Mudik, sebuah tradisi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia, memiliki akar yang dalam dan jejaknya dapat ditelusuri hingga ke masa lalu yang jauh, bahkan sejak zaman Majapahit. Sebagai ritual tahunan, mudik menandai momen dimana jutaan orang Indonesia memulai perjalanan pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarga dan kerabat tercinta dalam rangka merayakan perayaan hari raya Idul Fitri.
Tradisi mudik diyakini sudah ada sejak masa kejayaan Majapahit pada abad ke-13 hingga ke-16. Majapahit, sebagai salah satu kerajaan terbesar di Nusantara, memiliki jaringan perdagangan dan jalur transportasi yang berkembang pesat. Para pedagang, peziarah, dan pekerja migran telah melakukan perjalanan jauh untuk mencari nafkah atau menyebarluaskan agama dan budaya.
Di masa Majapahit, perjalanan pulang kampung tidak hanya berkaitan dengan kebutuhan ekonomi atau religius, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan budaya antara keluarga dan komunitas. Para pemimpin Majapahit, seperti Raja Hayam Wuruk, bahkan mengatur festival besar-besaran seperti Majapahit Grebeg, yang menarik ribuan orang untuk pulang kampung dan merayakan bersama.
Saat ini Grebeg Sura Agung Nuswantoro Majapahit digelar dengan berbagai kegiatan yang dilakukan termasuk ruwatan di sejumlah situs penting Majapahit. Tradisi Grebeg Suro ini ditujukan untuk menghormati para leluhur yang menjadi acara tahunan yang diadakan setiap tahun pada awal bulan suro.
Meskipun kondisi sosial dan politik berubah seiring berjalannya waktu, tradisi mudik terus berkembang dan bertahan dalam berbagai bentuk. Selama masa kolonial Belanda, mudik sering kali menjadi momen solidaritas di antara para pekerja pabrik atau perkebunan yang terpisah dari keluarga mereka. Bahkan selama masa pergerakan kemerdekaan, pulang kampung menjadi simbol perlawanan dan persatuan melawan penjajahan.
Di era modern, tradisi mudik menghadapi tantangan baru seperti kemacetan lalu lintas, biaya perjalanan yang meningkat, dan pengaruh globalisasi. Namun demikian, teknologi dan infrastruktur baru juga memberikan peluang untuk memfasilitasi perjalanan mudik, seperti layanan pemesanan tiket online dan jaringan transportasi yang lebih baik.
Tahun 2024 menjadi saksi dari fenomena luar biasa di Indonesia: perjalanan mudik yang mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah, dengan jumlah peserta mencapai angka yang mengagumkan, yakni 193 juta orang.
Berdasarkan hasil survei BKT Kementerian Perhubungan, ada potensi 193 juta orang melakukan mudik tahun ini, yang naik 56% dibanding aktivitas mudik 2023.
Tahun 2024 mencatat perjalanan mudik terbesar dalam sejarah Indonesia, dengan jumlah peserta yang melampaui semua perkiraan sebelumnya. Fenomena ini diperkirakan sebagai hasil dari beberapa faktor, termasuk pemulihan ekonomi setelah pandemi, peningkatan daya beli masyarakat, dan keinginan yang kuat untuk bersatu kembali dengan keluarga setelah masa-masa sulit.
Perjalanan mudik tahun 2024 tidak hanya memiliki dampak sosial yang signifikan dalam bentuk reunian keluarga dan penguatan ikatan sosial, tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian. Sejumlah sektor, seperti transportasi, pariwisata, dan perdagangan, mendapatkan dorongan besar dari lonjakan aktivitas ini, menciptakan peluang bagi pertumbuhan dan pemulihan ekonomi di berbagai wilayah.
Kementerian Perhubungan bersama para stakeholder telah menyiapkan sarana dan prasarana transportasi diantaranya : Sisi darat, 30.780 Bus AKAP dan 144.441 Pariwisata, sisi penyeberangan 213 Unit Kapal, sisi transportasi Laut tersedia 26 Kapal Penumpang, 107 Kapal Perintis dan 1208 Kapal Swasta.
Dari penerbangan, terdapat 420 Pesawat yang siap beroperasi. Untuk kereta api, sebanyak 615 kereta api beroperasi setiap harinya untuk melayani perjalanan antar kota selama masa Angkutan Lebaran.
Mudik lebaran memberikan dampak ekonomi besar ke daerah.
Menurut perhitungan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, perputaran uang selama bulan Ramadan dan libur lebaran diperkirakan mencapai Rp157,3 triliun. Ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2024.
Puncak arus mudik Lebaran 2024 mulai terjadi pada Jumat, tanggal 5 April 2024. Berbagai kebijakan telah dibuat untuk mengurai kemacetan di ruas tol, seperti one way, contraflow, hingga ganjil genap. Rekayasa lalu lintas one way diberlakukan mulai dari KM 72 Tol Cipali sampai KM 414 GT Kalikangkung Tol Semarang, Jawa Tengah.
Rekor jumlah peserta perjalanan mudik tahun 2024 memberikan pelajaran berharga bagi pemerintah, masyarakat, dan stakeholder terkait. Pentingnya perencanaan yang matang, infrastruktur yang memadai, dan kesadaran akan keselamatan menjadi poin krusial dalam memastikan kelancaran perjalanan dan keamanan bagi semua peserta. Selain itu, peningkatan investasi dalam transportasi dan teknologi informasi juga menjadi langkah penting untuk mengoptimalkan pengalaman mudik di masa depan.
Perjalanan mudik tahun 2024 telah mencatat rekor baru dalam sejarah Indonesia, menunjukkan betapa kuatnya ikatan sosial dan keinginan untuk bersatu kembali dengan keluarga. Meskipun tantangan tidak terhindarkan, solidaritas dan semangat gotong royong masyarakat Indonesia terbukti mampu mengatasi berbagai rintangan. Dengan mengambil pelajaran dari pengalaman ini, kita dapat mempersiapkan diri untuk menyambut masa depan yang lebih baik dan lebih terorganisir dalam tradisi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kita.
Sumber :
https://www.kompas.com/wiken/read/2022/04/30/072643181/sejarah-tradisi-mudik-di-indonesia-sudah-ada-sejak-zaman-majapahit
https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/34642/menhub-193-juta-orang-mudik-2024-beri-efek-ekonomi-ke-daerah
https://travel.tempo.co/read/527372/grebeg-suro-mojokerto-ruwatan-situs-majapahit
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20240406174605-92-1083879/luhut-mudik-2024-paling-meriah-sepanjang-masa
No comments:
Post a Comment