bisa menulis dengan baik, lancar, dan produktif.
41 Jangan takut dikritik, jangan takut dinilai, jangan takut dilabelin apapun, sebab secanggih apapun tulisan tetap saja ada yg mengkritik.
42 Jgn sampai ketakutan-ketakutan semacam itu akhirnya memupuskan banyak hal baik dlm proses menulis yg bisa Anda raih.
43 Sebab sesederhana apapun tulisan, apapun temanya, itu tetap memiliki arti positif, entah untuk pembaca ataupun penulisnya sendiri.
44 Jadi, jangan takut lagi menulis, jgn lagi meremehkan tulisan sendiri, dn jgn pernah merasa diri Anda tidak pantas menulis.
45 Semangat menulis, semangat berbagi, dan beri kesempatan setiap tulisan menemukan pembacanya sendiri. Semangat!
(edyzaqeus/ezinstitute.com)
Sumber :
Milis The Manager
Tips Presentasi yang Efektif;
Sering kali peserta kelas Public Speaking bertanya, “Mas, bagaimana cara agar persentasi kita efektif?”. Saya menduga, proses belajar berbicara di depan umum (Public Speaking) pernah mengantarkan Anda dan saya tiba pada pertanyaan yang sama.
Ngomong-ngomong, Apakah Anda tau? Mengapa persentasi yang efektif itu penting? Ya saya sangat yakin Anda mengetahuinya.
Yakni, supaya tujuan dan pesan yang kita ingin sampaikan diterima oleh audiens. Karena, hakekat sesungguhnya dari sebuah komunikasi kan pendengar memahami (pendengar mengalami dan melakukan sebagaimana yang diharapkan oleh sipembicara) maksud yang dikomunikasikan oleh pembicara. Baik verbal maupun nonverbal. ”
Lalu, bagaimana cara berbicara efektif dan public speaking? Menurut saya ada 3 cara agar hasil persentasi (Public Speaking) kita menjadi Efektif;
Pertama, To The Point
Bapak Tantowi Yahya saat mengajar tema Talk Effectively and Effeciently berkata, “Jika Anda dapat mengkomunikasi ide Anda dalam 8 kata, lantas buat apa Anda menyampaikannya dengan 20 kata?”.
Maksudnya, cara berbicara efektif adalah kemampuan kita menyampaikan hal penting dan wajib. Bahasa lainnya, persentasi efektif mengutarakan pokok-pokok bahasan dari tema yang kita inginkan.
Tapi bukan berarti, selain dari inti utama ide yang kita sampaikan menjadi tidak penting. Tidak, bukan itu maksud saya. Yang perlu kita garis bawahi di sini, di luar tujuan utama persentasi, cukuplah ia sebagai penguat saja. Tak ubahnya bumbu penyedap dalam makanan. Kebanyakan malah menjadi tidak enak.
Sama halnya saat berbicara di depan umum (Public Speaking), sampaikan poin apa saja yang penting. Sehingga langsung tepat sasaran. Jadi, inti dari langkah pertama adalah to the point.
Kedua, Short
Setelah berbicara langsung ke tujuan (to the point), selanjutnya pastikan kita menyampaikan idea dengan singkat dan jelas. Jangan pernah takut ceramah, orasi, persentasi dan konteks Public Speaking lainnya, jika singkat maka akan dikomplain atau membuat penonton kecewa.
Steven Keague, penulis buku The Little Red Handbook of Public Speaking and Presenting, mengingatkan kepada siswa-siswa workshop public speaking juga pembaca buku dan tips public speaking di blognya, "Belum pernah ada audiens yang komplain atau keberatan terhadap persentasi/ceramah yang disampaikan dengan durasi singkat".
Mau bukti? Baiklah, silakan Anda membaca sampai tuntas, di akhir tulisan, saya berjanji akan memberi contoh kepada Anda, bahwa pesan yang singkat hampir tidak pernah dikomplain.
Ketiga, Verbal
Langkah ketiga ini barangkali mejadi ruh dari kedua langkah sebelumnya. Karena, secara logika, pembicaraan yang langsung ke tujuan biasanya cenderung singkat kalimatnya. Kalimat yang singkat tercipta dari pilihan kata yang tepat.
Jadi, verbal di sini, tatkala kita mempersiapkan materi sebelum melakukan Pulic Speaking, Anda dan saya benar-benar memastikan padanan kata-katanya tidak mubazir. Singkat tapi tepat sasaran. 2 menit penampilan Public Speaking kita mampu menggantikan puluhan ribu kata yang semestinya disampaikan 2 jam.
Sehingga, esensi Public Speaking terjadi seperti pernyataan mendiang om John F Kenedy, Presiden Amerika, “Public Speaking is the art of diluting a two minute idea with a two-hours vocabulary”.
Pembaca yang berbahagia. Sekarang, seandainya Anda diminta untuk menyampaikan tips berbicara efektif dalam public speaking dalam waktu 3 menit. Menurut Anda, akankah pendengar komplain Anda menyampaikan 3 point kesimpulan di atas?
Oh ya, saya mempunyai hutang contoh pidato pendek hampir tidak pernah dikomplain. Baiklah saya akan memberitahu dan bisa jadi mengingatkan Anda kembali akan pidato tersingkat sepanjang sejarah manusia hingga saat ini;
“Never, Ever Give Up!” Wiston Churchil Perdana Menteri Ingris.
Ciganjur 4 April 2015
Rahmadsyah Mind-Therapist
Sumber :
Milis The Managers
Ngomong-ngomong, Apakah Anda tau? Mengapa persentasi yang efektif itu penting? Ya saya sangat yakin Anda mengetahuinya.
Yakni, supaya tujuan dan pesan yang kita ingin sampaikan diterima oleh audiens. Karena, hakekat sesungguhnya dari sebuah komunikasi kan pendengar memahami (pendengar mengalami dan melakukan sebagaimana yang diharapkan oleh sipembicara) maksud yang dikomunikasikan oleh pembicara. Baik verbal maupun nonverbal. ”
Lalu, bagaimana cara berbicara efektif dan public speaking? Menurut saya ada 3 cara agar hasil persentasi (Public Speaking) kita menjadi Efektif;
Pertama, To The Point
Bapak Tantowi Yahya saat mengajar tema Talk Effectively and Effeciently berkata, “Jika Anda dapat mengkomunikasi ide Anda dalam 8 kata, lantas buat apa Anda menyampaikannya dengan 20 kata?”.
Maksudnya, cara berbicara efektif adalah kemampuan kita menyampaikan hal penting dan wajib. Bahasa lainnya, persentasi efektif mengutarakan pokok-pokok bahasan dari tema yang kita inginkan.
Tapi bukan berarti, selain dari inti utama ide yang kita sampaikan menjadi tidak penting. Tidak, bukan itu maksud saya. Yang perlu kita garis bawahi di sini, di luar tujuan utama persentasi, cukuplah ia sebagai penguat saja. Tak ubahnya bumbu penyedap dalam makanan. Kebanyakan malah menjadi tidak enak.
Sama halnya saat berbicara di depan umum (Public Speaking), sampaikan poin apa saja yang penting. Sehingga langsung tepat sasaran. Jadi, inti dari langkah pertama adalah to the point.
Kedua, Short
Setelah berbicara langsung ke tujuan (to the point), selanjutnya pastikan kita menyampaikan idea dengan singkat dan jelas. Jangan pernah takut ceramah, orasi, persentasi dan konteks Public Speaking lainnya, jika singkat maka akan dikomplain atau membuat penonton kecewa.
Steven Keague, penulis buku The Little Red Handbook of Public Speaking and Presenting, mengingatkan kepada siswa-siswa workshop public speaking juga pembaca buku dan tips public speaking di blognya, "Belum pernah ada audiens yang komplain atau keberatan terhadap persentasi/ceramah yang disampaikan dengan durasi singkat".
Mau bukti? Baiklah, silakan Anda membaca sampai tuntas, di akhir tulisan, saya berjanji akan memberi contoh kepada Anda, bahwa pesan yang singkat hampir tidak pernah dikomplain.
Ketiga, Verbal
Langkah ketiga ini barangkali mejadi ruh dari kedua langkah sebelumnya. Karena, secara logika, pembicaraan yang langsung ke tujuan biasanya cenderung singkat kalimatnya. Kalimat yang singkat tercipta dari pilihan kata yang tepat.
Jadi, verbal di sini, tatkala kita mempersiapkan materi sebelum melakukan Pulic Speaking, Anda dan saya benar-benar memastikan padanan kata-katanya tidak mubazir. Singkat tapi tepat sasaran. 2 menit penampilan Public Speaking kita mampu menggantikan puluhan ribu kata yang semestinya disampaikan 2 jam.
Sehingga, esensi Public Speaking terjadi seperti pernyataan mendiang om John F Kenedy, Presiden Amerika, “Public Speaking is the art of diluting a two minute idea with a two-hours vocabulary”.
Pembaca yang berbahagia. Sekarang, seandainya Anda diminta untuk menyampaikan tips berbicara efektif dalam public speaking dalam waktu 3 menit. Menurut Anda, akankah pendengar komplain Anda menyampaikan 3 point kesimpulan di atas?
Oh ya, saya mempunyai hutang contoh pidato pendek hampir tidak pernah dikomplain. Baiklah saya akan memberitahu dan bisa jadi mengingatkan Anda kembali akan pidato tersingkat sepanjang sejarah manusia hingga saat ini;
“Never, Ever Give Up!” Wiston Churchil Perdana Menteri Ingris.
Ciganjur 4 April 2015
Rahmadsyah Mind-Therapist
Sumber :
Milis The Managers
Karier dan Lego
Lego adalah merek dari sebuah mainan bongkar pasang terbuat dari plastik yang mengasyikkan dan menantang, sekarang ini, bukan hanya bagi anak-anak tetapi juga para orang tua.Dengan begitu banyak jenis warna, bentuk, ukuran, dan model, segala jenis benda bisa dibentuk dari potongan plastik tersebut.
Ada dua prinsip kerja yang menarik dari bermain lego.
Pertama, memadumadankan potongan plastik mengikuti arahan gambar dari pabrik yang biasanya disertakan di dalam kemasan.
Kedua, membuat karya sendiri sesuka hati.
Mencermati bagaimana seorang anak dan anak yang lain mengutak-atik lego, kita juga dapat belajar soal pola pikir anak dan dimensi kreatifnya.
Anak-anak yang cenderung memiliki platform baku dalam pola pikir pada umumnya menghasilkan bentuk yang nyaris serupa dari waktu ke waktu. Dia tetap dapat disebut kreatif, namun dengan sedikit kemampuan kompilasi dan mplementasi. Anak yang mampu mereka ulang berbagai macam bentuk berbeda memiliki kemampuan menggagas dan merancang, serta mewujudkan gagasannya.
Bagaimana seorang anak dapat diajar untuk belajar teknik merancang dan mengkonsep?
Pandu anak untuk mengenali bentuk-bentuk dasar dan fungsi bentuk-bentuk dasar dari potongan lego. Dengan berlatih dan sering mengamati orang yang lebih ahli, anak akan terpancing mengembangkan daya kreasinya.
Hal sama terjadi pada manusia dalam proses memberi dan memandu arahan karir seseorang.
Memberikan ide atau saran karir adalah "sangat mudah" kalau kita sekedar memaparkan potensi dari sebuah lowongan kerja seperti proses menjajakan "barang". Akan tetapi, karir tidaklah melulu bicara soal peluang pasar. Ada banyak hal lain di dalam proses karir, apalagi bilamana dikaitkan dengan faktor ambisi dan persaingan. Kemenangan sesaat di awal langkah karir belum tentu berdampak baik dalam jangka panjang. Ibarat olah raga lari, karir adalah sebuah marathon, bukan sprint.
Jadi, agar paparan soal potensi dan peluang pasar menjadi relevan dengan potensi dan peluang diri, maka pendamping karir (konselor karir) mau tidak mau harus bertemu dengan konseli. Seperti seorang anak yang sedang belajar mengenali bentuk-bentuk potongan plastik lego untuk mereka ulang bangunan, demikianlah seorang yang sedang memetakan masa depan karir atau profesinya diajak untuk melepaskan potongan-potongan dirinya.
Mengajak bicara konseli perihal dirinya sendiri, baik tentang kekecewaan dan kegagalan dia, harapan-harapannya, penghalang-penghalang yang pernah dia temui adalah proses mengenali balok-balok dasar penbentuk sukses karir atau balok-balok dasar penghalang sukses karir.
Beberapa dari konseli, sekalipun mengakui menyadari adanya balok-balok itu, ternyata tetap tak mampu memetakan potensi peluang dan potensi masalah.
Peran seorang konselor dalam pertukaran informasi itu adalah mengajak konseli agar dapat memaparkan sendiri peluang dan tantangan bagi dirinya dengan berbagai teknik bertanya dan empati.
Di titik ini, beberapa berhasil menemukan kunci-kunci solusi, beberapa belum mampu, dan bahkan bisa jadi tambah pusing atau semakin ragu.
Jangan berhenti bedialog, sebelum ada sedikitnya satu saja pengertian khusus yang ditangkap yang dapat dipaparkannya secara gamblang perihal bentuk dasar baru yang dia mengerti bahwa dia dapat melakukannya. Sekalipun itu belum tentu relevan dengan mimpi karirnya, tidak mengapa, karena pada waktunya nanti hal itu akan relevan.
Bilamana proses dialog harus dihentikan sementara, percakapan dapat dihentikan dengan kalimat, "Baiklah, tidak mengapa kita berhenti dulu di sini. Setidaknya kita sudah menemukan bahwa potongan-potongan gagasan, harapan, kekuatiran, kecemasan, sudah kita kenali. Kita akan bertemu lagi pada waktu yang baik dan mendapati bahwa sebagian dari potongan itu sudah kamu temukan relevansinya satu sama lain, sehingga kamu sendiri bisa memutuskan "penting atau tidak pentingnya" mempertahankan sesuatu yang berpotensi masalah padahal belum tentu akan terjadi.
Jadi,
Mengajar diri sendiri memetakan aktivitas ke depan untuk bangunan masa depan kita, sesungguhnya memang mirip dengan cara kerja bermain lego secara bebas. Bongkar dan pasang memadumadankan potongan plastik untuk membuat bentuk baru.
Setiap orang memiliki beban masalahnya sendiri. Belajar dari keberhasilan orang lain itu baik, namun belum tentu juga memastikan keberhasilan Anda. Belajar dari kesalahan dan kegagalan orang lain juga baik, supaya Anda tidak perlu mengikuti jejak gagal. Jadi, yang terpenting dari proses belajar seseorang dengan tumpukan masalah adalah "bukan melihat kepada kunci sukses orang lain" akan tetapi, belajar untuk mampu melihat "potongan2 masalah dirinya secara obyektif dan realistis" untuk melihatnya dalam perspektif yang berbeda.
Intinya:
1. Tidak semua masalah itu penting.
2. Tidak semua hal yang berpotensi masalah itu penting.
3. Tidak berarti bahwa masalah atau potensi masalah itu harus diabaikan.
4. Pemahaman akan masalah dan potensi masalah menuntun kita agar dapat melangkah secara lebih berhikmat dalam memutuskan.
Karena masalah-masalah dalam karir itu sebetulnya sesuatu yang kompleks dari kumpulan masalah sederhana, maka yang seharusnya dilakukan hanyalah memisahkan masalah-masalah sederhana itu satu per satu dan mengesampingkan hal-hal yang tidak relevan dan tidak penting, sehingga dapat fokus kepada kunci-kunci yang sudah ada di dalam diri Anda sendiri.
Jadi, apa hubungannya dengan lego?
Temukan keindahan dari setiap potongan masalah kehidupan Anda hari ini: apa bentukan dasar masalah dan potensi masalah, yang dalam format pola pikir rekonstruksi ulang seperti lego, justru akan mengantar kita kepada potongan dasar terobosan dalam berkreasi.
Temukanlah dan nikmatilah hidup Anda!
Selamat beraktivitas!
Sifra Susi Langi
President Indonesia Career Center 2014 - 2019
Sumber :
Milis The Manager
Percaya Diri saat Public Speaking
3 Cara Meningkatkan Percaya Diri Saat Public Speaking
Pengalaman saya dari awal tahun 2011 sampai dengan sekarang mengajar kelas Public Speaking di Tantowi Yahya Public Speaking Shcool. Rasanya hampir tidak pernah menemui peserta tanpa dihantui oleh ketakutan tampil di depan umum. Ketakutan yang muncul beragam bentuk. Apa saja hal yang ditakutkan peserta dan mengapa hal itu terjadi?
Sementara pada kesempatan kali ini, saya akan membagikan tips kepada Anda, bagaimana cara meningkatkan rasa percaya diri Anda dalam konteks public speaking? Entah persentasi bisnis, rapat rutin mingguan, persentasi proposal skripsi, kata sambutan, dan hal lainnya.
Apa saja 3 cara ini?
Pertama, Perdalam ilmu pengetahuan public speaking Anda.
Maksudnya, perbanyak baca buku, artikel, majalah dan segala informasi tertulis tentang public speaking. Seperti catatan yang Anda baca saat ini. Bila perlu seat in kembali ke kelas workshop public speaking di tempat Anda ikut.
Sering-sering komunikasi dengan mentor / trainer public speaking. Tidak perlu sungkan dan ragu untuk bertanya kepada mereka. Baik saat Anda mau tampil, mendapat kendala teknis tatkala acara Anda berlangsung dan kesempatan lainnya.
Kedua, Tingkatkan keterampilan (skill Public Speaking) Anda.
Sampai hari ini saya masih teringat rekan mengajar di TYPSS mbak Feni Rose (Presenter). Dia mengingatkan kepada peserta, “Bapak ibu, di property itu ada hukum 3 L menentukan lahan dan bangunan tersebut cepat laku atau tidak. Yaitu, Lokasi, Lokasi dan Lokasi”. Mbak Feni berkata sambil memvisualkan dengan jari tangannya. Yang telujuk vertikal dan ibu jari horizontal.
Kemudian beliau melanjutkan, “Sama halnya dengan Public Speaking, skill Anda akan semakin terus melejit syaratnya 3 L juga. Apa itu? Latihan, latihan dan Latihan”. Sekarang sambil mendekatkan visual tanganya ke jidat sebagai asumsi agar masuk ke otak.
Nah, barangkali sekarang Anda bertanya-tanya di dalam diri Anda, “Bagaimana cara melatih keterampilan public speaking? Saya kan jarang mengajar mas? Saya sedikit kesempatan untuk tampil?”. Apakah seperti itu?
Ingat, public speaking adalah bagian khsusus dari ilmu komunikasi. Sebagaimana telah Anda ketahui, saya dan Anda setiap hari berkomunikasi. Entah dengan cara verbal maupun nonverbal.
Oleh karena itu, praktekkan ekspresi saat Anda berkomunikasi sehari-hari. Gunakan bahasa tubuh Anda menguatkan apa yang Anda sampaikan. Latih olah vokal Anda. Kapan perlu berbicara cepat, lambat, tinggi, rendah dan menjaga tempo Anda.
Terakhir, Perbanyak Jam Terbang Anda.
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Ya benar. Pengalaman tampil akan menjadi guru terbaik bagi Anda dan saya tatkala kita menyadari setiap kesempatan berbicara. Apalagi jika kita melakukan dengan kemampuan terbaik yang kita miliki pada tiap momen yang ada. Lalu mengevaluasi dan memperbaiki atau meningkatkan di kesempatan selanjutnya.
Namun hati-hati. Dia juga menjadi penganggu terhebat. Apabila saat berbicara di depan umum hanya sekedar bicara saja. Oleh sebab itu, ambil kesempatan. Gunakan peluang untuk meningkatkan keterampilan dan jam terbang Anda.
Lalu bagaimana kalau Anda sedikit memiliki kesempatan berbicara di depan umum? Bila demikian keadaannya, maka mulailah membuat kesempatan bicara itu datang. Caranya?
Cari tempat yang memadai, lalu undang orang datang untuk mendengarkan ide Anda. Inilah yang saya lakukan dulu saat masih kuliah. Saya melobi pihak kampus agar bisa memakai ruang kelas secara gratis selama 3 jam. Lalu saya tulis undangan seminar menggunakan aplikasi pada office. Saya print, saya foto kopi dan saya sebarkan sendiri. (He...he..he...).
Bisa juga, mulai sekarang Anda mencari tau informasi tentang komunitas sharing idea. Seperti kelas berbagi atau toasmaster. Atau kalau perlu, ajak teman-teman yang sama-sama ingin meningkatkan kompetensi public speaking seperti Anda. Lalu buat forum sendiri.
Semoga bermanfaat.
Rahmadsyah Mind-Therapist
Trainer Public Speaking and Life Coach
rahmadnlp@gmail.com
Sumber :
Milis The Manager
Pengalaman saya dari awal tahun 2011 sampai dengan sekarang mengajar kelas Public Speaking di Tantowi Yahya Public Speaking Shcool. Rasanya hampir tidak pernah menemui peserta tanpa dihantui oleh ketakutan tampil di depan umum. Ketakutan yang muncul beragam bentuk. Apa saja hal yang ditakutkan peserta dan mengapa hal itu terjadi?
Sementara pada kesempatan kali ini, saya akan membagikan tips kepada Anda, bagaimana cara meningkatkan rasa percaya diri Anda dalam konteks public speaking? Entah persentasi bisnis, rapat rutin mingguan, persentasi proposal skripsi, kata sambutan, dan hal lainnya.
Apa saja 3 cara ini?
Pertama, Perdalam ilmu pengetahuan public speaking Anda.
Maksudnya, perbanyak baca buku, artikel, majalah dan segala informasi tertulis tentang public speaking. Seperti catatan yang Anda baca saat ini. Bila perlu seat in kembali ke kelas workshop public speaking di tempat Anda ikut.
Sering-sering komunikasi dengan mentor / trainer public speaking. Tidak perlu sungkan dan ragu untuk bertanya kepada mereka. Baik saat Anda mau tampil, mendapat kendala teknis tatkala acara Anda berlangsung dan kesempatan lainnya.
Kedua, Tingkatkan keterampilan (skill Public Speaking) Anda.
Sampai hari ini saya masih teringat rekan mengajar di TYPSS mbak Feni Rose (Presenter). Dia mengingatkan kepada peserta, “Bapak ibu, di property itu ada hukum 3 L menentukan lahan dan bangunan tersebut cepat laku atau tidak. Yaitu, Lokasi, Lokasi dan Lokasi”. Mbak Feni berkata sambil memvisualkan dengan jari tangannya. Yang telujuk vertikal dan ibu jari horizontal.
Kemudian beliau melanjutkan, “Sama halnya dengan Public Speaking, skill Anda akan semakin terus melejit syaratnya 3 L juga. Apa itu? Latihan, latihan dan Latihan”. Sekarang sambil mendekatkan visual tanganya ke jidat sebagai asumsi agar masuk ke otak.
Nah, barangkali sekarang Anda bertanya-tanya di dalam diri Anda, “Bagaimana cara melatih keterampilan public speaking? Saya kan jarang mengajar mas? Saya sedikit kesempatan untuk tampil?”. Apakah seperti itu?
Ingat, public speaking adalah bagian khsusus dari ilmu komunikasi. Sebagaimana telah Anda ketahui, saya dan Anda setiap hari berkomunikasi. Entah dengan cara verbal maupun nonverbal.
Oleh karena itu, praktekkan ekspresi saat Anda berkomunikasi sehari-hari. Gunakan bahasa tubuh Anda menguatkan apa yang Anda sampaikan. Latih olah vokal Anda. Kapan perlu berbicara cepat, lambat, tinggi, rendah dan menjaga tempo Anda.
Terakhir, Perbanyak Jam Terbang Anda.
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Ya benar. Pengalaman tampil akan menjadi guru terbaik bagi Anda dan saya tatkala kita menyadari setiap kesempatan berbicara. Apalagi jika kita melakukan dengan kemampuan terbaik yang kita miliki pada tiap momen yang ada. Lalu mengevaluasi dan memperbaiki atau meningkatkan di kesempatan selanjutnya.
Namun hati-hati. Dia juga menjadi penganggu terhebat. Apabila saat berbicara di depan umum hanya sekedar bicara saja. Oleh sebab itu, ambil kesempatan. Gunakan peluang untuk meningkatkan keterampilan dan jam terbang Anda.
Lalu bagaimana kalau Anda sedikit memiliki kesempatan berbicara di depan umum? Bila demikian keadaannya, maka mulailah membuat kesempatan bicara itu datang. Caranya?
Cari tempat yang memadai, lalu undang orang datang untuk mendengarkan ide Anda. Inilah yang saya lakukan dulu saat masih kuliah. Saya melobi pihak kampus agar bisa memakai ruang kelas secara gratis selama 3 jam. Lalu saya tulis undangan seminar menggunakan aplikasi pada office. Saya print, saya foto kopi dan saya sebarkan sendiri. (He...he..he...).
Bisa juga, mulai sekarang Anda mencari tau informasi tentang komunitas sharing idea. Seperti kelas berbagi atau toasmaster. Atau kalau perlu, ajak teman-teman yang sama-sama ingin meningkatkan kompetensi public speaking seperti Anda. Lalu buat forum sendiri.
Semoga bermanfaat.
Rahmadsyah Mind-Therapist
Trainer Public Speaking and Life Coach
rahmadnlp@gmail.com
Sumber :
Milis The Manager
Cara Tampil Berbicara Maksimal
Bagaimana Cara Agar Tetap Tampil Berbicara Maksimal Meskipun Durasi Anda Berkurang?
By; Rahmadsyah
Saya yakin, Hampir semua pembicara pernah mengalami yang namanya, berkurangnya waktu untuk tampil berbicara (#PublicSpeaking). Entah karena gangguan teknis di luar kendali pembicara dan panitia (seperti mati lampu, mic tiba-tiba tidak menyala dan hal lainnya). Atau karena faktor formalitas (misalnya, waktu diundur lantaran menunggu peserta datang atau karena menanti orang-orang tertentu yang dituakan dan dihormati).
Padahal, sebagai pembicara kita sudah menyiapkan materi yang akan kita sampaikan. Kita sudah berlatih agar pesan tersampaikan dengan baik sesuai waktu yang dialokasi buat kita berbicara.
Akan tetapi, pada hari pelaksanaan tiba. Kita mendapat kabar dan kenyataan, bahwa waktu kita berbicara berubah tiba-tiba. Yang awalnya 2 jam, sekarang kita hanya punya kesempatan bicara 60 menit. Bahkan lebih ekstrim, ada juga yang berubah mejadi 30 menit. Kejadian ini pernah saya alami saat mengisi motivasi untuk sebuah bank di Puncak.
Lalu, apa yang mesti Anda lakukan bila Anda mengalami hal seperti yang saya ceritakan di atas?
Pertama, Tetap tampil percaya diri.
Yakinkan diri Anda bahwa dengan waktu yang tersedia Anda tetap dapat tampil sempurna dan maksimal. Tidak perlu menyampaikan bahwa waktu berbicara telah berkurang. “Para hadirin, padahal saya sudah menyiapkan materi penting ini untuk 2 jam ke depan. Tapi waktu yang tersedia bagi saya tinggal 1jam...”.
Kenapa hal ini tidak perlu Anda sampaikan? Karena, sudah maklum dalam Public Speaking, audiens tidak mau tau apa yang terjadi kepada pembicara. Di kepala mereka hanya ada, “Apa manfaat bagi saya dari pembicaraan Anda?”.
Selain itu, mengkomunikasikan jatah bicara Anda berkurang, secara implisit Anda menginginkan pemakluman bila hasil presentasi Anda kurang maksimal. Dalam benak Anda berkata, “Wajar kalau presentasi saya kurang maksimal karena waktu saya bicara telah berkurang”.
Alih-alih memberitahukan audiens akan durasi, lebih baik Anda membuka Public Speaking dengan, “Hadirin sekalian, dalam waktu 1 jam ke depan, saya pastikan Anda mengetahui cara tampil berbicara di depan umum dengan Percaya Diri, Sistematis dan Penuh Meyakinkan ...”
Percayalah, pernyataan pembuka ceramah Anda di atas menguatkan bahwa Anda seorang permbciara yang profesional.
Kedua, Fokus pada tujuan dan prioritas.
Mulai penjelasan tentang topik yang Anda sampaikan dengan mengurutkan dari hal yang terpenting dan kurang penting. Di kelas pelatihan Public Speaking saya biasanya menyampaikan kepada audiens, “Fokus pada yang wajib baru kemudian sampaikan yang sunah”.
Tapi ingat, bukan berarti lantaran fokus pada tujuan dan prioritas Anda mengabaikan yang sunnah. Tetap sampaikan yang sunnah sebagai bumbu penyedap (penguat) topik yang Anda sampaikan.
Ketiga, Bagi isi pembicaraan Anda menjadi 3 bagian; masalah, solusi dan pengalaman Anda.
Sampaikan letak permasalahan, tantangan atau kendala serta dampak dari masalah tersebut. Sehingga menjadi alasan pentingnya audiens menyimak presentasi Anda. Kemudian, jangan lupa persembahkan solusi termudah dan masuk akal bagi audiens mempraktekkannya.
Terakhir, bungkus dengan cerita pengalaman nyata Anda mengamalkan solusi yang Anda sampaikan. Ceritakan apa kendala yang Anda hadapi? bagaimana menyelesaikannya? Dan apa dampak (manfaatnya) bagi Anda saat ini. Kisah Anda akan menerangkan dengan jelas maksud inti public speaking Anda.
Bahkan, kisah Anda menjadi penguat bagi ingatan audiens. Bagaikan menulis catatan di word lalu menyimpan artikel tersebut dengan nama file unik pada folder khusus. Sehingga mudah mengaksesnya kembali.
Oh ya, satu hal lagi. Sebelum Anda meninggalkan panggung. Tampilkan dengan jelas alamat email dan no HP Anda di slide Anda atau tulis di flipchart. Sampaikan bahwa Anda siap melayani pertanyaan seputar topik yang Anda sampaikan.
“Bapak ibu yang berbahagia, Steve Jobs pernah berkata, “Keep foolish”. Yang artinya selalu merasa diri belum tau dan masih bodoh. Sehingga haus untuk terus ingin belajar lagi dan lagi. Saya yakin Anda semua adalah orang-orang yang terus mau menginkatkan keterampilan dan komptensi Anda.
Oleh sebab itu, jika Anda ingin bertanya dan berdiskusi lebih lanjut tentang tema yang saya sampaikan tadi (#PersuasivePublicSpeaking), silakan Anda mengirim email ke rahmadnlp@gmail.com atau hubungi saya di 0815.11.44.8147.
Terima kasih, sukses untuk Anda dan kita semua. Saya Rahmadsyah, Assalamu’alaikum wr.wb”.
Selamat praktek dan semoga bermanfaat.
Ciganjur, 29 Juni 2015
Rahmadsyah Mind-Therapist
Trainer Public Speaking and Life Coach
rahmadnlp@gmail.com
Sumber :
Milis The Managers
By; Rahmadsyah
Saya yakin, Hampir semua pembicara pernah mengalami yang namanya, berkurangnya waktu untuk tampil berbicara (#PublicSpeaking). Entah karena gangguan teknis di luar kendali pembicara dan panitia (seperti mati lampu, mic tiba-tiba tidak menyala dan hal lainnya). Atau karena faktor formalitas (misalnya, waktu diundur lantaran menunggu peserta datang atau karena menanti orang-orang tertentu yang dituakan dan dihormati).
Padahal, sebagai pembicara kita sudah menyiapkan materi yang akan kita sampaikan. Kita sudah berlatih agar pesan tersampaikan dengan baik sesuai waktu yang dialokasi buat kita berbicara.
Akan tetapi, pada hari pelaksanaan tiba. Kita mendapat kabar dan kenyataan, bahwa waktu kita berbicara berubah tiba-tiba. Yang awalnya 2 jam, sekarang kita hanya punya kesempatan bicara 60 menit. Bahkan lebih ekstrim, ada juga yang berubah mejadi 30 menit. Kejadian ini pernah saya alami saat mengisi motivasi untuk sebuah bank di Puncak.
Lalu, apa yang mesti Anda lakukan bila Anda mengalami hal seperti yang saya ceritakan di atas?
Pertama, Tetap tampil percaya diri.
Yakinkan diri Anda bahwa dengan waktu yang tersedia Anda tetap dapat tampil sempurna dan maksimal. Tidak perlu menyampaikan bahwa waktu berbicara telah berkurang. “Para hadirin, padahal saya sudah menyiapkan materi penting ini untuk 2 jam ke depan. Tapi waktu yang tersedia bagi saya tinggal 1jam...”.
Kenapa hal ini tidak perlu Anda sampaikan? Karena, sudah maklum dalam Public Speaking, audiens tidak mau tau apa yang terjadi kepada pembicara. Di kepala mereka hanya ada, “Apa manfaat bagi saya dari pembicaraan Anda?”.
Selain itu, mengkomunikasikan jatah bicara Anda berkurang, secara implisit Anda menginginkan pemakluman bila hasil presentasi Anda kurang maksimal. Dalam benak Anda berkata, “Wajar kalau presentasi saya kurang maksimal karena waktu saya bicara telah berkurang”.
Alih-alih memberitahukan audiens akan durasi, lebih baik Anda membuka Public Speaking dengan, “Hadirin sekalian, dalam waktu 1 jam ke depan, saya pastikan Anda mengetahui cara tampil berbicara di depan umum dengan Percaya Diri, Sistematis dan Penuh Meyakinkan ...”
Percayalah, pernyataan pembuka ceramah Anda di atas menguatkan bahwa Anda seorang permbciara yang profesional.
Kedua, Fokus pada tujuan dan prioritas.
Mulai penjelasan tentang topik yang Anda sampaikan dengan mengurutkan dari hal yang terpenting dan kurang penting. Di kelas pelatihan Public Speaking saya biasanya menyampaikan kepada audiens, “Fokus pada yang wajib baru kemudian sampaikan yang sunah”.
Tapi ingat, bukan berarti lantaran fokus pada tujuan dan prioritas Anda mengabaikan yang sunnah. Tetap sampaikan yang sunnah sebagai bumbu penyedap (penguat) topik yang Anda sampaikan.
Ketiga, Bagi isi pembicaraan Anda menjadi 3 bagian; masalah, solusi dan pengalaman Anda.
Sampaikan letak permasalahan, tantangan atau kendala serta dampak dari masalah tersebut. Sehingga menjadi alasan pentingnya audiens menyimak presentasi Anda. Kemudian, jangan lupa persembahkan solusi termudah dan masuk akal bagi audiens mempraktekkannya.
Terakhir, bungkus dengan cerita pengalaman nyata Anda mengamalkan solusi yang Anda sampaikan. Ceritakan apa kendala yang Anda hadapi? bagaimana menyelesaikannya? Dan apa dampak (manfaatnya) bagi Anda saat ini. Kisah Anda akan menerangkan dengan jelas maksud inti public speaking Anda.
Bahkan, kisah Anda menjadi penguat bagi ingatan audiens. Bagaikan menulis catatan di word lalu menyimpan artikel tersebut dengan nama file unik pada folder khusus. Sehingga mudah mengaksesnya kembali.
Oh ya, satu hal lagi. Sebelum Anda meninggalkan panggung. Tampilkan dengan jelas alamat email dan no HP Anda di slide Anda atau tulis di flipchart. Sampaikan bahwa Anda siap melayani pertanyaan seputar topik yang Anda sampaikan.
“Bapak ibu yang berbahagia, Steve Jobs pernah berkata, “Keep foolish”. Yang artinya selalu merasa diri belum tau dan masih bodoh. Sehingga haus untuk terus ingin belajar lagi dan lagi. Saya yakin Anda semua adalah orang-orang yang terus mau menginkatkan keterampilan dan komptensi Anda.
Oleh sebab itu, jika Anda ingin bertanya dan berdiskusi lebih lanjut tentang tema yang saya sampaikan tadi (#PersuasivePublicSpeaking), silakan Anda mengirim email ke rahmadnlp@gmail.com atau hubungi saya di 0815.11.44.8147.
Terima kasih, sukses untuk Anda dan kita semua. Saya Rahmadsyah, Assalamu’alaikum wr.wb”.
Selamat praktek dan semoga bermanfaat.
Ciganjur, 29 Juni 2015
Rahmadsyah Mind-Therapist
Trainer Public Speaking and Life Coach
rahmadnlp@gmail.com
Sumber :
Milis The Managers
Mengatur Diri
"MENGATUR UANG = MENGATUR DIRI"
Banyak orang berkata mengatur uang itu susah. Banyak yang sempat berseloroh bahwa mereka sampai pontang panting berpikir dan bertindak utk mengatur uang, namun kerapkali gagal.
Mengapa?
Apakah kesulitan mengatur uang itu baru terjadi sekarang?
Apakah kesukaran mengatur uang itu terjadi secara tiba-tiba?
Atau Kesukaran tsb sudah terjadi berulang kali dan sudah dialami cukup lama, serta dapat di-perkirakan?
-----
Ambil contoh:
Membiayai liburan sukar? Benarkah?
Apakah hari libur datang secara tiba2?
-----
Contoh lain:
Membayar uang pangkal sekolah anak. Apakah anak kita tiba-tiba besar dan lulus ujian tanpa dpt diprediksi? Apakah kita tdk bisa menghitung kalendar dan mengetahui jadwal anak kita lulus SD, SMP & SMA?
-----
Saya percaya semua kesukaran dalam mengatur uang itu terjadi secara eskalasi dan tercipta secara gradual melalui proses dan waktu, di mana kita berperan dan bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi.
Namun seringkali kita tdk mau dipersalahkan atas kejadian ini dan lalu menunjuk orang lain yang bersalah, termasuk menunjuk pasangan kita, perusahaan kita, negara dan pemerintah.
-----
Pahamilah kesukaran itu tercipta secara perlahan dan kita sendiri yang menciptakannya. Selayaknya kita menyadari sejak dini, lalu mulai merencanakan dan bertindak sesuai dgn rencana.
Mengatur uang itu adalah mengatur diri dalam membelanjakan uang ke dalam berbagai bentuk kebutuhan dan keinginan hari esok dan hari ini.
-----
Bila kita tdk disiplin dalam membelanjakan uang secara rutin setiap bulan, maka jangan heran kita akan mengalami kesukaran di tahun-tahun mendatang.
Oleh sebab itu mulailah sejak sekarang mengatur diri dan disiplin membelanjakan uang kita ke dalam berbagai bentuk barang yang produktif dan appresiatif serta konstruktif.
-----
Saya percaya tidak ada yang sukar bila kita mau berupaya.
Salam,
Andreas Freddy Pieloor
Konselor Keuangan dan Keluarga
Sumber :
Milis The Managers
Banyak orang berkata mengatur uang itu susah. Banyak yang sempat berseloroh bahwa mereka sampai pontang panting berpikir dan bertindak utk mengatur uang, namun kerapkali gagal.
Mengapa?
Apakah kesulitan mengatur uang itu baru terjadi sekarang?
Apakah kesukaran mengatur uang itu terjadi secara tiba-tiba?
Atau Kesukaran tsb sudah terjadi berulang kali dan sudah dialami cukup lama, serta dapat di-perkirakan?
-----
Ambil contoh:
Membiayai liburan sukar? Benarkah?
Apakah hari libur datang secara tiba2?
-----
Contoh lain:
Membayar uang pangkal sekolah anak. Apakah anak kita tiba-tiba besar dan lulus ujian tanpa dpt diprediksi? Apakah kita tdk bisa menghitung kalendar dan mengetahui jadwal anak kita lulus SD, SMP & SMA?
-----
Saya percaya semua kesukaran dalam mengatur uang itu terjadi secara eskalasi dan tercipta secara gradual melalui proses dan waktu, di mana kita berperan dan bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi.
Namun seringkali kita tdk mau dipersalahkan atas kejadian ini dan lalu menunjuk orang lain yang bersalah, termasuk menunjuk pasangan kita, perusahaan kita, negara dan pemerintah.
-----
Pahamilah kesukaran itu tercipta secara perlahan dan kita sendiri yang menciptakannya. Selayaknya kita menyadari sejak dini, lalu mulai merencanakan dan bertindak sesuai dgn rencana.
Mengatur uang itu adalah mengatur diri dalam membelanjakan uang ke dalam berbagai bentuk kebutuhan dan keinginan hari esok dan hari ini.
-----
Bila kita tdk disiplin dalam membelanjakan uang secara rutin setiap bulan, maka jangan heran kita akan mengalami kesukaran di tahun-tahun mendatang.
Oleh sebab itu mulailah sejak sekarang mengatur diri dan disiplin membelanjakan uang kita ke dalam berbagai bentuk barang yang produktif dan appresiatif serta konstruktif.
-----
Saya percaya tidak ada yang sukar bila kita mau berupaya.
Salam,
Andreas Freddy Pieloor
Konselor Keuangan dan Keluarga
Sumber :
Milis The Managers
Me-Focus Vs You-Focus
Tips Public Speaking
Teknik “Me-Focus” Vs “You-Focus” ini akan lebih cocok jika Anda mempraktekan saat presntasi bisnis. Presentasi bisnis yang saya maksud ada dua. Pertama, kita melakukan presentasi karena diundang ke perusahaan (tempat klien). Anda dan saya bukan sebagai tuan rumah, melainkan sebagai tamu.
Sementara yang kedua, kita melakukan presentasi di mana para audiens hadir atas undangan yang telah kita kirimkan kepada mereka. Entah pelaksanaannya di kantor (tempat kita sendiri), atau kita menyewa tempat tertentu. Semisal hotel, restoran atau ruang pertemuan lainnya. Jadi, di sini kitalah sebagai tuan rumahnya.
Apa itu Teknik Opening; Me-Focus Vs You-Focus.
Sebagaimana kita ketahui bersama. Saat kita membuat perencanaan melakukan Public Speaking, tentu kita menyusun langkah awal yang namanya pembukaan. Ragam cara teknik pembukaan public speaking. Seperti quote, pertanyaan atau cerita.
Sementara teknik Opening; Me-Focus dan You – Focus adalah, tatkala kita memulai perkataan sebagai awal pembicaraan kita, apa dan siapa lebih kita fokus yang menjadi topik pembahasannya. Bahasa lainnya, siapa yang lebih kita utamakan dan kita pentingkan. Apakah kita & organisasi, atau audiens dengan lembaganya?
Contoh Me-Focus.
Assalamu’alaikum wr.wb
Bapak dan ibu yang berbahagia. Perkenalkan saya Rahmadsyah, Training manager dari Public Speaking Institute. Selama 20 menit ke depan saya akan menyampaikan maksud kehadiran kami di sini, sebagaimana pembicaraan sebelumnya lewat telf dan email dengan bapak Yasmin.
Public Speaking Institute telah berdiri dari tahun 2005. Kantor cabang perwakilan kami sudah ada di Singapore, Malaysia, Medan, Makasar, Surabaya, dan Jakarta.
Public Speaking Institute hadir menjawab tantangan berdasarkan hasil survey Berhad Bicara Shd terhadap pimpinan dan karyawan di perusahaan terkemuka seperti Macrosofot, Arunia, Exsoon mobile dan beberapa perusahaan lainnya seperti yang kami tampilkan di slide ini.
Ternyata, dari 1000 koresponden yang menjabat sebagai pimpinan, 75,8% mengakui kendala takut (nervous) saat tampil di depan. Kemudian 5000 koresponden sebagai staff, 73% menyatakan sulit menjalankan intruksi pimpinan karena arahan (penyampaian) yang kurang jelas dan tidak sistematis.
Oleh sebab itulah, Public Speaking Institute memiliki Visi, Semua orang bisa berbicara di depan umum dengan percaya diri dan sistematis. Misi kami menyelenggarakan pelatihan baik in house training maupun publik. Mengeluarkan buletin Speak and be Rich. Serta, membuat klub public speaking sebagai latihan bersama. Baik buat alumni maupun umum.
Jasa kami bergerak di bidang pelatihan publik, inhouse dan private. Pelatihan publik rutin kami lakukan bulanan di beberapa kota. Sementara in house training, biasanya kami mendesain materi dan pelatihan bersadarkan kebutuhan persusahaan atau organisasi inginkan. Sementara private biasanya kami layani buat orang khusus tertentu, seperti top management, public figure atau pejabat daerah.
Dari tahun 2005 sampai sekarang, alhamdulillah kami telah di percaya oleh (slide ditampilkan nama lembaga yang telah berkerja sama). Bahkan untuk program pelatihan calon manager baru, ada perusahaan mewajibkan program public speaking salah satu keterampilan yang harus calon manager miliki. Dan kami dipercaya untuk hal itu.
Sebagaimana yang dikatakan oleh bapak DR. Ainal Yaqin, M.Eng dirut Macrosofot . “Saya sangat puas hasil pelatihan yang dilakukan oleh Public Speaking Instiute, sehingga saya meminta seluruh manager mendapatkan pelatihan ini bersama Public Speaking Institute”.
Dan 3 bulan yang lalu, menurut majasah ASW, Public Speaking Institute merupakan provider training no 1 yang paling di cari untuk program pelatihan komunikasi dan public speaking di Indonesia.
Selanjutnya kami jelaskan tentang program public speaking di tempat kami......”
Pembaca yang budiman, perhatikan! cara pembukaan di atas fokus pembicaraannya adalah saya (orgranisasi). Kemudian baru menceritakan program / jasanya. Ini yang saya maksud dengan “Me – Focus”.
Sementara, “You-Focus” adalah kebalikannya.
Contoh “You-Focus”.
“Assalamu’alaikum wr.wb
Bapak-ibu yang berbahagia, Saya Rahmadsyah, Training Manager dari Public Speaking Institute. Kami mengucapkan terima kasih atas kerelaan Anda meluangkan waktu menghadiri undangan kami di sini. Oleh karena itu, saya berjanji, selesai pertemuan ini Anda pulang membawa informasi yang berharga bagi Anda.
Selama 30 menit ke depan, Anda akan tau tentang;
Mengapa public speaking penting? Apa pengaruhnya bagi karir dan finansial Anda?
Menurut survey Berhad Bicara Shd, 75,8 % para pimpinan mengalami kecemasaan saat tampil berbicara di depan. Pada kesempatan ini, saya akan beritahu Anda bagaimana cara agar Anda dapat mengatasinya sehingga Anda bisa tampil dengan rilek dan tenang saat public speaking.
Bagaimana cara agar yang Anda sampaikan, seperti intruksi atau arahan, dimengerti dan difahami oleh tim Anda? Bahkan pesan Anda terus teringat dalam pikiran mereka.
Bagaimana cara menampilkan karisma Anda saat Anda tampil di depan.
Terakhir, Anda tau langkah-langkah praktis, sederhana dan mudah Anda lakukan untuk mengatasi segala persoalan dan masalah yang menghalangi Anda tampil prima dan memukau audiens saat public speaking.
Sebelum saya menjelaskan 5 hal ini, izinkan saya mengenalkan Public Speaking Institute kepada hadirin sekalian, siapa kami dan apa yang kami lakukan untuk keberhasilan Anda dan bisnis Anda.
Public speaking institute telah berdiri.....”
Sampai di sini saya yakin, sekarang Anda tau, apa perbedaan antara opening “Me-Focus” dengan “You-Focus”. Ya, perbedaannya terletak pada fokus pembukaan presentasi kita. apakah fokusnya lebih ke diri kita sebagai presenter atau untuk kepentingan dan manfaat yang akan didapatkan oleh pendengar terlebih dahulu.
Lalu, kapan kita menggunakan opening “Me-Focus” dan “You-Focus”.
Menurut saya, ingat, menurut saya. Jawaban kapan menggunakan Me-Focus dan You-Focus erat kaitannya dengan pejelasan dua katagori Bisnis presentasi di atas. Kita menggunakan metode Me-Focus pada konteks bisnis presentasi pertama. Di mana kita datang ke klien, yang baru terjalin komunikasi perkenalan lewat telf atau email. Klien belum tau siapa kita? Apa kredibilitas dan kompenetsi yang kita miliki.
Sementara You-Focus pada katagori bisnis presentasi ke dua. Meskipun orang yang kita undang belum kenal dan tau apa jasa dan bagaimana kita melayani mereka. Akan tetapi di awal kita memberikan janji, di mana janji itu benar-benar mereka dapatkan informasinya.
Oleh :
Rahmadsyah Mind-Therapist
rahmadnlp@gmail.com
Sumber :
Milis : The Managers
Teknik “Me-Focus” Vs “You-Focus” ini akan lebih cocok jika Anda mempraktekan saat presntasi bisnis. Presentasi bisnis yang saya maksud ada dua. Pertama, kita melakukan presentasi karena diundang ke perusahaan (tempat klien). Anda dan saya bukan sebagai tuan rumah, melainkan sebagai tamu.
Sementara yang kedua, kita melakukan presentasi di mana para audiens hadir atas undangan yang telah kita kirimkan kepada mereka. Entah pelaksanaannya di kantor (tempat kita sendiri), atau kita menyewa tempat tertentu. Semisal hotel, restoran atau ruang pertemuan lainnya. Jadi, di sini kitalah sebagai tuan rumahnya.
Apa itu Teknik Opening; Me-Focus Vs You-Focus.
Sebagaimana kita ketahui bersama. Saat kita membuat perencanaan melakukan Public Speaking, tentu kita menyusun langkah awal yang namanya pembukaan. Ragam cara teknik pembukaan public speaking. Seperti quote, pertanyaan atau cerita.
Sementara teknik Opening; Me-Focus dan You – Focus adalah, tatkala kita memulai perkataan sebagai awal pembicaraan kita, apa dan siapa lebih kita fokus yang menjadi topik pembahasannya. Bahasa lainnya, siapa yang lebih kita utamakan dan kita pentingkan. Apakah kita & organisasi, atau audiens dengan lembaganya?
Contoh Me-Focus.
Assalamu’alaikum wr.wb
Bapak dan ibu yang berbahagia. Perkenalkan saya Rahmadsyah, Training manager dari Public Speaking Institute. Selama 20 menit ke depan saya akan menyampaikan maksud kehadiran kami di sini, sebagaimana pembicaraan sebelumnya lewat telf dan email dengan bapak Yasmin.
Public Speaking Institute telah berdiri dari tahun 2005. Kantor cabang perwakilan kami sudah ada di Singapore, Malaysia, Medan, Makasar, Surabaya, dan Jakarta.
Public Speaking Institute hadir menjawab tantangan berdasarkan hasil survey Berhad Bicara Shd terhadap pimpinan dan karyawan di perusahaan terkemuka seperti Macrosofot, Arunia, Exsoon mobile dan beberapa perusahaan lainnya seperti yang kami tampilkan di slide ini.
Ternyata, dari 1000 koresponden yang menjabat sebagai pimpinan, 75,8% mengakui kendala takut (nervous) saat tampil di depan. Kemudian 5000 koresponden sebagai staff, 73% menyatakan sulit menjalankan intruksi pimpinan karena arahan (penyampaian) yang kurang jelas dan tidak sistematis.
Oleh sebab itulah, Public Speaking Institute memiliki Visi, Semua orang bisa berbicara di depan umum dengan percaya diri dan sistematis. Misi kami menyelenggarakan pelatihan baik in house training maupun publik. Mengeluarkan buletin Speak and be Rich. Serta, membuat klub public speaking sebagai latihan bersama. Baik buat alumni maupun umum.
Jasa kami bergerak di bidang pelatihan publik, inhouse dan private. Pelatihan publik rutin kami lakukan bulanan di beberapa kota. Sementara in house training, biasanya kami mendesain materi dan pelatihan bersadarkan kebutuhan persusahaan atau organisasi inginkan. Sementara private biasanya kami layani buat orang khusus tertentu, seperti top management, public figure atau pejabat daerah.
Dari tahun 2005 sampai sekarang, alhamdulillah kami telah di percaya oleh (slide ditampilkan nama lembaga yang telah berkerja sama). Bahkan untuk program pelatihan calon manager baru, ada perusahaan mewajibkan program public speaking salah satu keterampilan yang harus calon manager miliki. Dan kami dipercaya untuk hal itu.
Sebagaimana yang dikatakan oleh bapak DR. Ainal Yaqin, M.Eng dirut Macrosofot . “Saya sangat puas hasil pelatihan yang dilakukan oleh Public Speaking Instiute, sehingga saya meminta seluruh manager mendapatkan pelatihan ini bersama Public Speaking Institute”.
Dan 3 bulan yang lalu, menurut majasah ASW, Public Speaking Institute merupakan provider training no 1 yang paling di cari untuk program pelatihan komunikasi dan public speaking di Indonesia.
Selanjutnya kami jelaskan tentang program public speaking di tempat kami......”
Pembaca yang budiman, perhatikan! cara pembukaan di atas fokus pembicaraannya adalah saya (orgranisasi). Kemudian baru menceritakan program / jasanya. Ini yang saya maksud dengan “Me – Focus”.
Sementara, “You-Focus” adalah kebalikannya.
Contoh “You-Focus”.
“Assalamu’alaikum wr.wb
Bapak-ibu yang berbahagia, Saya Rahmadsyah, Training Manager dari Public Speaking Institute. Kami mengucapkan terima kasih atas kerelaan Anda meluangkan waktu menghadiri undangan kami di sini. Oleh karena itu, saya berjanji, selesai pertemuan ini Anda pulang membawa informasi yang berharga bagi Anda.
Selama 30 menit ke depan, Anda akan tau tentang;
Mengapa public speaking penting? Apa pengaruhnya bagi karir dan finansial Anda?
Menurut survey Berhad Bicara Shd, 75,8 % para pimpinan mengalami kecemasaan saat tampil berbicara di depan. Pada kesempatan ini, saya akan beritahu Anda bagaimana cara agar Anda dapat mengatasinya sehingga Anda bisa tampil dengan rilek dan tenang saat public speaking.
Bagaimana cara agar yang Anda sampaikan, seperti intruksi atau arahan, dimengerti dan difahami oleh tim Anda? Bahkan pesan Anda terus teringat dalam pikiran mereka.
Bagaimana cara menampilkan karisma Anda saat Anda tampil di depan.
Terakhir, Anda tau langkah-langkah praktis, sederhana dan mudah Anda lakukan untuk mengatasi segala persoalan dan masalah yang menghalangi Anda tampil prima dan memukau audiens saat public speaking.
Sebelum saya menjelaskan 5 hal ini, izinkan saya mengenalkan Public Speaking Institute kepada hadirin sekalian, siapa kami dan apa yang kami lakukan untuk keberhasilan Anda dan bisnis Anda.
Public speaking institute telah berdiri.....”
Sampai di sini saya yakin, sekarang Anda tau, apa perbedaan antara opening “Me-Focus” dengan “You-Focus”. Ya, perbedaannya terletak pada fokus pembukaan presentasi kita. apakah fokusnya lebih ke diri kita sebagai presenter atau untuk kepentingan dan manfaat yang akan didapatkan oleh pendengar terlebih dahulu.
Lalu, kapan kita menggunakan opening “Me-Focus” dan “You-Focus”.
Menurut saya, ingat, menurut saya. Jawaban kapan menggunakan Me-Focus dan You-Focus erat kaitannya dengan pejelasan dua katagori Bisnis presentasi di atas. Kita menggunakan metode Me-Focus pada konteks bisnis presentasi pertama. Di mana kita datang ke klien, yang baru terjalin komunikasi perkenalan lewat telf atau email. Klien belum tau siapa kita? Apa kredibilitas dan kompenetsi yang kita miliki.
Sementara You-Focus pada katagori bisnis presentasi ke dua. Meskipun orang yang kita undang belum kenal dan tau apa jasa dan bagaimana kita melayani mereka. Akan tetapi di awal kita memberikan janji, di mana janji itu benar-benar mereka dapatkan informasinya.
Oleh :
Rahmadsyah Mind-Therapist
rahmadnlp@gmail.com
Sumber :
Milis : The Managers
Bisnis Anda sudah On Track?
Memiliki Bisnis Vs Membangun Bisnis
Beberapa waktu yang lalu saya pernah dimintakan pendapat oleh salah seorang pemilik bisnis mengenai banyak hasil survey yang mengatakan bahwa lebih dari 90% Bisnis tidak bisa survive dalam lima tahun pertama. Hasil survey tersebut memang banyak yag mempublikasikannya, walaupun saya juga tidak yakin lembaga mana yang benar-benar melakukan survey tersebut, dan bagaimana metode penelitiannya.
Dalam hal ini si pemilik bisnis tadi mengatakan bahwa sepertinya angka tersebut terlalu berlebihan, bahwa sebetulnya bisnis bisa saja tetap berjalan, namun yang membedakan, adalah apakah bisnis tersebut bisa berkembang atau tidak.
Diskusi tersebut saya kira cukup menarik, karena si Pemilik bisnis, yang kebetulan berbisnis barang-barang kelontongan Rumah tangga dan sudah berjalan sekitar 4 tahun merasa bahwa yang banyak orang katakan bahwa berbisnis dan berwirausaha itu sulit namun nyatanya bagi dia tidak terlalu sulit, dan dia berargumen terbukti bisnisnya masih baik-baik saja, dari semenjak buka sampai dengan saat ini masih cukup bisa menghasilkan profit, bahkan cenderung cukup berkembang. terbukti dari luas Tokonya yang saat ini bisa hampir dua kali lipat dari luas sebelumnya.
Pemilik Bisnis ini memang cukup beruntung, kenapa? karena Tokonya berada di wilayah perumahan yang baru berkembang dan ketika pertama kali Tokonya di buka wilayah trsebut masih sepi dan relatif belum ada pesaing, dengan kapital yang cukup mumpuni di kelasnya, sangat mudah baginya untuk bisa bertahan di bisnisnya sampai saat ini.
Kali ini kita tidak akan membahas banyak hal mengenai bisnis si Juragan Kelontong tadi, tapi saya lebih tertarik untuk sharing kepada Anda mengenai hasil riset di awal tulisan saya tadi, kenapa ada orang yang bisa survive dan tidak dalam bisnisnya.
Lepas dari benar atau tidaknya hasil riset tadi, ada hal yang lebih penting yang sebetulnya para pemilik bisnis wajib untuk ketahui. Yaitu perbedaan antara Memiliki bisnis dan Membangun bisnis. Banyak orang menjadi tidak survive bisnisnya dikarenakan fokusnya hanya memiliki bisnis bukan membangun bisnis. Banyak orang ,merasa dirinya sedang membangun bisnis, tetapi justru sebetulnya mereka masih dalam kondisi memiliki bisnis. Kedua hal tersebut benar-benar hal yang berbeda.
Bagi Anda para pemilik bisnis yang mau lebih “ngeh” bahwa dirinya sedang membangun bisnis atau baru memiliki bisnis, mari jawab dan ikuti Kuis singkat berikut:, Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan pasti dan kurang dari 3 detik/ pertanyaan setelah Anda membaca pertanyaan tersebut.
1. Berapa jumlah pelanggan yg datang pada Anda selama sebulan?
2. Berapa pelanggan yang datang dan terjadi penjualan dalam satu bulan?
3.Berapa persisnya rata-rata nett profit Anda tiap bulan?
4. Berapa besar nilai Aset bisnis Anda di akhir bulan/akhir tahun lalu ?
5. Berapa Profit yang ingin Anda capai tahun depan?
6. Berapa jumlah karyawan yang akan anda miiki tahun depan?
Yup… sebagian dari Anda mungkin bisa menjawab dengan gamblang pertanyaan-pertanyaan diatas dalam waktu kurang dari 3 detik. Namun demikian saya yakin tidak sedikit dari Anda pula yang tidak bisa menjawabnya dengan cepat dan tepat.
Untuk Anda yang bisa menjawab dengan tepat dan cepat, saya bisa Asumsikan bahwa Anda bisa jadi sudah on track dalam membangun bisnis, namun bagi Anda yang mungkin masih kesulitan menjawab, Saya yakinkan bahwa Anda masih di tahap memiliki bisnis.
Memiliki bisnis sebetulnya hal yang mudah, kadang-kadang dengan modal kenekatan saja Anda sudah bisa berbisnis, untuk dapat memiliki bisnis bisa sangat sederhana, jika Anda ada modal, berapapun modal anda, atau misalnya Anda berhasil meyakinkan Investor maka Anda bisa langsung memulai untuk memilki bisnis,
Hal yang sangat berbeda dengan definisi membangun bisnis. Dalam membangun bisnis banyak sekali faktor-faktor yang harus di “Improve” dari level memiliki bisnis. banyak hal-hal yang harus dengan kesadaran Anda anda sadari secara mendasar bahwa membangun Bisnis dengan memiliki bisnis jelas-jelas kedua hal yang berbeda.
Untuk lebih jelasnya berikut saya ulas hal-hal apa yang sangat penting untuk di ketahui dalam membangun bisnis Anda.
1. Faktor Pengukuran
Jika Anda tidak tahu ukurannya mana mungkin Anda bisa memperbesarnya. Ini Hal utama dan sangat dominan,Bisnis bukan sekedar beli kemudian jual, hutang kemudian bayar, dsb. Namun lebih jauh dari itu Anda harus punya patokan-patokan dan indikator-indikator bisnis Anda, jika Anda tidak tahu ukurannya bagaimana anda akan memperbesarnya. so.. Anda harus benar-benar tahu berapa penjualan saya bulan ini, berapa nett profit atau Gross Profit saya, berapa junlah pelanggan saya, berapa jumlah pelanggan saya yang tidak kembali, dsb
So.. sekali lagi Anda harus tau dan menyadari ukuran-ukuran dalam bisnis Anda.
2. Faktor Tujuan
Membangun Bisnis adalah sebuah Proses perjalanan. tidak ada sesuatu hal pun yang instant, dan mudah dicapai, apalagi dalam hal bisnis, jika Anda sudah tau dan memiliki pengukuran-pengukuran dalam bisnis Anda, maka hal selanjutnya adalah menetapkan tujuan bisnis Anda, bahasa kerennya adalah Business Plan…, yaitu rencana-rencana pencapaian apa yang akan anda capai dalam bisnis Anda.
Tujuan pencapaian-pencapaian ini pun harus ada ukurannya, contoh, Omset mau naik jadi berapa, Nett Profit saya mau naik berapa, jumlah pelanggan say mau naik berapa, bahkan yang lebih dalam lagi, berapa Cashfow Forecast saya nanti, tingkat AR days saya harus berapa, dsb.
Bagaikan sebuah mobil, saat ini Anda sudah tau berapa bensin saya saat ini, kecepatan kendaraan saya dan kemana serta lewat mana saya akan menuju.
3. Menyadari dan fokus kepada Faktor-faktor yang bisa dikontrol
Setelah Anda tahu faktor-faktor ukuran Anda dalam bisnis dan tahu ukuran-ukuran berapa yang ingin Anda capai, maka saatnya Anda berfikir “How” to Achievenya. Percayalah ini yang menjadikan lebih seru.
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dalam bisnis selalu ada 2 hal yang mempengaruhi setiap effort kita. Yaitu hal-hal yang bisa di kontrol dan hal-hal yang tidak bisa di kontrol. Hal-hal yang bisa dikontrol contohnya adalah strategi penjualan kita, team Sales, produk kita, promo, kebijakan harga,service pengiriman, dll, sementara hal yang tidak bisa kita kontrol adalah contohnya Pesaing yang tiba-tiba banting harga, rate dolar yang naik, kondisi ekonomi yang menurun, Supply barang yang tergangu dari supplier, dll
Nah… jika Anda ingin membangun bisnis, Anda harus terus-menerus betul betul fokus terhadap hal-hal yang bisa di kontrol…, tujuannya adalah agar Anda selalu berfikir jalan keluar bukan alasan dalam setiap menghadapi tantangan.
4. Selalu berfikir Logis
Setelah memahami ukuran-ukuran dalam bisnis, punya tujuan pencapaian yang ingin di capai, membuat planingnya, serta berfokus pada yang bisa di kontrol, orang yang ingin membangun bisnis harus dapat memelihara pemikiran Logisnya, hal ini juga menjadi penting. karena dengan cara seperti ini kita bisa mengawal rencana-rencana yang sudah dilakukan dengan baik.
salah satu contoh yang banyak ditemui adalah ketika di akhir bulan banyak Para supplier menawarkan barang dengan iming-iming diskon yang besar atau paket yang menarik lainnya, hal ini biasanya karena Si Supplier “butuh Omset” untuk closing penjualannya, Jika Anda adalah orang yang sedang mambangun bisnis maka Anda akan pikirkan baik-baik, tidak terbawa emosi maupun pengaruh dari supplier dalam memutuskan
5. Punya Gairah/Passion di Bisnis
Gairah/ Passion memiliki peranan besar dalam keberhasilan membangun bisnis, tidak ada seorangpun yang berhasil membangun bisnis tanpa memiliki passion terhadap bisnisnya sendiri. ketika Anda memiliki passion dalam bisnis Anda maka anda akan terus berkomitmen dalam melaksanakan rencana-rencana Anda. dan inilah yang juga merupakan ciri bahwa Adna tengah membangun Bisnis.
Demikian sedikit sharing dari saya mengenai memiliki Bisnis dan membangun bisnis…, mari lihat di Bisnis Anda masing-masing saat ini, dan cari tahu apakah Anda saat ini tengah on track dalam membangun bisnis, atau Anda masih mengira Anda sedang membangun bisnis sementara sesungguhnya Anda baru hanya memiliki bisnis.
Sumber :
http://synergycoachindonesia.com/?p=262
Beberapa waktu yang lalu saya pernah dimintakan pendapat oleh salah seorang pemilik bisnis mengenai banyak hasil survey yang mengatakan bahwa lebih dari 90% Bisnis tidak bisa survive dalam lima tahun pertama. Hasil survey tersebut memang banyak yag mempublikasikannya, walaupun saya juga tidak yakin lembaga mana yang benar-benar melakukan survey tersebut, dan bagaimana metode penelitiannya.
Dalam hal ini si pemilik bisnis tadi mengatakan bahwa sepertinya angka tersebut terlalu berlebihan, bahwa sebetulnya bisnis bisa saja tetap berjalan, namun yang membedakan, adalah apakah bisnis tersebut bisa berkembang atau tidak.
Diskusi tersebut saya kira cukup menarik, karena si Pemilik bisnis, yang kebetulan berbisnis barang-barang kelontongan Rumah tangga dan sudah berjalan sekitar 4 tahun merasa bahwa yang banyak orang katakan bahwa berbisnis dan berwirausaha itu sulit namun nyatanya bagi dia tidak terlalu sulit, dan dia berargumen terbukti bisnisnya masih baik-baik saja, dari semenjak buka sampai dengan saat ini masih cukup bisa menghasilkan profit, bahkan cenderung cukup berkembang. terbukti dari luas Tokonya yang saat ini bisa hampir dua kali lipat dari luas sebelumnya.
Pemilik Bisnis ini memang cukup beruntung, kenapa? karena Tokonya berada di wilayah perumahan yang baru berkembang dan ketika pertama kali Tokonya di buka wilayah trsebut masih sepi dan relatif belum ada pesaing, dengan kapital yang cukup mumpuni di kelasnya, sangat mudah baginya untuk bisa bertahan di bisnisnya sampai saat ini.
Kali ini kita tidak akan membahas banyak hal mengenai bisnis si Juragan Kelontong tadi, tapi saya lebih tertarik untuk sharing kepada Anda mengenai hasil riset di awal tulisan saya tadi, kenapa ada orang yang bisa survive dan tidak dalam bisnisnya.
Lepas dari benar atau tidaknya hasil riset tadi, ada hal yang lebih penting yang sebetulnya para pemilik bisnis wajib untuk ketahui. Yaitu perbedaan antara Memiliki bisnis dan Membangun bisnis. Banyak orang menjadi tidak survive bisnisnya dikarenakan fokusnya hanya memiliki bisnis bukan membangun bisnis. Banyak orang ,merasa dirinya sedang membangun bisnis, tetapi justru sebetulnya mereka masih dalam kondisi memiliki bisnis. Kedua hal tersebut benar-benar hal yang berbeda.
Bagi Anda para pemilik bisnis yang mau lebih “ngeh” bahwa dirinya sedang membangun bisnis atau baru memiliki bisnis, mari jawab dan ikuti Kuis singkat berikut:, Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan pasti dan kurang dari 3 detik/ pertanyaan setelah Anda membaca pertanyaan tersebut.
1. Berapa jumlah pelanggan yg datang pada Anda selama sebulan?
2. Berapa pelanggan yang datang dan terjadi penjualan dalam satu bulan?
3.Berapa persisnya rata-rata nett profit Anda tiap bulan?
4. Berapa besar nilai Aset bisnis Anda di akhir bulan/akhir tahun lalu ?
5. Berapa Profit yang ingin Anda capai tahun depan?
6. Berapa jumlah karyawan yang akan anda miiki tahun depan?
Yup… sebagian dari Anda mungkin bisa menjawab dengan gamblang pertanyaan-pertanyaan diatas dalam waktu kurang dari 3 detik. Namun demikian saya yakin tidak sedikit dari Anda pula yang tidak bisa menjawabnya dengan cepat dan tepat.
Untuk Anda yang bisa menjawab dengan tepat dan cepat, saya bisa Asumsikan bahwa Anda bisa jadi sudah on track dalam membangun bisnis, namun bagi Anda yang mungkin masih kesulitan menjawab, Saya yakinkan bahwa Anda masih di tahap memiliki bisnis.
Memiliki bisnis sebetulnya hal yang mudah, kadang-kadang dengan modal kenekatan saja Anda sudah bisa berbisnis, untuk dapat memiliki bisnis bisa sangat sederhana, jika Anda ada modal, berapapun modal anda, atau misalnya Anda berhasil meyakinkan Investor maka Anda bisa langsung memulai untuk memilki bisnis,
Hal yang sangat berbeda dengan definisi membangun bisnis. Dalam membangun bisnis banyak sekali faktor-faktor yang harus di “Improve” dari level memiliki bisnis. banyak hal-hal yang harus dengan kesadaran Anda anda sadari secara mendasar bahwa membangun Bisnis dengan memiliki bisnis jelas-jelas kedua hal yang berbeda.
Untuk lebih jelasnya berikut saya ulas hal-hal apa yang sangat penting untuk di ketahui dalam membangun bisnis Anda.
1. Faktor Pengukuran
Jika Anda tidak tahu ukurannya mana mungkin Anda bisa memperbesarnya. Ini Hal utama dan sangat dominan,Bisnis bukan sekedar beli kemudian jual, hutang kemudian bayar, dsb. Namun lebih jauh dari itu Anda harus punya patokan-patokan dan indikator-indikator bisnis Anda, jika Anda tidak tahu ukurannya bagaimana anda akan memperbesarnya. so.. Anda harus benar-benar tahu berapa penjualan saya bulan ini, berapa nett profit atau Gross Profit saya, berapa junlah pelanggan saya, berapa jumlah pelanggan saya yang tidak kembali, dsb
So.. sekali lagi Anda harus tau dan menyadari ukuran-ukuran dalam bisnis Anda.
2. Faktor Tujuan
Membangun Bisnis adalah sebuah Proses perjalanan. tidak ada sesuatu hal pun yang instant, dan mudah dicapai, apalagi dalam hal bisnis, jika Anda sudah tau dan memiliki pengukuran-pengukuran dalam bisnis Anda, maka hal selanjutnya adalah menetapkan tujuan bisnis Anda, bahasa kerennya adalah Business Plan…, yaitu rencana-rencana pencapaian apa yang akan anda capai dalam bisnis Anda.
Tujuan pencapaian-pencapaian ini pun harus ada ukurannya, contoh, Omset mau naik jadi berapa, Nett Profit saya mau naik berapa, jumlah pelanggan say mau naik berapa, bahkan yang lebih dalam lagi, berapa Cashfow Forecast saya nanti, tingkat AR days saya harus berapa, dsb.
Bagaikan sebuah mobil, saat ini Anda sudah tau berapa bensin saya saat ini, kecepatan kendaraan saya dan kemana serta lewat mana saya akan menuju.
3. Menyadari dan fokus kepada Faktor-faktor yang bisa dikontrol
Setelah Anda tahu faktor-faktor ukuran Anda dalam bisnis dan tahu ukuran-ukuran berapa yang ingin Anda capai, maka saatnya Anda berfikir “How” to Achievenya. Percayalah ini yang menjadikan lebih seru.
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dalam bisnis selalu ada 2 hal yang mempengaruhi setiap effort kita. Yaitu hal-hal yang bisa di kontrol dan hal-hal yang tidak bisa di kontrol. Hal-hal yang bisa dikontrol contohnya adalah strategi penjualan kita, team Sales, produk kita, promo, kebijakan harga,service pengiriman, dll, sementara hal yang tidak bisa kita kontrol adalah contohnya Pesaing yang tiba-tiba banting harga, rate dolar yang naik, kondisi ekonomi yang menurun, Supply barang yang tergangu dari supplier, dll
Nah… jika Anda ingin membangun bisnis, Anda harus terus-menerus betul betul fokus terhadap hal-hal yang bisa di kontrol…, tujuannya adalah agar Anda selalu berfikir jalan keluar bukan alasan dalam setiap menghadapi tantangan.
4. Selalu berfikir Logis
Setelah memahami ukuran-ukuran dalam bisnis, punya tujuan pencapaian yang ingin di capai, membuat planingnya, serta berfokus pada yang bisa di kontrol, orang yang ingin membangun bisnis harus dapat memelihara pemikiran Logisnya, hal ini juga menjadi penting. karena dengan cara seperti ini kita bisa mengawal rencana-rencana yang sudah dilakukan dengan baik.
salah satu contoh yang banyak ditemui adalah ketika di akhir bulan banyak Para supplier menawarkan barang dengan iming-iming diskon yang besar atau paket yang menarik lainnya, hal ini biasanya karena Si Supplier “butuh Omset” untuk closing penjualannya, Jika Anda adalah orang yang sedang mambangun bisnis maka Anda akan pikirkan baik-baik, tidak terbawa emosi maupun pengaruh dari supplier dalam memutuskan
5. Punya Gairah/Passion di Bisnis
Gairah/ Passion memiliki peranan besar dalam keberhasilan membangun bisnis, tidak ada seorangpun yang berhasil membangun bisnis tanpa memiliki passion terhadap bisnisnya sendiri. ketika Anda memiliki passion dalam bisnis Anda maka anda akan terus berkomitmen dalam melaksanakan rencana-rencana Anda. dan inilah yang juga merupakan ciri bahwa Adna tengah membangun Bisnis.
Demikian sedikit sharing dari saya mengenai memiliki Bisnis dan membangun bisnis…, mari lihat di Bisnis Anda masing-masing saat ini, dan cari tahu apakah Anda saat ini tengah on track dalam membangun bisnis, atau Anda masih mengira Anda sedang membangun bisnis sementara sesungguhnya Anda baru hanya memiliki bisnis.
Sumber :
http://synergycoachindonesia.com/?p=262
Harga Sebuah Cincin
Seorang pemuda mendatangi Zen-sei dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain."
Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata,
"Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?"
Melihat cincin Zen-sei yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu."
"Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil."
Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas.
Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zen-sei dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak."
Zen-sei, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini.
Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."
Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zen-sei dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini.
Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi da ripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."
Zen-sei tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda.
Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".
" Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses.
Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas "
Milis :
The Managers
Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada dalam diri seseorang. Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al. (2000), motivasi didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya (Siagian, 2004).
Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2003). Motivasi seseorang dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri-intrinsik dan dari lingkungan-ekstrinsik (Elliot et al., 2000; Sue Howard, 1999). Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar (Elliott, 2000). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan memberikan keajegan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard, 1999). Elliott et al. (2000), mencontohkannya dengan nilai, hadiah, dan/atau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang.
Misalnya, dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak yang menjamin terjadinya kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat terpenuhi. Dengan demikian motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Apabila seseorang tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka orang tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk dapat belajar dengan baik di perlukan proses dan motivasi yang baik, memberikan motivasi kepada pembelajar, berarti menggerakkan seseorang agar ia mau atau ingin melakukan sesuatu.
Sumber :
http://www.pengertianahli.com/2013/09/pengertian-motivasi-menurut-para-ahli.html
Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2003). Motivasi seseorang dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri-intrinsik dan dari lingkungan-ekstrinsik (Elliot et al., 2000; Sue Howard, 1999). Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar (Elliott, 2000). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan memberikan keajegan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard, 1999). Elliott et al. (2000), mencontohkannya dengan nilai, hadiah, dan/atau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang.
Misalnya, dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak yang menjamin terjadinya kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat terpenuhi. Dengan demikian motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Apabila seseorang tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka orang tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk dapat belajar dengan baik di perlukan proses dan motivasi yang baik, memberikan motivasi kepada pembelajar, berarti menggerakkan seseorang agar ia mau atau ingin melakukan sesuatu.
Sumber :
http://www.pengertianahli.com/2013/09/pengertian-motivasi-menurut-para-ahli.html
Matrik Motivasi
4 Jenis Motivasi yang Harus Kamu Sadari dan Kendalikan!
Tanpa kita sadari, setiap ucapan, tindakan, bahkan lintasan pikiran sekalipun selalu didasari oleh sebuah motivasi. Motivasi ini dapat kita artikan secara “serampangan” sebagai “kehendak”, walaupun sebenarnya motivasi atau dorongan diri jauh lebih kompeleks dari sekedar kehendak atau keinginan.
Motivasi inilah yang menjadi motor bagi roda diri kita sehingga kita dapat terus bergerak dan hidup berkelanjutan.
Menurut saya, penting sekali bagi kita untuk mengenal sebuah dorongan atau motivasi yang terjadi dalam diri kita sebelum kita mengaktualkannya dalam sebuah tindakan nyata. Karena, walaupun motivasi masih bersifat potensial (belum aktual) namun pengaruhnya akan begitu signifikan dalam menentukan kualitas aksi kita. Atau kasarnya: hasil dari perbuatan yang kita lakukan akan sangat dipengaruhi oleh motivasi yang melatarbelakangi aktivitas kita. Baik-buruk, gagal-berhasil, sangat dan sangat ditentukan oleh motivasi apa yang ada di belakangnya.
Untuk membantu kita mengenali motivasi yang timbul dalam diri kita, saya menemukan sebuah matrik yang cukup bagus dan lumayan representatif dalam menggambarkan dan mengkategorisasi berbagai jenis motivasi yang terjadi di dalam diri. Matrik ini secara garis besar melihat motivasi dari dua sisi: pertama, dari mana motivasi berasal (dalam diri/intristik) atau (luar diri/ekstrinsik), dan kedua dari arah atau tujuannya (positif dan negatif).
Asal dan tujuan dari motivasi ini selalu tertaut dan berkelindan satu sama lain sehingga pada gilirannya akan sangat menentukan kualitas perbuatan atau aktivitas nyata kita.
Untuk memudahkan pembacaan, sang pembuat matrik membubuhkan sebuah ilustrasi yang mengisahkan bagaimana suasana kebatinan dan motivasi yang terjadi dalam diri seorang karyawan yang akan mengerjakan laporannya.
“Derajat” motivasi tertinggi tentu berada pada karyawan yang memang ingin membuat laporannya. Motivasinya berasal dari dalam dirinya sendiri (intrinsik) dan menuju sesuatu yang positif. Dalam literasi agama hal ini disebut dengan ikhlas. Budaya menyebutnya dengan suka rela atau tanpa pamrih. Karyawan seperti ini akan senantiasa bekerja dengan penuh suka cita dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Yang ke dua tetap bagus walaupun dorongannya berasal dari luar dirinya (ekstrinsik). Karyawan tersebut, walau kurang ikhlas, tetap berlaku positif dengan mengerjakan laporannya. Mengejar bonus adalah motivasi dirinya. Walaupun hal ini masih OK namun tetap mengandung potensi destruktif karena bisa saja sumber motivasinya (mendapatkan bonus) tidak terwujud karena sesuatu hal. Ini tentu akan membuat dirinya merasa kecewa dan besar kemungkinan di masa yang akan datang, motivasinya menjadi negatif.
Motivasi ke tiga lebih jelek dibandingkan dengan yang ke dua. Ia mengerjakan laporannya, yang sebetulnya adalah kewajiban dan bukti integritas dirinya sebagai karyawan, dengan beban yang berat dan rasa ketakutan yang tak sehat. Niscaya, hasil laporannya pun akan jauh dibandingkan dengan karyawan yang ikhlas. Biasanya tipikal karyawan seperti ini akan mengerjakan tugas-tugasnya secara asal hanya agar gugur kewajiban. Tak ada rasa memiliki dan kehendak prestasi. Satu-satunya yang ia pikirkan hanya satu: punishment dari perusahaan (pemecatan).
Yang paling parah adalah motivasi yang melatarbelakangi karyawan ke empat. Secara intrinstik ia tak ada dorongan untuk membuat laporan. Dan motivasi ekstrinsik seperti bonus ataupun pemecatan tak terlalu membuat ia menjadi terdorong. Ini adalah tipikal karyawan pembakang yang nyata. Jika ia terus bertahan, maka selama itu pulalah ia akan merasa tersiksa, sama sekali tak mampu menikmati pekerjaannya.
Setelah mengetahui ke empat jenis motivasi ini, marilah kita kenali motivasi kita yang timbul dalam diri sebelum melakukan pekerjaan atau perbuatan. Jika dirasa bahwa motivasi kita tidak baik, maka seyogyanya jika kita tata dahulu motivasi dalam diri kita agar menjadi lebih baik dan terarah (intrinsik dan positif). Setelah kita perbaiki “apa yang ada di dalam” maka barulah kita mulai “lakukan ke luar”.
Sumber :
http://tipskarir.com/matrik-motivasi-4-jenis-motivasi-yang-harus-kamu-sadari-dan-kendalikan/
Tanpa kita sadari, setiap ucapan, tindakan, bahkan lintasan pikiran sekalipun selalu didasari oleh sebuah motivasi. Motivasi ini dapat kita artikan secara “serampangan” sebagai “kehendak”, walaupun sebenarnya motivasi atau dorongan diri jauh lebih kompeleks dari sekedar kehendak atau keinginan.
Motivasi inilah yang menjadi motor bagi roda diri kita sehingga kita dapat terus bergerak dan hidup berkelanjutan.
Menurut saya, penting sekali bagi kita untuk mengenal sebuah dorongan atau motivasi yang terjadi dalam diri kita sebelum kita mengaktualkannya dalam sebuah tindakan nyata. Karena, walaupun motivasi masih bersifat potensial (belum aktual) namun pengaruhnya akan begitu signifikan dalam menentukan kualitas aksi kita. Atau kasarnya: hasil dari perbuatan yang kita lakukan akan sangat dipengaruhi oleh motivasi yang melatarbelakangi aktivitas kita. Baik-buruk, gagal-berhasil, sangat dan sangat ditentukan oleh motivasi apa yang ada di belakangnya.
Untuk membantu kita mengenali motivasi yang timbul dalam diri kita, saya menemukan sebuah matrik yang cukup bagus dan lumayan representatif dalam menggambarkan dan mengkategorisasi berbagai jenis motivasi yang terjadi di dalam diri. Matrik ini secara garis besar melihat motivasi dari dua sisi: pertama, dari mana motivasi berasal (dalam diri/intristik) atau (luar diri/ekstrinsik), dan kedua dari arah atau tujuannya (positif dan negatif).
Asal dan tujuan dari motivasi ini selalu tertaut dan berkelindan satu sama lain sehingga pada gilirannya akan sangat menentukan kualitas perbuatan atau aktivitas nyata kita.
Untuk memudahkan pembacaan, sang pembuat matrik membubuhkan sebuah ilustrasi yang mengisahkan bagaimana suasana kebatinan dan motivasi yang terjadi dalam diri seorang karyawan yang akan mengerjakan laporannya.
“Derajat” motivasi tertinggi tentu berada pada karyawan yang memang ingin membuat laporannya. Motivasinya berasal dari dalam dirinya sendiri (intrinsik) dan menuju sesuatu yang positif. Dalam literasi agama hal ini disebut dengan ikhlas. Budaya menyebutnya dengan suka rela atau tanpa pamrih. Karyawan seperti ini akan senantiasa bekerja dengan penuh suka cita dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Yang ke dua tetap bagus walaupun dorongannya berasal dari luar dirinya (ekstrinsik). Karyawan tersebut, walau kurang ikhlas, tetap berlaku positif dengan mengerjakan laporannya. Mengejar bonus adalah motivasi dirinya. Walaupun hal ini masih OK namun tetap mengandung potensi destruktif karena bisa saja sumber motivasinya (mendapatkan bonus) tidak terwujud karena sesuatu hal. Ini tentu akan membuat dirinya merasa kecewa dan besar kemungkinan di masa yang akan datang, motivasinya menjadi negatif.
Motivasi ke tiga lebih jelek dibandingkan dengan yang ke dua. Ia mengerjakan laporannya, yang sebetulnya adalah kewajiban dan bukti integritas dirinya sebagai karyawan, dengan beban yang berat dan rasa ketakutan yang tak sehat. Niscaya, hasil laporannya pun akan jauh dibandingkan dengan karyawan yang ikhlas. Biasanya tipikal karyawan seperti ini akan mengerjakan tugas-tugasnya secara asal hanya agar gugur kewajiban. Tak ada rasa memiliki dan kehendak prestasi. Satu-satunya yang ia pikirkan hanya satu: punishment dari perusahaan (pemecatan).
Yang paling parah adalah motivasi yang melatarbelakangi karyawan ke empat. Secara intrinstik ia tak ada dorongan untuk membuat laporan. Dan motivasi ekstrinsik seperti bonus ataupun pemecatan tak terlalu membuat ia menjadi terdorong. Ini adalah tipikal karyawan pembakang yang nyata. Jika ia terus bertahan, maka selama itu pulalah ia akan merasa tersiksa, sama sekali tak mampu menikmati pekerjaannya.
Setelah mengetahui ke empat jenis motivasi ini, marilah kita kenali motivasi kita yang timbul dalam diri sebelum melakukan pekerjaan atau perbuatan. Jika dirasa bahwa motivasi kita tidak baik, maka seyogyanya jika kita tata dahulu motivasi dalam diri kita agar menjadi lebih baik dan terarah (intrinsik dan positif). Setelah kita perbaiki “apa yang ada di dalam” maka barulah kita mulai “lakukan ke luar”.
Sumber :
http://tipskarir.com/matrik-motivasi-4-jenis-motivasi-yang-harus-kamu-sadari-dan-kendalikan/
Friday, August 28, 2015
Investasi 20%
20% uang kita (entah jumlahnya kecil atau besar) mestinya dialokasikan untuk investasi...
Lha, kalau hidupnya pas-pasan, gimana? Hehe, nggak usah nanya. Dari wajahnya, ketahuan. Justru masih pas-pasan, perlu investasi. Kalau sudah kaya-raya, mungkin nggak perlu investasi...
Terus, investasi pada apa? Boleh pada bisnis sendiri, bisnis orang lain, properti, atau reksadana syariah... Ketika kita bekerja, hendaknya uang kita juga ikut bekerja. Itulah yang disebut investasi...
--- dari Ippho Santosa
Antara Ilmu, Akhlak dan Uang
Berapa tahun Anda belajar ilmu kimia dan ilmu fisika? Berapa jam Anda belajar ilmu uang?
Think!
Nggak semua orang ingin jadi ahli kimia dan ahli fisika, tapi nyatanya belajarnya sampai 6 tahun. Sementara, semuaaaaa orang ingin punya uang, tapi belajarnya jarang-jarang.
Aneh kan?
Banget.
Kalau memang ilmu kimia dan ilmu fisika itu penting, tentulah ilmu uang juga penting. Kalau nggak belajar, jangan heran kalau pada akhirnya kita keteteran soal uang... Yang ngakunya belajar ilmu uang, ternyata cuma belajar ngitung uang orang lain. Bagaimana uang tumbuh dan berkembang, tidak pernah dipelajari.
Ketika kita sudah berkeluarga, nyicil rumah bertahun-tahun, dan punya tagihan bertumpuk-tumpuk, barulah kita sadar akan pentingnya belajar ilmu uang, termasuklah di dalamnya ilmu bisnis, investasi, dan properti. Memang, segala yang berlebihan itu tidak baik. Kecuali amal dan uang, hehehe...
Catatlah, sepenting-pentingnya uang, lebih penting lagi ilmu dan akhlak di balik uang.
Kenapa?
Yah memang begitu. Ketika uang Anda lenyap, mestinya Anda bisa mencarinya kembali, karena Anda sudah tahu ilmunya. Right?
(Ditulis oleh saya, Ippho Santosa. Seluruh tulisan saya di grup WA ini, boleh disebar kepada yang lain. Dengan atau tanpa menyebut nama saya. Yang penting, manfaatnya menyebar.)
Harta Kotoran Cicak
10% harta yang tidak halal, akan merusak 90% harta yang halal. Dan ujung-ujungnya 100% rusak semua.
Yah, mirip-mirip seperti kotoran cicak yang jatuh ke dalam air di cangkir. Anda masih mau meminum airnya? Pastinya nggak...
Tidak ada toleransi untuk harta yang haram. Sekiranya ragu-ragu, yah baiknya tinggalkan saja.
Karena itu berpotensi menjadi 10% yang tidak halal seperti dijelaskan di awal... Kasihan anak, istri, dan orangtua kita, kalau sampai dinafkahi harta yang tidak halal.
Lebih dari itu, makanan dan pakaian yang tidak halal, biasanya menjerumuskan pemakainya pada kelakuan-kelakuan yang lebih buruk lagi... Tuhan-mu maha suci, hanya menerima yang bersih dan baik-baik saja darimu.
--- dari Ippho Santosa
Saturday, August 22, 2015
Kombinasi Personality
Biasanya sifat mirip ayah tapi di-didik oleh ibu, atau sifat mirip ibu tapi di-didik oleh ayah, hal ini mengakibatkan seseorang punya 2 karakter. Yaitu satu karakter yang dominan. Dan satu karakter pendukung yang berfungsi untuk memberikan pertimbangan dari sudut pandang yang berbeda dalam membuat suatu keputusan. Ini adalah akibat dari perbedaan karakter pada orang tua kita. Mustahil orang tua kita saling mencintai kalo karakter nya sama. Karena orang hanya tertarik pada sesuatu yang aneh yang tidak dimilikinya. Seorang yang gemar bicara akan sangat menyukai orang yang senang mendengarkannya.
Tapi mustahil seorang yang banyak bicara menyukai orang yang banyak bicara juga. Lalu siapa yang akan mendengarkan? Hanya orang yang suka berdebat / diskusi yang menyukai hal ini.
Koleris-Melankolis
Mereka yang mempunyai kombinasi koleris-melankolis adalah orang yang teliti, cermat, analitis, cepat dan berani. Tipe ini mampu melakukan analisis secara mendalam (sifat melankolis) namun sangat cepat (sifat koleris) sehingga hasil pekerjaannya jauh lebih produktif daripada tipe melankolis murni, lebih cermat serta lebih memperhatikan detail dibandingkan dengan tipe koleris murni. Sifat melankolis yang terlalu kritis, perfeksionis dan lambat dalam bertindak diimbangi dengan optimisme dan sifat praktis seorang koleris. Dengan demikian, orang dengan tipe ini mampu bertindak cepat dan hati-hati serta luar biasa produktif.
Sifat pragmatis dari koleris yang tidak terlalu mempedulikan cara mencapai tujuan akan disempurnakan oleh sifat melankolis yang menghargai kualitas hasil pekerjaan dan kebenaran cara mencapainya.
Seseorang yang mempunyai tipe koleris-melankolis biasanya optimis mencapai tujuan, keras kepala, dan mudah marah. Kemampuan seorang koleris yang dapat mengambil keputusan secara cepat dan selalu berpikir bahwa dia selalu benar seperti halnya seorang melankolis murni akan menyebabkan orang ini cenderung otoriter, sombong, dan tidak merasa membutuhkan orang lain. Inilah kelemahan tipe koleris-melankolis ini.
Koleris-Sanguinis
Kombinasi tipe koleris dan sanguinis akan memunculkan sifat-sifat kepribadian ekstrover, yang cenderung menampilkan diri apa adanya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Hal ini berbeda dengan tipe koleris murni yang kadang-kadang bisa menyembunyikan penampilan ekstrovertnya di balik kuatnya keinginan untuk mencapai tujuan. Orang dengan tipe kombinasi kepribadian ini mempunyai antusiasme dan optimisme yang tinggi dalam bekerja dan tidak terlalu otorirer seperti halnya tipe koleris murni arau tipe kombinasi koleris-melankolis. Selain itu, mereka mampu menggunakan keunggulannya dalam bersosialisasi dengan orang lain untuk memotivasi dan memengaruhi mereka agar sejalan dengan tujuannya.
Orang ini mempunyai energi yang sangat besar untuk memulai jerjaan baru, serta dapat menindaklanjutinya secara konsisten dan tt seperti bawaan sifat kolerisnya. Dia juga mampu menggunakan kekuatannya untuk mengajak orang lain bekerja sama dengannya serta menyelesaikan konflik yang ada di antara mereka. Selain itu, orang ini punya jiwa kepemimpinan yang simpatik dan mampu berdebat dan bernegosiasi dengan baik serta yang lebih penting lagi mampu meyakinkan orang lain bahwa dia benar.
Kelemahan tipe ini adalah mudah marah dan suka memaksakan kehendak kepada orang lain. Kemampuan melihat kebenaran dan objektivitas suatu masalah atau perangai orang lain di sekitarnya tidak sebesar tipe melankolis atau kombinasi koleris-melankolis sehingga keputusan yang diambilnya masih dipengaruhi unsur subjektivitas. Si koleris-sanguinis ini mudah marah, namun juga cepat memaafkan dan melupakannya. Jika dikritik orang lain, dia cenderung akan berdalih dan tetap tidak mau mengakuinya.
Sanguinis-Koleris
Tipe kombinasi sanguinis-koleris adalah tipe orang yang paling terbuka dibandingkan kombinasi kepribadian lain. Dengan sifat dominan kepribadiannya yang terbuka, optimis, dan menyukai kenikmatan, orang dengan tipe ini mampu menjadi pemimpin hebat tanpa mengorbankan aspek produktifitasnya. Tipe kombinasi ini merupakan pribadi yang mempesona, kreatif, dan berani mengambil keputusan.
Orang tipe ini sangat mudah menjalin relasi dengan orang lain dan pandai mengambil manfaat dari hubungan baik tersebut. Orang ini kadang-kadang dipandang rendah atau underdog oleh orang lain karena mungkin banyak bicara dan melontarkan humor serta terlalu mudah bergaul dengan orang lain. Namun, di balik anggapan itulah sifat bawaan tipe koleris yang ada padanya justru menjadi dominan dan dia leluasa membalikkan keadaan untuk mencapai tujuan. Orang yang punya banyak ide kreatif ini juga punya energi besar untuk mewujudkan tujuan tersebut dibandingkan dengan orang tipe sanguinis murni.
Tidak adanya sisi intelektual dan hasrat bertindak dengan cara yang benar merupakan kelemahan tipe kombinasi ini. Sifat humoris sanguinisnya dapat melukai perasaan orang lain jika dikombinasi dengan sifat kolerisnya yang suka memandang rendah orang lain. Sifat tidak suka hal-hal detail membuatnya mudah tertekan karena selalu kekurangan waktu dan tugas yang semakin menumpuk dari waktu ke waktu.
Kombinasi tipe koleris dan sanguinis akan memunculkan sifat-sifat kepribadian terbuka, yang cenderung menampilkan diri apa adanya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Hal ini berbeda dengan tipe koleris murni yang kadang-kadang bisa menyembunyikan penampilan terbukanya di balik kuatnya keinginan untuk mencapai tujuan. Orang dengan tipe kombinasi kepribadian ini mempunyai antusiasme dan optimisme yang tinggi dalam bekerja dan tidak terlalu otoriter seperti halnya tipe koleris murni atau tipe kombinasi koleris-melankolis. Disamping itu, mereka mampu menggunakan keunggulannya dalam sosialisasi dengan orang lain untuk memotivasi dan memengaruhi orang agar sejalan dengan tujuannya.
Orang ini mempunyai energi yang sangat besar untuk memulai pekerjaan baru, serta dapat menindaklanjutinya secara konsisten dan cepat seperti bawaan sifat kolerisnya. Dia juga mampu menggunakan kekuatannya untuk mengajak orang lain bekerja sama dengannya serta menyelesaikan konflik yang ada di antara mereka. Selain itu, orang ini punya jiwa kepemimpinan yang simpatik dan mampu berdebat dan bernegosiasi dengan baik serta—yang lebih penting lagi—mampu meyakinkan orang lain bahwa dia benar.
Kelemahan tipe ini adalah mudah marah dan suka memaksakan kehendak kepada orang lain. Kemampuan melihat kebenaran dan objektifitas suatu masalah atau perangai orang lain di sekitarnya tidak sebesar tipe melankolis atau kombinasi koleris-melankolis sehingga keputusan yang diambilnya masih dipengaruhi unsur subjektifitas. Si koleris-sanguinis ini mudah marah, namun juga cepat memaafkan dan melupakannya. Jika dikritik orang lain, dia cenderung akan berdalih dan tetap tidak mau mengakuinya. Sifat negatif lainnya adalah kurangnya ketelitian dalam bekerja yang diakibatkan kombinasi dua tipe yang memang tidak suka terhadap hal-hal kecil dan detail.
Sanguinis-Phlegmatis
Orang bertipe sanguinis-phlegmatis biasanya terbuka, optimis, mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain, dan disukai. Sisi sanguinis membuat dia kreatif, antusias, ramah, dan dapat menginspirasi orang lain. Sementara itu, sisi phlegmatisnya membuat dia berhati-hati dan sensitif terhadap perasaan orang lain. Dia menghendaki hubungan harmonis dengan orang lain dan berniat menjaga hubungan itu sebaik mungkin.
Orang tipe ini cenderung melihat ke dalam dirinya jika mengalami kejadian yang berpotensi mengganggu hubungannya dengan orang lain. Misalnya, jika seorang atasan berkata, “Kita ternyata tidak dapat mencapai target penjualan bulan ini.” Bawahan yang bertipe sanguinis-phlegmatis akan berpikir, “Apakah dia marah kepada saya, ya?” Jadi, orang tipe ini mempunyai perasaan yang dua kali lebih peka dibandingkan tipe lain, dan sangat mengutamakan keharmonisan hubungan dengan orang lain. Dengan demikian, tipe ini adalah teman yang paling menyenangkan dibandingkan tipe lain atau tipe kombinasi lain karena dia mudah bergaul, kreatif, mudah diajak bersenang-senang, penuh perhatian, dan suka membantu rekan-rekannya secara spontan.
Kelemahannya adalah kurang berani mengambil keputusan, kurang terorganisasi, dan suka menunda pekerjaan. Jika beium menguasai pekerjaannya, mereka cenderung banyak omong bukannya berusaha menguasai detail pekerjaan itu. Jika akan mengambil keputusan, mereka cenderung bertanya dan meminta nasihat orang lain. Kadang-kadang mereka juga mengabaikan pandangan objektifnya sendiri karena terdorong oleh hasrat kepribadiannya yang ingin berkomunikasi dengan orang lain dan berusaha memuaskan semua pihak, termasuk menuruti saran-saran yang mungkin dalam hati kecilnya sendiri tidak disetujuinya. Akhirnya, masukan-masukan orang lain kadang-kadang justru semakin membingungkannya dalam mengambil keputusan. Kekuatannya untuk mengajak orang lain bekerja sama dengannya serta menyelesaikan konflik yang ada di antara mereka. Selain itu, orang ini punya jiwa kepemimpinan yang simpatik dan mampu berdebat dan bernegosiasi dengan baik serta—yang lebih penting lagi—mampu meyakinkan orang lain bahwa dia benar.
Sesuai sifatnya, orang tipe sanguinis-phlegmatis sangat boros uang, terutama untuk keperluan belanja, bersosialisasi dengan teman-temannya di cafe, dan sebagainya karena dia punya hasrat besar untuk bersosialisasi dan menyenangkan pihak lain. Jika sadar bahwa keuangannya memburuk dan peker jaannya banyak yang tertunda, yang dilakukannya hanya mengeluh dan menyalahkan keadaan, atau … berbelanja lagi!
Melankolis-Koleris
Tipe melankolis-koleris tergambar pada pemimpin yang menyelesaikan banyak pekerjaan dengan kualitas di atas rata-rata. Namun, ada perbedaan dorongan untuk menyelesaikan pekerjaan antara tipe ini dan tipe koleris-melankolis — di mana sifat koleris paling dominan dan melankolis adalah dominan kedua. Tipe koleris-melankolis terdorong menyelesaikan pekerjaan karena tantangan, kesempatan, dan tujuan yang ingin diraih, sedangkan tipe melankolis-koleris terdorong karena “keharusan” atau tugas dan kewajiban menyelesaikan pekerjaan.
Sisi melankolis yang ideal dan berorientasi pada kebenaran menyebabkan orang tipe ini sangat baik bekerja pada bidang organisasi sosial dan kemanusiaan, sedangkan tipe koleris-melankolis lebih cocok di bidang bisnis yang profit-oriented karena “sikut-menyikut” dalam bisnis akan dilakukannya dengan senang hati. Sifatnya yang pragmatis dari sisi koleris lebih dominan dan dia berhasrat menang dan menjadi nomor satu di mana saja berada.
Tipe kombinasi melankolis-koleris juga punya bekal mengorganisasi dengan baik seperti halnya tipe melankolis dominan lainnya. Kelemahan lainnya adalah dari sisi melankolis suka menyalahkan diri sendiri dan orang lain serta tidak fleksibel saat berhubungan dengan orang lain. Jika sudah demikian, sisi negatif kolerisnya akan lebih menguatkan sisi melankolisnya, yaitu dengan cara memperketat kontrol terhadap orang yang dipimpinnya dan, jika perlu, menyingkirkan orang-orang yang dianggapnya dapat menghalangi tujuan. Tipe melankolis-koleris juga lebih tertutup daripada tipe koleris-melankolis. Si Melankolis-Koleris ini juga sangat task-oriented (berorientasi pada tugas). Hasratnya untuk bekerja secara sempurna.
Melankolis-Phlegmatis
Tipe ini merupakan kombinasi dua tipe yang sifatnya tertutup. Dari sisi penampilan, orang ini sangat pendiam. Mereka juga jarang mau memulai pembicaraan dengan orang lain dan lebih memilih menjadi pendengar. Tipe ini sangat tertutup dan kadang-kadang terlihat lebih asyik menyendiri. Mereka juga sangat menghargai pertemanan dan persahabatan, tapi lebih menyukai belajar dan membaca sendiri selama berjam-jam daripada bersosialisasi dengan teman-temannya.
Si Melankolis-Phlegmatis ini sangat hebat dalam perencanaan jangka panjang, mengorganisasi, dan sangat memerhatikan hal-hal detail. Tipe ini biasanya percaya bahwa sukses harus dicapai dengan cara yang benar dan ideal, misalnya dengan menempuh pendidikan setinggi-tingginya, termasuk mengambil magister atau doktoral. Sisi phlegmatisnya cenderung menghindari konfrontasi berlebihan walaupun tetap harus mempertahankan kebenaran. Sifatnya pasif. Contohnya, walaupun mempunyai beberapa teman sejati, mereka jarang sekali berinisiatif untuk lebih dahulu menghubungi mereka. Tipe orang ini justru merasa tertekan atau tidak nyaman berada dalam keramaian dan bersosialisasi dengan banyak orang.
Mereka cenderung menolak atau berkata “tidak” saat menerima permohonan dari orang lain. Orang yang tidak tahu sifatnya mungkin akan menganggap mereka sombong atau lebih mementingkan diri sendiri. Kenyataannya, mereka terlalu bethati-hati, penuh pertimbangan, dan benaknya banyak dimasuki pikiran-pikiran negatif tentang permohonan tersebut. Kecenderungan sisi melankolisnya yang suka memikirkan segala sesuatu secara mendalam digabungkan dengan sisi phlegmatis yang peka terhadap hubungan dengan orang lain sering menyebabkan orang tipe ini merasakan luka hati dan kekecewaan mendalam sampai depresi jika dikecewakan orang-orang terdekatnya.
Phlegmatis-Sanguinis
Dalam tipe kombinasi kepribadian ini, sisi phlegmatis tetap dominan daripada sisi sanguinisnya. Orang ini ramah, mudah dan mampu bekerja sama dengan hampir semua orang. Dia mengutamakan keharmonisan hubungan dan menghindari konflik dengan orang lain. Walaupun mudah akrab dengan dengan orang lain, bukan berarti orang ini aktif dan berinisatif menjalin hubungan orang lain. Mereka tidak mengekspresikan kebutuhannya secara terbuka untuk bersosialisasi dengan orang lain seperti halnya orang tipe sanguinis murni. Namun, begitu orang ini mulai menjalin hubungan dengan orang lain, sisi sanguinisnya akan mengambil alih dan dia mudah akrab dan terbuka dengan orang tersebut.
Tipe ini sangat ingin menyenangkan orang lain, dan dia punya kemampuan untuk itu karena dia ramah dan punya selera humor yang bagus. Orang ini akan kecewa jika sering dikritik dan dicap negatif oleh orang lain. Jika demikian, yang dilakukannya bukanlah membalas perlakuan orang tersebut, namun menggandakan daya upayanya untuk menyenangkan orang tersebut agar opini mereka terhadapnya berubah.
Si Phlegmatis-Sanguinis ini menyukai kegiatan yang melibatkan banyak orang atau keramaian. Namun, yang dia sukai bukanlah terlibat di dalamnya, tapi hanya menjadi penonton atau pengamat, seperti menonton film, konser musik, dan sebagainya. Dia lebih suka berada dalam sebuah kelompok kecil daripada keramaian besar seperti yang disukai tipe sanguinis murni yang berpendapat “semakin ramai, semakin meriah, dan semakin baik”.
Tipe ini cenderung mengorbankan kesenangannya sendiri derni menyenangkan orang lain atau menjaga keharmonisan hubungannya dengan orang lain. Jika sudah tidak bisa mengorbankan diri lebih banyak lagi, atau tertekan, yang dilakukannya adalah menyendiri, misalnya menonton televisi, bermain game komputer, makan, atau tidur, daripada mengungkapkan secara negatif perasaannya.
Salah satu kelemahan mendasar tipe phlegmatis-sanguinis adalah dalam hal produktivitas kerja. Orang ini cenderung puas jika sudah mencapai prestasi kerja yang sebenarnya jauh di bawah kemampuannya. Pencapaian seperti ini bisa jadi karena kurangnya perencanaan (ingat, tipe sanguinis tidak suka perencanaan jangka panjang) atau mungkin mereka menganggap tantangan yang lebih besar akan merepotkan di kemudian hari. Tipe phlegmatis-sanguinis ini akan tergoda untuk berhenti bekerja apabila hasil akhir pekerjaan tersebut diperkirakan tidak sebanding dengan tenaga yang bakal dikeluarkannya.
Phlegmatis-Melankolis
Seperti halnya tipe melankolis-phlegmatis, tipe phlegmatis-melankolis juga pribadi tertutup. Artinya, emosi, kegelisahan, dan kegembiraannya tidak diungkapkan secara jelas dan terbuka kepada orang lain. Namun, sifat tertutupnya tidak sekuat tipe kombinasi yang disebutkan pertama.
Orang ini ramah, berpembawaan tenang, dan sangat menghargai hubungan harmonis dengan orang lain. Namun, ada satu hal penting yang perlu diingat. Saat menjalin hubungan dengan orang tipe phlegmatis-melankolis, pertama kali Anda akan sangat terkesan dengan keramahan dan kepribadiannya yang menyenangkan. Namun, berhati-hatilah karena belum tentu apa yang Anda rasakan sesuai dengan suasana hati atau penilaiannya terhadap Anda. Sesuai sifat melankolis yang ada dalam dirinya, orang ini sangat sensitif dan cenderung menilai Anda secara negatif. Namun, sisi phlegmatis tipe kombinasi ini akan lebih “melunakkan” sisi melankolisnya.
Orang tipe ini harus selalu menjaga dan mempertahankan energi, antusiasme, dan motivasi kerjanya sepanjang pekerjaan itu masih dilakukannya sebab mereka mudah terdemotivasi di tengah jalan. Buku-buku motivasi, olahraga, dan kegiatan spiritual akan membantu mereka. Sisi melankolis yang cenderung melihat hal-hal kecil dan detail tidak boleh menghalangi atau menjebak orang ini dalam meraih kesuksesan. Caranya adalah dengan tetap fokus pada tujuan yang lebih besar daripada pekerjaan itu sendiri.
Si Phlegmatis-Melankolis cenderung sulit menentukan prioritas pekerjaan. Sisi phlegmatis akan menyebabkan mereka sulit menolak atau berkata “tidak” atas permintaan orang lain, walaupun dia sendiri sebenarnya tidak ingin melakukan itu. Itulah sebabnya orang ini sulit bersantai dan pekerjaannya tidak terorganisasi dengan baik.
Sumber:
http://konsultasi.blog.com/karakter-dasar/
Koleris Melankolis Sanguinis dan Plegmatis
Sanguinis Yang Populer
Spiritual, Spontan, Kreatif
Api (Intuiting / Intuisi)
Tipe Sanguin adalah tipe yang paling terbuka diantara semua tipe perangai. Bahkan tipe ini dapat disebut super terbuka. Orang Sanguin adalah orang yang suka berbicara mudah menyesuaikan diri ramah hangat dan penuh humor dan responsive. Tipe Sanguin tidak tahan melihat orang asing didepan mereka tanpa memberi tanggapan kepadanya. Orang Sanguin adalah orang yang suka bergaul dan spontan. Mereka jarang kwatir akan masa depan dan masa lalu, mereka menikmati lebih banyak kegembiraan dari hari-hari yang dilaluinya dibandingkan dengan tipe-tipe lainnya.
Orang Sanguin biasanya bukan pemikir berat , mereka menafsirkan kejadian –kejadian yang ada dengan cepat. Kadang-kadang mereka mendapat kesulitan karena jarang mengantisipasi dari pilihan itu atau tindakan mereka. Perasaan mereka mempunyai peranan yang sangat dominan didalam segala sesuatu, sehingga mereka cenderung membuat keputusan-keputusan yang bersifat emosional. Belajar dari pengalaman, keputusan-keputusan yang bersifat emosional hampir selalu merupakan keputusan-keputusan yang buruk.
Sanguin adalah orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah untuk membuat orang tertawa, dan bisa memberi semangat pada orang lain. Tapi kelemahannya adalah dia cenderung impulsive, yaitu orang yang bertindak sesuai emosi atau keinginannya.
Melankolis Yang Sempurna
Emosional, Sensitif, Teliti
Air (Feeling / Perasaan)
Tipe yang paling berbakat dari semua tipe adalah tipe Melankolik sekalipun mereka tipe paling akhir yang menghargai bakat mereka sendiri. Tipe Melankolik mempunyai sifat dasar yang tertutup. Mereka sering mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dan bersifat estetis yang mendalam sehingga mereka lebih menghargai seni dibandingkan dengan perangai yang lainnya.
Tipe Melankolik cenderung suka murung dan mudah putus. Orang Melankolik dilahirkan sebagai orang pefeksionis, sering meremehkan diri mereka sendiri untuk tidak tidak melakukan dengan lebih baik walaupun pada kenyataannya produktivitas mereka lebih daripada kebanyakan perangai lainnya. Mereka adalah orang yang mau mengorbankan diri sendiri, serius, dan takut akan kegagalan. Mereka mempunyai sifat dasar yang teliti, hidup dengan tantangan atau visi untuk menginvestasikan hidup mereka, tetapi jarang dapat menghasilkan sendiri.
Tipe melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling sempurna dan dia memang adalah seseorang yang mengerti estetika keindahan hidup ini. Perasaannya sangat kuat, sangat sensitif maka kita bisa menyimpulkan bahwa cukup banyak seniman yang memang berdarah melankolik. Kelemahan orang melankolik, ia mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung.
Koleris Yang Kuat
Rasional, Cerdas, Cekatan
Udara (Thinking / Berpikir)
Tipe kolerik adalah juga tipe terbuka tetapi biasanya tingkat keterbukaannya lebih rendah daripada tipe Sanguin yang super terbuka. Orang Kolerik adalah juga orang yang aktif, semangat pekerja keras, ambisius, motivator bagi orang lain. Karena sifatnya yang berkemauan keras mandiri dan berpendidikan keras, orang kolerik cenderung keras kepala.
Kompromi merupakan hal yang sangat sulit bagi mereka kecuali kompromi itu bermanfaat bagi tujuan yang mereka miliki. Mereka mempunyai tujuan untuk segala sesuatu dari kesehatan jasmani sampai tingkah laku anak. Mereka adalah tipe yang suka mengambil alih , yang suka memerintah orang-orang lain disekeliling mereka, tidak peduli apakah ornag itu menyukainya atau tidak. Orang Kolerik tidak pernah untuk mencoba untuk tidak menguasai suatu situasi dan mereka hidup penuh dengan pertentangan. Bagian dari sifat dasar mereka yang belum berkembang adalah emosi mereka. Mendapatkan persetujuan dari mereka hampir merupakan hal yang tidak mungkin.
Mencapai tujuan mereka adalah ambisi bagi orang Kolerik, dan beberapa orang Kolerik mendapatkan reputasi mereka dengan memperalat orang lain.
Seseorang yang kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada pekerjaan dan tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan akan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya.
Kelemahan orang yang berciri kolerik adalah kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang lain (empati), belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak minim, karena perasaannya kurang bermain.
Phlegmatis yang damai
Materialistis, Tenang, Stabil
Tanah (Sensing / Mengamati)
Tipe Plegmatik merupakan orang yang tertutup yang sangat diam, tidak menuntut kalem dan lambat. Mereka tidak pernah menjadi gelisah membuat malu diri mereka sendiri dengan meminta maaf untuk segala sesuatu yang telah mereka katakana. Mereka jarang mengeluarkan ide-ide atau perasaan jika mereka tidak yakin mereka tidak akan melukai atau menyakiti orang lain.
Orang plegmatik merupakan orang yang sangat baik dengan sifat yang bahagia dan menyenangkan. Banyak yang dari mereka sangat lucu karena mereka mempunyai daya humor. Mereka dilahirkan dengan bakat diplomat dan pembawa damai, mereka dicintai oleh anak-anak. Orang-orang Plegmatik merupakan teman yang menyenangkan dan tidak menakutkan, dua dari kelemahan mereka yang utama adalah rasa takut dan egois, walaupun mereka menunjukkan sikap ini dengan sangat diplomatis sehingga bahkan beberapa teman baik mereka tidak mengenal mereka.
Tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun emosinya itu tidak nampak dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik, ia intorspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Kelemahan orang plegmatik adalah ia cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah, sehingga suka mengambil jalan pintas yang paling mudah dan gampang.
Sumber:
http://konsultasi.blog.com/karakter-dasar/
Spiritual, Spontan, Kreatif
Api (Intuiting / Intuisi)
Tipe Sanguin adalah tipe yang paling terbuka diantara semua tipe perangai. Bahkan tipe ini dapat disebut super terbuka. Orang Sanguin adalah orang yang suka berbicara mudah menyesuaikan diri ramah hangat dan penuh humor dan responsive. Tipe Sanguin tidak tahan melihat orang asing didepan mereka tanpa memberi tanggapan kepadanya. Orang Sanguin adalah orang yang suka bergaul dan spontan. Mereka jarang kwatir akan masa depan dan masa lalu, mereka menikmati lebih banyak kegembiraan dari hari-hari yang dilaluinya dibandingkan dengan tipe-tipe lainnya.
Orang Sanguin biasanya bukan pemikir berat , mereka menafsirkan kejadian –kejadian yang ada dengan cepat. Kadang-kadang mereka mendapat kesulitan karena jarang mengantisipasi dari pilihan itu atau tindakan mereka. Perasaan mereka mempunyai peranan yang sangat dominan didalam segala sesuatu, sehingga mereka cenderung membuat keputusan-keputusan yang bersifat emosional. Belajar dari pengalaman, keputusan-keputusan yang bersifat emosional hampir selalu merupakan keputusan-keputusan yang buruk.
Sanguin adalah orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah untuk membuat orang tertawa, dan bisa memberi semangat pada orang lain. Tapi kelemahannya adalah dia cenderung impulsive, yaitu orang yang bertindak sesuai emosi atau keinginannya.
Melankolis Yang Sempurna
Emosional, Sensitif, Teliti
Air (Feeling / Perasaan)
Tipe yang paling berbakat dari semua tipe adalah tipe Melankolik sekalipun mereka tipe paling akhir yang menghargai bakat mereka sendiri. Tipe Melankolik mempunyai sifat dasar yang tertutup. Mereka sering mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dan bersifat estetis yang mendalam sehingga mereka lebih menghargai seni dibandingkan dengan perangai yang lainnya.
Tipe Melankolik cenderung suka murung dan mudah putus. Orang Melankolik dilahirkan sebagai orang pefeksionis, sering meremehkan diri mereka sendiri untuk tidak tidak melakukan dengan lebih baik walaupun pada kenyataannya produktivitas mereka lebih daripada kebanyakan perangai lainnya. Mereka adalah orang yang mau mengorbankan diri sendiri, serius, dan takut akan kegagalan. Mereka mempunyai sifat dasar yang teliti, hidup dengan tantangan atau visi untuk menginvestasikan hidup mereka, tetapi jarang dapat menghasilkan sendiri.
Tipe melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling sempurna dan dia memang adalah seseorang yang mengerti estetika keindahan hidup ini. Perasaannya sangat kuat, sangat sensitif maka kita bisa menyimpulkan bahwa cukup banyak seniman yang memang berdarah melankolik. Kelemahan orang melankolik, ia mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung.
Koleris Yang Kuat
Rasional, Cerdas, Cekatan
Udara (Thinking / Berpikir)
Tipe kolerik adalah juga tipe terbuka tetapi biasanya tingkat keterbukaannya lebih rendah daripada tipe Sanguin yang super terbuka. Orang Kolerik adalah juga orang yang aktif, semangat pekerja keras, ambisius, motivator bagi orang lain. Karena sifatnya yang berkemauan keras mandiri dan berpendidikan keras, orang kolerik cenderung keras kepala.
Kompromi merupakan hal yang sangat sulit bagi mereka kecuali kompromi itu bermanfaat bagi tujuan yang mereka miliki. Mereka mempunyai tujuan untuk segala sesuatu dari kesehatan jasmani sampai tingkah laku anak. Mereka adalah tipe yang suka mengambil alih , yang suka memerintah orang-orang lain disekeliling mereka, tidak peduli apakah ornag itu menyukainya atau tidak. Orang Kolerik tidak pernah untuk mencoba untuk tidak menguasai suatu situasi dan mereka hidup penuh dengan pertentangan. Bagian dari sifat dasar mereka yang belum berkembang adalah emosi mereka. Mendapatkan persetujuan dari mereka hampir merupakan hal yang tidak mungkin.
Mencapai tujuan mereka adalah ambisi bagi orang Kolerik, dan beberapa orang Kolerik mendapatkan reputasi mereka dengan memperalat orang lain.
Seseorang yang kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada pekerjaan dan tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan akan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya.
Kelemahan orang yang berciri kolerik adalah kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang lain (empati), belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak minim, karena perasaannya kurang bermain.
Phlegmatis yang damai
Materialistis, Tenang, Stabil
Tanah (Sensing / Mengamati)
Tipe Plegmatik merupakan orang yang tertutup yang sangat diam, tidak menuntut kalem dan lambat. Mereka tidak pernah menjadi gelisah membuat malu diri mereka sendiri dengan meminta maaf untuk segala sesuatu yang telah mereka katakana. Mereka jarang mengeluarkan ide-ide atau perasaan jika mereka tidak yakin mereka tidak akan melukai atau menyakiti orang lain.
Orang plegmatik merupakan orang yang sangat baik dengan sifat yang bahagia dan menyenangkan. Banyak yang dari mereka sangat lucu karena mereka mempunyai daya humor. Mereka dilahirkan dengan bakat diplomat dan pembawa damai, mereka dicintai oleh anak-anak. Orang-orang Plegmatik merupakan teman yang menyenangkan dan tidak menakutkan, dua dari kelemahan mereka yang utama adalah rasa takut dan egois, walaupun mereka menunjukkan sikap ini dengan sangat diplomatis sehingga bahkan beberapa teman baik mereka tidak mengenal mereka.
Tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun emosinya itu tidak nampak dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik, ia intorspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Kelemahan orang plegmatik adalah ia cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah, sehingga suka mengambil jalan pintas yang paling mudah dan gampang.
Sumber:
http://konsultasi.blog.com/karakter-dasar/
Generasi X vs Generasi Y
Strategi Kreatif NET. TV Hadapi Generasi Milenial
Berawal dari kegelisahan bagaimana menghadapi Generasi Milenial, event ini mendapat sambutan yang luar biasa dari Profesional HR di Jakarta dan dihadiri lebih dari 100 Profesional HR, 2 Juli lalu. Pembicara “HR Thursday Talk” kali ini adalah Hery Kustanto, HR Head NET. TV, stasiun televisi yang lebih dari 70% karyawannya berasal dari Generasi Milenial atau Generasi Y. Dari hasil tanya-jawab, ternyata friksi antara Generasi Milenial dengan pendahulu mereka, yakni Generasi X, lebih nyata dari yang dibayangkan.
Generasi X, atau generasi yang lahir antara tahun 1965-1980, pasti tidak asing dengan Catatan Si Boy yang identik dengan BMW seri 3-nya, Lintas Melawai dan Drive-in Ancol. Sebagian besar menggemari Bon Jovi, dan sekarang mulai heboh karena sebentar lagi akan tampil di Jakarta. Generasi X lebih familiar dengan sepatu roda ketimbang inline skate, pernah merasakan ketegangan antara Amerika dan Rusia, tahu bahwa dulu sempat ada Jerman Barat dan Jerman Timur, sempat menonton Unyil sebagai hiburan, dan lain-lain.
Generasi X adalah pemikir-pemikir independen yang tidak menyukai segala bentuk otoritas, generasi yang menggulingkan Orde Baru, dan generasi yang tidak suka meeting berlama-lama dalam suasana formal. Nah, banyak anggota Generasi X kini menjadi pemimpin perusahaan, sementara yang dipimpin adalah Generasi Milenial atau Generasi Y.
Siapakah Generasi Y?
Generasi Y adalah mereka yang lahir antara tahun 1980-1995. Generasi ini sudah tak lagi mendengar tentang Perang Dingin atau Cold War, KGB, dan lebih tidak menyukai formalitas jika dibandingkan dengan Generasi X. Generasi ini menuntut fleksibilitas dalam bekerja, mempertanyakan semua keputusan (dan bahkan sangat kritis), lebih mahir berhadapan dengan teknologi dibanding generasi sebelumnya, banyak dipengaruhi kultur musik dan pop, dan sadar fesyen.
Dalam paparannya, Hery Kustanto menjabarkan karakter Generasi Milenial yang menjadi populasi dominan NET. TV sebagai berikut:
Generasi yang melek teknologi (tech savvy)
Memiliki ambisi yang tinggi dan ingin karirnya melejit dengan cepat
Haus perhatian (attention-craving)
Menyukai ruang privasi tanpa sekat
Pencitraan kadang tidak menggambarkan dirinya yang sebenarnya
Mampu melakukan multitasking dan berpikiran luas
Pintar cari uang walau tidak bekerja kantoran
Loyalitas yang kurang stabil
Tidak menyukai birokrasi
Generasi ‘work hard, party hard’
Dalam diskusi hangat ngabuburit tersebut, kami juga sepakat bahwa Generasi Milenial adalah generasi yang:
Kritis; mempertanyakan segala hal setiap saat, berani mempertanyakan keputusan atasan
Sadar fesyen dan dipengaruhi kultur musik dan pop
Memahami penggambaran karakter Generasi Milenial di atas akan sangat membantu bagaimana menghadapi mereka di dunia berkarir. Dari paparan Hery Kustanto, tantangan terberat bagi para Profesional HR mungkin adalah bagaimana mendisiplinkan Generasi Milenial.
“Saya sering mengatakan pada mereka… gak heran kalau kamu ini disebut Y (why) Generation. Sukanya nanya ini itu. Why this, why that. Inginnya bisa segera jadi manajer. Emangnya perusahaan mbahmu?” papar Hery dengan gaya bicaranya yang jenaka.
Masalah kedisiplinan memang menjadi isu yang paling sering dilontarkan saat diskusi HR Thursday Talk. Bahkan dalam sesi diskusi dengan media setelahnya, isu disiplin kembali mencuat dan berkembang menjadi obrolan panas. Awak media terlihat sangat antusias dengan topik ini.
Hebatnya, NET. TV berhasil menerapkan disiplin tinggi di tengah awak Milenialnya. Padahal di satu sisi, mereka juga dituntut untuk bisa atau menjadi pribadi yang super kreatif. Sulit dibayangkan bagaimana menyatukan dua kepribadian ini karena keduanya sangat bertolak belakang; pribadi yang kreatif umumnya jauh dari sikap disipilin, pun sebaliknya mereka yang disiplin dan patuh pada peraturan agak sulit berpikir kreatif.
Lantas bagaimana caranya?
Beberapa kesimpulan dari diskusi sore itu adalah sebagai berikut:
1. Suasana Kerja yang Nyaman
Sudah bukan rahasia bahwa karyawan menuntut suasana kerja yang nyaman, dan Generasi Milenial adalah kelompok yang menuntut lebih. Di NET. TV, upaya ini dilakukan melalui desain interior yang menyerupai kafe. “Sampai-sampai desain kantor kami memenangkan penghargaan,” tutur Hery. Area outdoor juga disediakan bagi karyawan untuk melepas stres.
Di Bukalapak.com, selain makan siang dan sore gratis, karyawan juga diperbolehkan bekerja dari rumah dengan flexible working hour. Kebijakan bekerja dari rumah ini menjadi salah satu topik yang menarik dalam diskusi sore itu, karena tidak semua perusahaan dapat menerapkannya.
Friksi seringkali terjadi ketika seorang Head yang berasal dari Generasi X memiliki tim yang berasal dari Generasi Milenial dan sudah terlanjur nyaman dengan pilihan bekerja dari rumah. Generasi X terkadang menganggap mereka sebagai slackers atau pemalas. Di sinilah peran HR sebagai talent development kembali diuji; bagaimana menghadirkan suasana kerja yang nyaman bagi kedua generasi. Jangan kebablasan.
Sementara itu di NET. TV bisa dibilang tidak ada jam kerja. “Karena kami media TV, jam kerja tidak standar. Namun bukan berarti karyawan bisa masuk dan pulang kantor seenaknya. Jam kerja tergantung dari program apa yang sedang dikerjakan. Tak jarang, mereka yang baru pertama kali berkarir di media TV shock dengan pola jam kerja ini,” jelas Hery.
2. Keterlibatan CEO sebagai Sosok Inspiratif
NET. TV menilai keterlibatan seorang CEO merupakan salah satu kunci dalam mendisplinkan Generasi Milenial. CEO NET. TV dipandang sangat terlibat dan dekat dengan generasi ini; selalu hadir dalam pertemuan formal dan informal. “CEO kita sampai jadi idola karyawan baru Generasi Milenial,” aku Hery.
Dalam sebuah buku berjudul The Nordstrom Way tentang kisah sukses Nordstrom, salah satu retailer besar di Amerika, dijelaskan bahwa—berbeda dengan Walmart—Nordstrom lebih melayani konsumen premium. Pendekatan Nordstrom sangat personal, dan untuk bisa menularkan value tersebut kepada karyawan, CEO Blake Nordstrom memperlakukan karyawannya dengan personal pula. Dalam proses induction, sang CEO tidak segan-segan menemui karyawan secara langsung dan memberi sambutan serta insights. Dalam buku tersebut juga digambarkan bagaimana Blake mengatakan kepada para karyawan baru, “Gunakan uang saya bila perlu, supaya kamu bisa lebih dekat dengan konsumen.”
3. Update Berkala
Generasi Milenial adalah generasi yang kritis, sehingga ingin dilibatkan dalam update berkala manajemen perihal kondisi dan performa perusahaan. “Mereka selalu ingin tahu, ‘Perusahaan kita ini gimana sih? Sudah sampai mana? Untung gak?’” jelas Hery.
Pendekatan serupa diaplikasikan oleh EMTEK Group yang mengenalkan istilah Town Hall pada karyawannya, yakni sebuah agenda rutin bagi pihak manajemen yang diwakili CEO memberikan performance update perusahaan. Kebiasaan ini ternyata mampu menumbuhkan sense of ownership yang tinggi dan memotivasi karyawan untuk terus berkarya.
4. Pendekatan Kreatif
NET. TV bisa dianggap sukses mengaplikasikan pendekatan-pendekatan kreatifnya; mulai dari seragam hingga pelatihan militer untuk karyawan baru.
“Tapi ya desain seragamnya harus keren! Kalau gak, mereka gak mau pakai,” jelas Hery. Terlihat memang NET. TV cukup niat dalam pengaplikasian seragam. Penampilan timnya bak prajurit yang siap tempur. Tak tanggung-tanggung, sepatu pun diseragamkan dengan memakai 5.11 Tactical Boots; merek favorit penggemar permainan airsoft gun.
Pelatihan militer pun diberikan kepada karyawan baru sebagai bentuk usaha penegakan disiplin; karyawan baru akan menghabiskan beberapa hari bersama Kopassus atau Marinir. “Awalnya mereka protes, tapi setelah mengikuti latihan militer ini, mereka sampai menangis ketika harus berpisah dengan pelatih mereka di kesatuan,” cerita Hery yang ternyata kerap menerima telepon dari orang tua Generasi Milenial yang mengucapkan banyak terima kasih karena anak-anak mereka kini lebih disiplin.
5. Performance Review yang Tidak Kaku
Untuk mengakomodir sifat Generasi Milenial yang ambisius dan maunya serba instan, NET. TV tidak ingin mengaplikasikan performance review yang kaku. Review yang umumnya dilakukan setahun sekali, di NET. TV dilakukan setahun dua kali. Tidak heran, seorang karyawan yang bergabung pada bulan Maret 2013, dalam dua tahun bisa naik dari Junior Reporter, Reporter, Senior Reporter, hingga Junior Producer.
Demikian beberapa kiat memahami dan menghadapi Generasi Milenial, bagaimana mendapatkan talenta dan mengidentifikasi karakter yang akan menjadi penerus dan pemimpin perusahaan. Terima kasih kepada Hery Kustanto dari NET. TV yang telah bersedia memberikan insights-nya yang sangat berharga dalam sesi HR Thursday Talk persembahan Karir.com bagi dunia HR Indonesia. (Dino Martin)
Sumber:
http://blog.karir.com/2015/07/06/strategi-kreatif-net-tv-hadapi-generasi-milenial/
Berawal dari kegelisahan bagaimana menghadapi Generasi Milenial, event ini mendapat sambutan yang luar biasa dari Profesional HR di Jakarta dan dihadiri lebih dari 100 Profesional HR, 2 Juli lalu. Pembicara “HR Thursday Talk” kali ini adalah Hery Kustanto, HR Head NET. TV, stasiun televisi yang lebih dari 70% karyawannya berasal dari Generasi Milenial atau Generasi Y. Dari hasil tanya-jawab, ternyata friksi antara Generasi Milenial dengan pendahulu mereka, yakni Generasi X, lebih nyata dari yang dibayangkan.
Generasi X, atau generasi yang lahir antara tahun 1965-1980, pasti tidak asing dengan Catatan Si Boy yang identik dengan BMW seri 3-nya, Lintas Melawai dan Drive-in Ancol. Sebagian besar menggemari Bon Jovi, dan sekarang mulai heboh karena sebentar lagi akan tampil di Jakarta. Generasi X lebih familiar dengan sepatu roda ketimbang inline skate, pernah merasakan ketegangan antara Amerika dan Rusia, tahu bahwa dulu sempat ada Jerman Barat dan Jerman Timur, sempat menonton Unyil sebagai hiburan, dan lain-lain.
Generasi X adalah pemikir-pemikir independen yang tidak menyukai segala bentuk otoritas, generasi yang menggulingkan Orde Baru, dan generasi yang tidak suka meeting berlama-lama dalam suasana formal. Nah, banyak anggota Generasi X kini menjadi pemimpin perusahaan, sementara yang dipimpin adalah Generasi Milenial atau Generasi Y.
Siapakah Generasi Y?
Generasi Y adalah mereka yang lahir antara tahun 1980-1995. Generasi ini sudah tak lagi mendengar tentang Perang Dingin atau Cold War, KGB, dan lebih tidak menyukai formalitas jika dibandingkan dengan Generasi X. Generasi ini menuntut fleksibilitas dalam bekerja, mempertanyakan semua keputusan (dan bahkan sangat kritis), lebih mahir berhadapan dengan teknologi dibanding generasi sebelumnya, banyak dipengaruhi kultur musik dan pop, dan sadar fesyen.
Dalam paparannya, Hery Kustanto menjabarkan karakter Generasi Milenial yang menjadi populasi dominan NET. TV sebagai berikut:
Generasi yang melek teknologi (tech savvy)
Memiliki ambisi yang tinggi dan ingin karirnya melejit dengan cepat
Haus perhatian (attention-craving)
Menyukai ruang privasi tanpa sekat
Pencitraan kadang tidak menggambarkan dirinya yang sebenarnya
Mampu melakukan multitasking dan berpikiran luas
Pintar cari uang walau tidak bekerja kantoran
Loyalitas yang kurang stabil
Tidak menyukai birokrasi
Generasi ‘work hard, party hard’
Dalam diskusi hangat ngabuburit tersebut, kami juga sepakat bahwa Generasi Milenial adalah generasi yang:
Kritis; mempertanyakan segala hal setiap saat, berani mempertanyakan keputusan atasan
Sadar fesyen dan dipengaruhi kultur musik dan pop
Memahami penggambaran karakter Generasi Milenial di atas akan sangat membantu bagaimana menghadapi mereka di dunia berkarir. Dari paparan Hery Kustanto, tantangan terberat bagi para Profesional HR mungkin adalah bagaimana mendisiplinkan Generasi Milenial.
“Saya sering mengatakan pada mereka… gak heran kalau kamu ini disebut Y (why) Generation. Sukanya nanya ini itu. Why this, why that. Inginnya bisa segera jadi manajer. Emangnya perusahaan mbahmu?” papar Hery dengan gaya bicaranya yang jenaka.
Masalah kedisiplinan memang menjadi isu yang paling sering dilontarkan saat diskusi HR Thursday Talk. Bahkan dalam sesi diskusi dengan media setelahnya, isu disiplin kembali mencuat dan berkembang menjadi obrolan panas. Awak media terlihat sangat antusias dengan topik ini.
Hebatnya, NET. TV berhasil menerapkan disiplin tinggi di tengah awak Milenialnya. Padahal di satu sisi, mereka juga dituntut untuk bisa atau menjadi pribadi yang super kreatif. Sulit dibayangkan bagaimana menyatukan dua kepribadian ini karena keduanya sangat bertolak belakang; pribadi yang kreatif umumnya jauh dari sikap disipilin, pun sebaliknya mereka yang disiplin dan patuh pada peraturan agak sulit berpikir kreatif.
Lantas bagaimana caranya?
Beberapa kesimpulan dari diskusi sore itu adalah sebagai berikut:
1. Suasana Kerja yang Nyaman
Sudah bukan rahasia bahwa karyawan menuntut suasana kerja yang nyaman, dan Generasi Milenial adalah kelompok yang menuntut lebih. Di NET. TV, upaya ini dilakukan melalui desain interior yang menyerupai kafe. “Sampai-sampai desain kantor kami memenangkan penghargaan,” tutur Hery. Area outdoor juga disediakan bagi karyawan untuk melepas stres.
Di Bukalapak.com, selain makan siang dan sore gratis, karyawan juga diperbolehkan bekerja dari rumah dengan flexible working hour. Kebijakan bekerja dari rumah ini menjadi salah satu topik yang menarik dalam diskusi sore itu, karena tidak semua perusahaan dapat menerapkannya.
Friksi seringkali terjadi ketika seorang Head yang berasal dari Generasi X memiliki tim yang berasal dari Generasi Milenial dan sudah terlanjur nyaman dengan pilihan bekerja dari rumah. Generasi X terkadang menganggap mereka sebagai slackers atau pemalas. Di sinilah peran HR sebagai talent development kembali diuji; bagaimana menghadirkan suasana kerja yang nyaman bagi kedua generasi. Jangan kebablasan.
Sementara itu di NET. TV bisa dibilang tidak ada jam kerja. “Karena kami media TV, jam kerja tidak standar. Namun bukan berarti karyawan bisa masuk dan pulang kantor seenaknya. Jam kerja tergantung dari program apa yang sedang dikerjakan. Tak jarang, mereka yang baru pertama kali berkarir di media TV shock dengan pola jam kerja ini,” jelas Hery.
2. Keterlibatan CEO sebagai Sosok Inspiratif
NET. TV menilai keterlibatan seorang CEO merupakan salah satu kunci dalam mendisplinkan Generasi Milenial. CEO NET. TV dipandang sangat terlibat dan dekat dengan generasi ini; selalu hadir dalam pertemuan formal dan informal. “CEO kita sampai jadi idola karyawan baru Generasi Milenial,” aku Hery.
Dalam sebuah buku berjudul The Nordstrom Way tentang kisah sukses Nordstrom, salah satu retailer besar di Amerika, dijelaskan bahwa—berbeda dengan Walmart—Nordstrom lebih melayani konsumen premium. Pendekatan Nordstrom sangat personal, dan untuk bisa menularkan value tersebut kepada karyawan, CEO Blake Nordstrom memperlakukan karyawannya dengan personal pula. Dalam proses induction, sang CEO tidak segan-segan menemui karyawan secara langsung dan memberi sambutan serta insights. Dalam buku tersebut juga digambarkan bagaimana Blake mengatakan kepada para karyawan baru, “Gunakan uang saya bila perlu, supaya kamu bisa lebih dekat dengan konsumen.”
3. Update Berkala
Generasi Milenial adalah generasi yang kritis, sehingga ingin dilibatkan dalam update berkala manajemen perihal kondisi dan performa perusahaan. “Mereka selalu ingin tahu, ‘Perusahaan kita ini gimana sih? Sudah sampai mana? Untung gak?’” jelas Hery.
Pendekatan serupa diaplikasikan oleh EMTEK Group yang mengenalkan istilah Town Hall pada karyawannya, yakni sebuah agenda rutin bagi pihak manajemen yang diwakili CEO memberikan performance update perusahaan. Kebiasaan ini ternyata mampu menumbuhkan sense of ownership yang tinggi dan memotivasi karyawan untuk terus berkarya.
4. Pendekatan Kreatif
NET. TV bisa dianggap sukses mengaplikasikan pendekatan-pendekatan kreatifnya; mulai dari seragam hingga pelatihan militer untuk karyawan baru.
“Tapi ya desain seragamnya harus keren! Kalau gak, mereka gak mau pakai,” jelas Hery. Terlihat memang NET. TV cukup niat dalam pengaplikasian seragam. Penampilan timnya bak prajurit yang siap tempur. Tak tanggung-tanggung, sepatu pun diseragamkan dengan memakai 5.11 Tactical Boots; merek favorit penggemar permainan airsoft gun.
Pelatihan militer pun diberikan kepada karyawan baru sebagai bentuk usaha penegakan disiplin; karyawan baru akan menghabiskan beberapa hari bersama Kopassus atau Marinir. “Awalnya mereka protes, tapi setelah mengikuti latihan militer ini, mereka sampai menangis ketika harus berpisah dengan pelatih mereka di kesatuan,” cerita Hery yang ternyata kerap menerima telepon dari orang tua Generasi Milenial yang mengucapkan banyak terima kasih karena anak-anak mereka kini lebih disiplin.
5. Performance Review yang Tidak Kaku
Untuk mengakomodir sifat Generasi Milenial yang ambisius dan maunya serba instan, NET. TV tidak ingin mengaplikasikan performance review yang kaku. Review yang umumnya dilakukan setahun sekali, di NET. TV dilakukan setahun dua kali. Tidak heran, seorang karyawan yang bergabung pada bulan Maret 2013, dalam dua tahun bisa naik dari Junior Reporter, Reporter, Senior Reporter, hingga Junior Producer.
Demikian beberapa kiat memahami dan menghadapi Generasi Milenial, bagaimana mendapatkan talenta dan mengidentifikasi karakter yang akan menjadi penerus dan pemimpin perusahaan. Terima kasih kepada Hery Kustanto dari NET. TV yang telah bersedia memberikan insights-nya yang sangat berharga dalam sesi HR Thursday Talk persembahan Karir.com bagi dunia HR Indonesia. (Dino Martin)
Sumber:
http://blog.karir.com/2015/07/06/strategi-kreatif-net-tv-hadapi-generasi-milenial/
Sales vs Marketing
Pilih Mana? Berkarir di Sales atau Marketing?
Berkarir di dunia marketing awalnya nampak menyenangkan. Sebagian orang yang baru akan merintis karir di dunia marketing mungkin berpikir bahwa tugas Tim Marketing hanya sebatas memikirkan strategi, perencanaan dan duduk-duduk santai di kantor. Kalau penjualan tidak masuk target, bukan Tim Marketing yang disalahkan, tapi Tim Sales. Kalau terjadi pengurangan karyawan, Tim Produksi dan Sales yang kena duluan, baru mungkin setelahnya Marketing.
Namun jangan salah, ternyata Tim Marketing tidak hanya dipercaya, namun juga dituntut untuk dapat mengembalikan situasi yang paling sulit sekalipun. Tim Marketing harus bisa menganalisa situasi dan berpikir di luar batas rutinitas untuk mampu mencari jalan keluar dengan strategi-strategi brilian.
Marketing & Branding
Pada dasarnya marketing adalah aktivitas untuk membangun sebuah brand atau reputasi. Branding adalah inti dari marketing.
Sebelum berkarir di Jakarta, saya pernah berbisnis laser disc rental di Yogyakarta. Saat itulah saya menyadari pentingnya branding untuk membangun sebuah bisnis yang sukses. Bisnis ini memang sedang booming pada pertengahan tahun 90-an, dan saya bukan pemain pertama. Jika bukan menjadi yang pertama, jadilah yang pertama di kategori lain, atau dengan kata lain, carilah pembeda yang relevan dan konsisten. Pembeda brand saya (Disc House) waktu itu cukup sederhana; tidak ada sistem denda apapun. Terdengar nekad memang, namun saya sudah memikirkan strategi jalan keluarnya.
Untuk meminimalisir nilai kerugian yang dihasilkan dari keterlambatan pengembalian, saya menerapkan sistem insentif bagi pelanggan yang mengembalikan tepat waktu. Namanya “kupon tertib.” Dengan mengumpulkan kupon tertib, pelanggan bisa mendapatkan beragam hadiah; yang paling sederhana yaitu bisa meminjam lagi secara cuma-cuma. Saya juga menawarkan “money-back guarantee” bagi pelanggan yang sudah terlanjur meminjam film namun ternyata tidak suka dengan filmnya (atau salah judul, atau alasan apapun), jika dikembalikan dalam waktu 3 jam, dapat ditukar dengan film lain tanpa biaya tambahan.
Ide sederhana itu hasilnya cukup dahsyat; brand Disc House cepat dikenal, dan reputasinya demikian cepat terbangun.
Di dunia korporasi yang lebih besar, penerapan marketing tentunya lebih kompleks. Saat masuk dunia perbankan, yakni saat saya bergabung dengan Bank Universal, salah satu bank swasta nasional yang waktu itu cukup ternama dan terkenal dengan inovasi produk dan teknologinya, saya tidak hanya berurusan dengan staf toko yang hanya delapan orang. Berkarir di bank sekelas Universal, saya berhadapan dengan ribuan karyawan. Bayangkan bagaimana harus menyatukan visi ribuan orang dengan beragam latar belakang pendidikan dan kultur.
Karena inti marketing tetap sama, yaitu bagaimana bisa membangun brand yang kuat, sementara brand sangat diwakili oleh para pelaku brand yang tidak lain adalah para karyawan perusahaan itu sendiri, kalau hanya sekelas toko dengan delapan orang karyawan, mudah mengaturnya; semua nurut, lah wong saya pemiliknya. Bagaimana dengan korporasi besar, dan saya hanyalah kroco yang baru saja lulus? Saat itulah saya sadar bahwa berkarir di marketing tidak semudah yang saya bayangkan.
Membangun sebuah brand yang kuat itu bagai memainkan sebuah simfoni berkelas yang para pemainnya adalah seluruh karyawan.
Pengalaman membangun brand saya rasakan betul ketika saya berkarir di perusahaan-perusahaan hebat seperti Bank Universal, British American Tobacco, Ericsson, L’Oreal dan BMW. Saya baru bertanggung jawab secara de facto terhadap fungsi Sales ketika saya berkarir di BMW. Direkrut sebagai Head of Marketing, saya menutup karir di BMW sebagai VP Sales and Marketing tahun 2008. Akan tetapi, peran saya di dunia sales sudah terbangun sejak pertama kali berkarir di Bank Universal.
Marketing VS Sales
Marketing dan sales itu ibarat orang pacaran, pasangan yang kadang berselisih pendapat, bertengkar, tapi saling membutuhkan.
Tim Marketing yang baik harus bisa meyakinkan konsep brand-nya kepada Tim Sales terlebih dahulu, sebelum bisa menjualnya ke pasar. Hal ini tidak berarti bahwa Tim Sales adalah titik tumpu pengembangan ide; semua tetap harus berfokus pada target pasar. Peranan Tim Sales adalah memberikan input dan masukan. Saat input dan masukan dari Tim Sales ternyata tidak sesuai harapan, saat itulah biasanya “ribut” dimulai. Tim Sales tidak setuju dengan ide Marketing, lalu menjalankan program atau aktivitas dengan ogah-ogahan. Ketika program gagal, Tim Sales berpikir Tim Marketing memaksakan ide konyolnya, padahal mungkin bisa saja implementasinya yang kurang baik karena tidak percaya diri dari awal.
Sales adalah dunia yang unik dan penuh karakter. Kalau banyak orang bilang bahwa Tim Marketing adalah sekelompok orang kreatif, bagi saya Tim Sales tidak kalah kreatif. Menjelang akhir bulan, saat target belum tercapai, saya jamin otak kreatif mereka akan bekerja, meski pada prakteknya ada ide kreatif yang berhasil, dan ada pula yang gagal dan berbuah pada kerugian.
Sejak awal berkarir, saya selalu ingin menciptakan hubungan kerja profesional yang harmonis, terutama dengan rekan paling dekat, yaitu Tim Sales. Saya pun banyak melakukan koordinasi dengan mereka, mendengarkan masukan dan menjadikannya pertimbangan dalam menciptakan program marketing yang efektif. Berkat itu, sedikit banyak saya memahami dunia sales juga, dan semakin akrab hingga akhirnya fungsi ini menjadi tanggung jawab saya juga.
Berbeda dengan marketing, saya menemukan berkarir di sales mewajibkan pelakunya menjadi pribadi yang super dinamis dan kreatif. Pilihan karir ini juga memberikan kesempatan untuk belajar banyak ilmu seperti negosiasi, komunikasi, customer relationship management, complaint handling, conflict management dan lain-lain, yang tentunya sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Peranan sales sekarang pun telah banyak bergeser dari pola traditional sales yang hanya mengenal kejar target, menjadi seorang konsultan yang dituntut mampu memberikan solusi kepada pelanggan. Sales tidak melulu hanya soal jualan.
Berikut penjabaran perbedaan perilaku pelaku traditional sales dan modern sales:
Berkarir di Sales atau Marketing
Plus Minus
Dunia marketing sering dilihat sebagai dunia yang lebih glamor ketimbang sales. Padahal prakteknya kalau teman-teman sales berhasil mencapai target, mereka biasa jalan-jalan ke luar negeri.
Berkarir di marketing banyak melibatkan analisa dan market understanding, hingga bertemu dengan beragam agensi, mulai dari riset sampai agency public relation, juga terlibat di berbagai produksi, seperti sesi foto dan video shooting. Pulang malam sudah biasa buat Tim Marketing.
Berkarir di sales banyak bertemu orang dengan beragam latar belakang dan bertemu beragam kebudayaan, karena besar kemungkinan Tim Sales yang berprestasi akan dirotasi ke daerah lain. Tim Sales juga banyak menjamu klien atau pelanggan, dan di beberapa industri, Tim Sales harus cukup akrab dengan dunia malam.
Ketika saya menjadi head hunter, banyak anak Sales yang meminta saya untuk memindahkan mereka ke marketing karena merasa capek dan ingin mendapatkan suasana baru. Sayangnya tidak semudah itu; bukan karena seseorang tidak kompeten berkarya di marketing, tapi lebih karena skill set yang sudah terbangun akan sayang sekali jika tidak terus dikembangkan.
Menghadapi kandidat, jarang memang ada permintaan berpindah dari marketing ke sales. Seorang Sales adalah seorang “people person” yang juga kini dituntut mahir memberikan konsultasi yang baik kepada klien, sementara seorang Marketing adalah seorang analis yang mengerti betul kondisi pasar dan konsumennya.
Apapun pilihan karirmu, jalankan dengan sepenuh hati. (Dino Martin)
Sumber:
http://blog.karir.com/2015/07/06/pilih-mana-berkarir-di-sales-atau-marketing/
Berkarir di dunia marketing awalnya nampak menyenangkan. Sebagian orang yang baru akan merintis karir di dunia marketing mungkin berpikir bahwa tugas Tim Marketing hanya sebatas memikirkan strategi, perencanaan dan duduk-duduk santai di kantor. Kalau penjualan tidak masuk target, bukan Tim Marketing yang disalahkan, tapi Tim Sales. Kalau terjadi pengurangan karyawan, Tim Produksi dan Sales yang kena duluan, baru mungkin setelahnya Marketing.
Namun jangan salah, ternyata Tim Marketing tidak hanya dipercaya, namun juga dituntut untuk dapat mengembalikan situasi yang paling sulit sekalipun. Tim Marketing harus bisa menganalisa situasi dan berpikir di luar batas rutinitas untuk mampu mencari jalan keluar dengan strategi-strategi brilian.
Marketing & Branding
Pada dasarnya marketing adalah aktivitas untuk membangun sebuah brand atau reputasi. Branding adalah inti dari marketing.
Sebelum berkarir di Jakarta, saya pernah berbisnis laser disc rental di Yogyakarta. Saat itulah saya menyadari pentingnya branding untuk membangun sebuah bisnis yang sukses. Bisnis ini memang sedang booming pada pertengahan tahun 90-an, dan saya bukan pemain pertama. Jika bukan menjadi yang pertama, jadilah yang pertama di kategori lain, atau dengan kata lain, carilah pembeda yang relevan dan konsisten. Pembeda brand saya (Disc House) waktu itu cukup sederhana; tidak ada sistem denda apapun. Terdengar nekad memang, namun saya sudah memikirkan strategi jalan keluarnya.
Untuk meminimalisir nilai kerugian yang dihasilkan dari keterlambatan pengembalian, saya menerapkan sistem insentif bagi pelanggan yang mengembalikan tepat waktu. Namanya “kupon tertib.” Dengan mengumpulkan kupon tertib, pelanggan bisa mendapatkan beragam hadiah; yang paling sederhana yaitu bisa meminjam lagi secara cuma-cuma. Saya juga menawarkan “money-back guarantee” bagi pelanggan yang sudah terlanjur meminjam film namun ternyata tidak suka dengan filmnya (atau salah judul, atau alasan apapun), jika dikembalikan dalam waktu 3 jam, dapat ditukar dengan film lain tanpa biaya tambahan.
Ide sederhana itu hasilnya cukup dahsyat; brand Disc House cepat dikenal, dan reputasinya demikian cepat terbangun.
Di dunia korporasi yang lebih besar, penerapan marketing tentunya lebih kompleks. Saat masuk dunia perbankan, yakni saat saya bergabung dengan Bank Universal, salah satu bank swasta nasional yang waktu itu cukup ternama dan terkenal dengan inovasi produk dan teknologinya, saya tidak hanya berurusan dengan staf toko yang hanya delapan orang. Berkarir di bank sekelas Universal, saya berhadapan dengan ribuan karyawan. Bayangkan bagaimana harus menyatukan visi ribuan orang dengan beragam latar belakang pendidikan dan kultur.
Karena inti marketing tetap sama, yaitu bagaimana bisa membangun brand yang kuat, sementara brand sangat diwakili oleh para pelaku brand yang tidak lain adalah para karyawan perusahaan itu sendiri, kalau hanya sekelas toko dengan delapan orang karyawan, mudah mengaturnya; semua nurut, lah wong saya pemiliknya. Bagaimana dengan korporasi besar, dan saya hanyalah kroco yang baru saja lulus? Saat itulah saya sadar bahwa berkarir di marketing tidak semudah yang saya bayangkan.
Membangun sebuah brand yang kuat itu bagai memainkan sebuah simfoni berkelas yang para pemainnya adalah seluruh karyawan.
Pengalaman membangun brand saya rasakan betul ketika saya berkarir di perusahaan-perusahaan hebat seperti Bank Universal, British American Tobacco, Ericsson, L’Oreal dan BMW. Saya baru bertanggung jawab secara de facto terhadap fungsi Sales ketika saya berkarir di BMW. Direkrut sebagai Head of Marketing, saya menutup karir di BMW sebagai VP Sales and Marketing tahun 2008. Akan tetapi, peran saya di dunia sales sudah terbangun sejak pertama kali berkarir di Bank Universal.
Marketing VS Sales
Marketing dan sales itu ibarat orang pacaran, pasangan yang kadang berselisih pendapat, bertengkar, tapi saling membutuhkan.
Tim Marketing yang baik harus bisa meyakinkan konsep brand-nya kepada Tim Sales terlebih dahulu, sebelum bisa menjualnya ke pasar. Hal ini tidak berarti bahwa Tim Sales adalah titik tumpu pengembangan ide; semua tetap harus berfokus pada target pasar. Peranan Tim Sales adalah memberikan input dan masukan. Saat input dan masukan dari Tim Sales ternyata tidak sesuai harapan, saat itulah biasanya “ribut” dimulai. Tim Sales tidak setuju dengan ide Marketing, lalu menjalankan program atau aktivitas dengan ogah-ogahan. Ketika program gagal, Tim Sales berpikir Tim Marketing memaksakan ide konyolnya, padahal mungkin bisa saja implementasinya yang kurang baik karena tidak percaya diri dari awal.
Sales adalah dunia yang unik dan penuh karakter. Kalau banyak orang bilang bahwa Tim Marketing adalah sekelompok orang kreatif, bagi saya Tim Sales tidak kalah kreatif. Menjelang akhir bulan, saat target belum tercapai, saya jamin otak kreatif mereka akan bekerja, meski pada prakteknya ada ide kreatif yang berhasil, dan ada pula yang gagal dan berbuah pada kerugian.
Sejak awal berkarir, saya selalu ingin menciptakan hubungan kerja profesional yang harmonis, terutama dengan rekan paling dekat, yaitu Tim Sales. Saya pun banyak melakukan koordinasi dengan mereka, mendengarkan masukan dan menjadikannya pertimbangan dalam menciptakan program marketing yang efektif. Berkat itu, sedikit banyak saya memahami dunia sales juga, dan semakin akrab hingga akhirnya fungsi ini menjadi tanggung jawab saya juga.
Berbeda dengan marketing, saya menemukan berkarir di sales mewajibkan pelakunya menjadi pribadi yang super dinamis dan kreatif. Pilihan karir ini juga memberikan kesempatan untuk belajar banyak ilmu seperti negosiasi, komunikasi, customer relationship management, complaint handling, conflict management dan lain-lain, yang tentunya sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Peranan sales sekarang pun telah banyak bergeser dari pola traditional sales yang hanya mengenal kejar target, menjadi seorang konsultan yang dituntut mampu memberikan solusi kepada pelanggan. Sales tidak melulu hanya soal jualan.
Berikut penjabaran perbedaan perilaku pelaku traditional sales dan modern sales:
Berkarir di Sales atau Marketing
Plus Minus
Dunia marketing sering dilihat sebagai dunia yang lebih glamor ketimbang sales. Padahal prakteknya kalau teman-teman sales berhasil mencapai target, mereka biasa jalan-jalan ke luar negeri.
Berkarir di marketing banyak melibatkan analisa dan market understanding, hingga bertemu dengan beragam agensi, mulai dari riset sampai agency public relation, juga terlibat di berbagai produksi, seperti sesi foto dan video shooting. Pulang malam sudah biasa buat Tim Marketing.
Berkarir di sales banyak bertemu orang dengan beragam latar belakang dan bertemu beragam kebudayaan, karena besar kemungkinan Tim Sales yang berprestasi akan dirotasi ke daerah lain. Tim Sales juga banyak menjamu klien atau pelanggan, dan di beberapa industri, Tim Sales harus cukup akrab dengan dunia malam.
Ketika saya menjadi head hunter, banyak anak Sales yang meminta saya untuk memindahkan mereka ke marketing karena merasa capek dan ingin mendapatkan suasana baru. Sayangnya tidak semudah itu; bukan karena seseorang tidak kompeten berkarya di marketing, tapi lebih karena skill set yang sudah terbangun akan sayang sekali jika tidak terus dikembangkan.
Menghadapi kandidat, jarang memang ada permintaan berpindah dari marketing ke sales. Seorang Sales adalah seorang “people person” yang juga kini dituntut mahir memberikan konsultasi yang baik kepada klien, sementara seorang Marketing adalah seorang analis yang mengerti betul kondisi pasar dan konsumennya.
Apapun pilihan karirmu, jalankan dengan sepenuh hati. (Dino Martin)
Sumber:
http://blog.karir.com/2015/07/06/pilih-mana-berkarir-di-sales-atau-marketing/
Subscribe to:
Posts (Atom)
Related Posts
-
Pernah mendengar ungkapan, "Today is the first day of the rest of your life"? Ya, gunakan kesempatan ini untuk mengusung karier...
-
Membentuk masyarakat yang sadar terhadap perubahan iklim, berarti akan memahami pentingnya menjaga wilayah laut dan pesisir. Hal itu akan te...
-
Jadi Korban Gosip di Kantor? Ini 6 Cara Menghadapinya Percaya atau enggak, gosip kantor menciptakan lingkungan yang enggak sehat bagi karyaw...
-
Hasil survei pada situs ECC UGM menunjukkan 55,4% pencari kerja fresh graduate memiliki ekspektasi gaji di atas Rp 5 juta jika bekerja di...
-
Konsultan bekerja tidak sendirian untuk itu konsultan harus bekerja bagus dalam tim. Proses brainstorming juga jelas melibatkan peer kita...