Friday, August 2, 2024

Manusia Ikan di Dunia Nyata

Suku Bajo: Manusia Pertama yang Beradaptasi Genetik untuk Menyelam

Suku Bajo, dikenal sebagai "manusia laut" atau "gipsi laut," adalah komunitas maritim yang hidup di perairan Asia Tenggara, terutama di Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Mereka memiliki kemampuan menyelam yang luar biasa, memungkinkan mereka untuk mengumpulkan makanan laut dan mencari nafkah dari laut dengan cara yang sangat unik. Baru-baru ini, penelitian ilmiah mengungkap bahwa kemampuan menyelam Suku Bajo mungkin terkait dengan adaptasi genetik yang spesifik. 

Artikel ini akan membahas sejarah dan budaya Suku Bajo, penemuan adaptasi genetik mereka, serta implikasi penemuan ini bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Saat Anda menahan napas dalam air, tubuh Anda secara otomatis memicu yang disebut dengan respons menyelam. Respons tersebut membuat denyut jantung melambat, pembuluh darah menyempit, dan kontraksi limpa. Reaksi-reaksi tersebut membantu tubuh untuk menghemat energi saat kita kekurangan oksigen. Kebanyakan orang hanya bisa menahan napas dalam hitungan detik. 

Tapi, ini tidak berlaku bagi suku Bajo yang hidupnya berpindah di perairan sekitar Filipina, Malaysia, dan Indonesia. 

Mereka bisa melakukan selam bebas atau tanpa bantuan alat selama 13 menit. Bahkan, mereka bisa menyelam hingga kedalaman 70 meter. 

Sejarah dan Budaya Suku Bajo

  1. Asal Usul dan Penyebaran: Suku Bajo berasal dari Kepulauan Sulu di Filipina dan telah menyebar ke berbagai wilayah maritim di Asia Tenggara. Mereka hidup nomaden di atas perahu atau di rumah-rumah panggung yang dibangun di atas air.

  2. Kehidupan Sehari-hari: Kehidupan sehari-hari Suku Bajo sangat bergantung pada laut. Mereka memancing, menyelam untuk mencari mutiara, dan mengumpulkan berbagai sumber daya laut lainnya. Keterampilan menyelam mereka sangat dihargai dan diturunkan dari generasi ke generasi.

  3. Budaya dan Tradisi: Suku Bajo memiliki budaya yang kaya dengan tradisi lisan, musik, dan tarian yang mencerminkan hubungan mereka dengan laut. Meskipun terisolasi secara geografis, mereka mempertahankan identitas budaya yang kuat.


Melissa Llardo, seorang kandidat doktor di Pusat GeoGenetika, University of Copenhagen. Llardo penasaran apakah orang-orang suku Bajo telah beradaptasi secara genetis agar bisa menghabiskan waktu lebih lama di dalam air. Untuk itu, Llardo menghabiskan beberapa bulan di Jaya Bakti, Indonesia, mengamati suku ini. 

Llardo juga membandingkan kebisaan suku Bajo dengan suku lain yang tidak punya kebiasaan menyelam, yaitu suku Saluan. 

Penemuan Adaptasi Genetik

  1. Penelitian Genetik: Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Cell pada tahun 2018 mengungkap adaptasi genetik unik pada Suku Bajo yang membantu mereka menyelam lebih lama dan lebih dalam dibandingkan dengan populasi manusia lainnya. Penelitian ini melibatkan analisis DNA dari anggota Suku Bajo dan kelompok kontrol dari populasi tetangga yang tidak memiliki kebiasaan menyelam yang intens.

  2. Gen PDE10A: Penelitian menemukan bahwa Suku Bajo memiliki varian dari gen PDE10A yang berkaitan dengan ukuran limpa yang lebih besar. Limpa yang lebih besar memungkinkan penyimpanan lebih banyak sel darah merah, yang dapat dilepaskan selama menyelam untuk meningkatkan oksigenasi darah dan memungkinkan mereka bertahan di bawah air lebih lama.

  3. Hipotesis Seleksi Alam: Adaptasi ini diyakini hasil dari seleksi alam, di mana individu dengan kemampuan menyelam yang lebih baik memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup dan bereproduksi, sehingga meningkatkan frekuensi varian genetik ini dalam populasi Suku Bajo.

Hasil penelitian dan pemeriksaan yang dilakukan pada suku Saluan yang mendiami salah satu wilayah di Sulawesi Selatan, dengan membandingkan kedua sampel setelah kembali ke Kopenhagen. Hasilnya, ukuran rata-rata limpa suku Bajau 50 persen lebih besar daripada milik suku Saluan. 

Limpa merupakan salah satu organ terpenting dalam aktivitas menyelam. Itu karena limpa akan melepaskan lebih banyak oksigen ke dalam darah ketika tubuh sedang tertekan atau menahan napas dalam air.

Implikasi Penemuan

  1. Pemahaman tentang Adaptasi Manusia: Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang kemampuan adaptasi manusia terhadap lingkungan ekstrem. Ini menunjukkan bahwa seleksi alam dapat menghasilkan adaptasi fisiologis yang signifikan dalam waktu evolusi yang relatif singkat.

  2. Aplikasi Medis: Penelitian tentang adaptasi genetik Suku Bajo dapat memiliki implikasi medis, khususnya dalam memahami kondisi yang melibatkan hipoksia (kekurangan oksigen). Studi lebih lanjut dapat membantu dalam pengembangan perawatan untuk penyakit yang mempengaruhi oksigenasi darah.

  3. Konservasi Budaya dan Ekologi: Mengetahui bahwa Suku Bajo memiliki adaptasi genetik yang unik menyoroti pentingnya melestarikan budaya mereka serta ekosistem laut yang menjadi sumber kehidupan mereka. Konservasi habitat laut dan hak-hak tradisional mereka harus menjadi prioritas.

Tantangan dan Masa Depan

  1. Perubahan Iklim dan Lingkungan: Suku Bajo menghadapi tantangan signifikan akibat perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Peningkatan suhu air dan polusi laut mengancam sumber daya laut yang mereka andalkan.

  2. Integrasi dan Modernisasi: Banyak komunitas Suku Bajo menghadapi tekanan untuk berintegrasi dengan masyarakat modern. Hal ini dapat mengancam kelangsungan tradisi menyelam dan pengetahuan lokal mereka.

  3. Penelitian Berkelanjutan: Penting untuk melanjutkan penelitian tentang adaptasi genetik dan fisiologi Suku Bajo untuk memperdalam pemahaman kita dan mendukung upaya konservasi. Kolaborasi antara ilmuwan, pemerintah, dan komunitas Suku Bajo akan menjadi kunci keberhasilan.

Kesimpulan

Suku Bajo adalah contoh menakjubkan dari kemampuan adaptasi manusia terhadap lingkungan ekstrem. Penemuan adaptasi genetik mereka yang memungkinkan mereka menyelam lebih lama dan lebih dalam membuka wawasan baru tentang evolusi manusia dan potensi aplikasi medis. Namun, tantangan lingkungan dan sosial mengancam kelangsungan hidup dan budaya mereka. Oleh karena itu, penting untuk melindungi dan melestarikan warisan unik Suku Bajo, baik dari perspektif ilmiah maupun budaya.


Sumber :

https://sains.kompas.com/read/2018/04/22/120500923/suku-bajo-manusia-pertama-yang-beradaptasi-genetik-untuk-menyelam?page=all.

No comments:

Post a Comment

Related Posts