Memaksimalkan Arus Lalu Lintas Selama Liburan Mudik Lebaran: Rekayasa Contraflow, One Way, dan Ganjil Genap.
Setiap tahun, menjelang dan selama liburan mudik Lebaran, jutaan orang di Indonesia bersiap untuk melakukan perjalanan pulang kampung. Namun, bersamaan dengan antusiasme ini, timbul pula kekhawatiran akan kemacetan lalu lintas yang parah di jalanan. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah dan lembaga terkait melakukan berbagai strategi rekayasa lalu lintas, termasuk penerapan contraflow, sistem one way, dan aturan ganjil genap. Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih lanjut tentang strategi-strategi tersebut dan dampaknya dalam memaksimalkan arus lalu lintas selama liburan mudik Lebaran.
1. Rekayasa Contraflow.
Rekayasa contraflow merupakan salah satu strategi yang efektif dalam mengoptimalkan arus lalu lintas selama periode mudik Lebaran. Prinsipnya adalah mengalihkan arah lalu lintas pada jalan tol atau jalan arteri yang biasanya memiliki jalur dua arah, sehingga satu jalur digunakan untuk arah mudik dan jalur lainnya untuk arah balik. Hal ini membantu mengurangi kepadatan lalu lintas dan memperlancar perjalanan bagi para pemudik.
Selama periode mudik Lebaran, penerapan contraflow biasanya dilakukan pada jalan tol yang menghubungkan antara kota-kota besar dengan daerah-daerah tujuan mudik. Misalnya, jalur tol yang biasanya memiliki tiga jalur arah mudik dan tiga jalur arah balik, akan diubah menjadi empat jalur arah mudik dan dua jalur arah balik. Dengan demikian, kapasitas jalan tol dapat ditingkatkan untuk menampung volume kendaraan yang meningkat selama liburan.
2. Sistem One Way.
Selain rekayasa contraflow, sistem one way juga menjadi salah satu strategi yang diterapkan untuk mengoptimalkan arus lalu lintas selama liburan mudik Lebaran. Konsepnya sederhana, yaitu membatasi arah kendaraan pada suatu ruas jalan hanya satu arah saja. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemacetan yang disebabkan oleh arus lalu lintas yang bertabrakan di jalan sempit.
Penerapan sistem one way umumnya dilakukan di kawasan perkotaan yang rentan terhadap kemacetan parah selama periode mudik Lebaran. Misalnya, ruas jalan di sekitar terminal bus atau stasiun kereta api dapat diatur sebagai jalur one way, dengan arah yang disesuaikan untuk memaksimalkan kelancaran arus lalu lintas menuju dan dari tempat-tempat tersebut.
3. Aturan Ganjil Genap.
Aturan ganjil genap telah menjadi bagian penting dalam pengaturan lalu lintas di berbagai kota besar di Indonesia. Aturan ini mengharuskan kendaraan bermotor untuk hanya beroperasi pada hari tertentu berdasarkan nomor polisi kendaraan, misalnya kendaraan dengan nomor polisi ganjil hanya diizinkan beroperasi pada hari ganjil, sedangkan kendaraan dengan nomor polisi genap hanya diizinkan pada hari genap.
Penerapan aturan ganjil genap selama liburan mudik Lebaran bertujuan untuk mengurangi volume kendaraan di jalan raya dan mengurangi kemacetan. Selama periode mudik, aturan ini dapat diperketat atau bahkan diberlakukan secara lebih ketat di ruas jalan tertentu yang rentan terhadap kemacetan parah.
Dalam rangka memastikan kelancaran arus lalu lintas selama liburan mudik Lebaran, pemerintah dan lembaga terkait mengimplementasikan berbagai strategi rekayasa lalu lintas, termasuk contraflow, sistem one way, dan aturan ganjil genap. Melalui penerapan strategi-strategi ini, diharapkan dapat tercipta kondisi lalu lintas yang lebih lancar dan aman bagi para pemudik, sehingga perjalanan pulang kampung dapat berlangsung dengan lebih nyaman dan aman.
Tujuan penggunaan sistem one way dan contraflow ini berbeda. One way digunakan untuk mengatur aliran lalu lintas dengan lebih efisien dan menghindari kebingungan di persimpangan atau area yang padat.
Sementara itu, contraflow sering digunakan sebagai solusi sementara untuk mengatasi masalah seperti penutupan jalan atau perbaikan. Selain itu, contraflow juga digunakan untuk memastikan kelancaran lalu lintas dalam situasi darurat.
Dalam manajemen lalu lintas, one way bertujuan untuk meningkatkan aliran lalu lintas dengan mengarahkan semua kendaraan ke arah yang sama, sedangkan contraflow bersifat lebih reaktif karena diatur untuk mengatasi situasi tertentu.
Dengan demikian, kedua sistem ini memiliki dampak yang signifikan pada kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan, serta membantu dalam manajemen lalu lintas yang lebih efisien.
Kecelakaan maut terjadi di jalur contraflow tol Jakarta-Cikampek, kemarin. Akibat kecelakaan itu, sebanyak 12 orang meninggal dunia.
Awalnya, Mobil Gran Max yang berada di jalur contraflow hendak menepi di bahu jalan, dan masuk ke jalur berlawanan yang mengarah ke Jakarta. Kemudian, sebuah bus dari arah Cikampek tak bisa menghindari kendaraan Gran Max itu, hingga akhirnya terjadi kecelakaan sampai mobil GranMax terbakar.
Berkaca pada kecelakaan maut dua mobil dan satu bus di Km 58 Tol Jakarta - Cikampek hingga menyebabkan 12 orang meninggal dunia, oleh karenanya jalur contraflow itu adalah koridor neraka. Sebab, meleng sedikit dari jalur contraflow bisa berakibat fatal.
Maka dari itu, pengendara harus mempersiapkan segala hal untuk masuk jalur contraflow. Jangan sampai kendaraan, pengendara maupun penumpang mengalami masalah sehingga harus berhenti darurat.
Meski begitu, kalau ada keadaan darurat yang tidak bisa ditunda, pastikan berhenti di tempat yang aman. Untuk jalur contraflow, jangan berhenti di bahu jalan jalur normal di lawan arah.
Jika melihat dari tingkat risiko, maka jika terjadi hal darurat yang tidak bisa ditunda, paling aman adalah berhenti di lajur kiri. Di lajur kiri memang sangat terbatas, itu ada bahu jalan yang memang cuma dua meter. Tapi itu lebih aman dibanding dia harus memotong lajur lawan. Dan persyaratan di contraflow pun orang dilarang masuk lajur berlawanan.
Sumber :
https://www.detik.com/jogja/bisnis/d-7287746/apa-perbedaan-contraflow-dengan-one-way-berikut-penjelasannya#
https://oto.detik.com/tips-and-tricks/d-7286128/mobil-bermasalah-saat-di-contraflow-ke-mana-harus-menepi?
No comments:
Post a Comment