Mengungkap Asal Usul Nama "Nusantara": Jejak Sejarah di Tanah Air.
Pernahkah Anda bertanya-tanya dari mana asal usul nama "Nusantara" yang kerap kita gunakan untuk merujuk pada kawasan kepulauan yang luas di Asia Tenggara?. Istilah ini bukanlah sekadar kata biasa, melainkan sebuah konsep yang mencakup identitas geografis, historis, dan budaya yang kaya.
Nama Nusantara terpilih sebagai calon nama ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur. Hal itu telah disetujui langsung oleh Presiden Joko Widodo, Jumat, 14 Januari 2022. Salah satu alasan pemilihan nama Nusantara karena telah memiliki catatan sejarah panjang dan menjadi ikonik di dunia internasional.
Mari kita telusuri jejak sejarahnya yang menarik.
Jejak Nama "Nusantara".
Kata "Nusantara" sendiri berasal dari bahasa Sanskerta kuno, sebuah bahasa yang memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam perkembangan budaya dan keagamaan di wilayah Asia Selatan dan Tenggara. Kata "Nusantara" terdiri dari dua kata: "Nusa" yang berarti negara atau pulau, dan "Antara" yang berarti di antara atau di tengah. Jadi, secara harfiah, "Nusantara" dapat diartikan sebagai "pulau-pulau di antara".
Konsep mengenai Nusantara sebagai sebuah daerah yang dipersatukan pada awalnya bukan berasal dari Gajah Mada, melainkan oleh Raja Kertanegara dari Kerajaan Singhasari dalam Prasasti Mula Malurung yang diterbitkan oleh Kertanegara pada tahun 1255 atas perintah ayahnya, Wisnuwardhana (berkuasa pada tahun 1248 hingga 1268), selaku raja Singhasari.
Setelah keruntuhan Majapahit, istilah Nusantara sempat tenggelam alias tidak digunakan lagi. Hingga 1920-an, istilah ini dimunculkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara. Ia menggunakannya dalam rangka sebagai nama alternatif dari negara merdeka setelah Hindia-Belanda selain “Indonesia” dan “Insulinde”.
Jejak Sejarah.
Jejak penggunaan istilah "Nusantara" dalam literatur kuno Indonesia mengarah pada naskah-naskah klasik seperti "Negarakertagama" karya Mpu Prapanca pada abad ke-14 Masehi. Dalam naskah ini, istilah "Nusantara" digunakan untuk merujuk pada wilayah yang luas, termasuk kepulauan yang sekarang menjadi bagian dari Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Brunei.
Gajah Mada diangkat sebagai Patih Majapahit pada 1334, setelah berhasil menaklukkan Keta dan Sadeng. Pada tahun yang sama, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa, yakni sumpah atau janji bahwa ia tidak akan memakan buah palapa, sejenis rempah-rempah, jika belum berhasil menguasai pulau-pulau di Nusantara.
Ketika pengangkatan, Gajah Mada mengucapkan sumpah Amukti Palapa. Dari isi naskah dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika masa pengangkatan Gajah Mada, sebagian wilayah Nusantara yang disebutkan pada sumpahnya belum berhasil. Seperti daerah Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik.
Selama masa pemerintahan Majapahit, penggunaan istilah "Nusantara" semakin meluas, baik dalam konteks administratif maupun perdagangan. Kepulauan yang membentuk "Nusantara" ini menjadi pusat perdagangan yang penting di jalur rempah-rempah, menarik perhatian pedagang dari berbagai belahan dunia, termasuk Tiongkok, India, Arab, dan Eropa.
Makna Budaya dan Geografis.
Konsep "Nusantara" tidak hanya mengacu pada aspek geografis, tetapi juga membawa makna budaya yang kaya dan beragam. Kawasan ini terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama, dan tradisi yang berbeda, tetapi tetap menyatu dalam keragaman yang unik. Identitas "Nusantara" mencerminkan semangat toleransi, keragaman, dan keberagaman yang menjadi ciri khas wilayah ini.
Bangsa Nusantara adalah bangsa pedagang dan inovator. Hal ini dibuktikan bahwa Bangsa Nusantara telah melakukan perdagangan ke China hingga Mesir dengan berani membuat kapal dan mengarungi samudera.
Bahkan, ketika masa keemasan zaman pengarungan samudera oleh Bangsa Nusantara (dari abad awal masehi hingga zaman Majapahit), dikatakan bahwa seluruh jenis rempah-rempah dari Asia dapat ditemukan di Nusantara, khususnya di Jawa.
Bukan hanya berdagang, ternyata Bangsa Nusantara juga adalah bangsa pertama yang membuka jasa travel antar negeri. Mirip dengan itu, ketika penjelajah Portugis pertama kali sampai di Nusantara, mereka merasa luar biasa kerdil ketika membandingkan kapal mereka dengan kapal Jung.
Kontinuitas dalam Penggunaan.
Meskipun istilah "Nusantara" telah digunakan sejak zaman kuno, penggunaannya masih relevan hingga saat ini. Negara Indonesia, sebagai negara terbesar di kawasan ini, secara resmi menggunakan nama "Republik Indonesia" sebagai nama resmi, tetapi seringkali juga merujuk pada dirinya sebagai "Nusantara" dalam konteks sejarah, budaya, dan geopolitik.
Nusantara (secara resmi bernama Ibu Kota Nusantara) adalah ibu kota masa depan Indonesia yang rencananya akan diresmikan pada 17 Agustus 2024, bersamaan dengan perayaan hari kemerdekaan Indonesia ke-79. IKN direncanakan akan menggantikan Jakarta yang telah menjadi ibu kota sejak 1961. Terletak di pantai timur pulau Kalimantan yang saat ini menjadi bagian dari provinsi Kalimantan Timur, IKN diperkirakan akan mencakup area seluas 2.560 km persegi, menampilkan lanskap berbukit, hutan, dan teluk. Ibu Kota Nusantara diharapkan akan menjadi daerah otorita yang bersifat khusus dan memisahkan diri dari provinsi Kalimantan Timur.
Ibu Kota Negara akan dibangun untuk mencapai target Indonesia sebagai negara maju, sesuai Visi Indonesia 2045. Dibangun dengan identitas nasional, IKN akan mengubah orientasi pembangunan menjadi Indonesia-sentris, serta mempercepat Transformasi Ekonomi Indonesia.
Asal usul nama "Nusantara" menggambarkan warisan sejarah, budaya, dan geografis yang kaya di kawasan Asia Tenggara. Dengan jejak yang membentang dari masa lalu hingga masa kini, istilah ini menjadi simbol dari keragaman, kesatuan, dan keberagaman yang memperkaya identitas regional. Dengan memahami asal usulnya, kita dapat lebih menghargai dan memelihara warisan yang berharga ini untuk generasi mendatang.
Sumber :
https://nasional.tempo.co/read/1551404/asal-usul-istilah-nusantara-nama-calon-ibu-kota-negara
https://id.wikipedia.org/wiki/Nusantara
https://id.wikipedia.org/wiki/Nusantara_(kota_terencana)
https://www.ikn.go.id/
https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-dan-isi-sumpah-gajah-mada/#google_vignette
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-surakarta/baca-artikel/16220/Mari-Hidupkan-Lagi-Jiwa-Asli-Nusantara-Kita.html
No comments:
Post a Comment