Sebenarnya, pasangan kita (suami kita atau istri kita) adalah orang ditakdirkan untuk memperbaiki kita sekaligus melengkapi kita. Begitu juga sebaliknya, vice versa. Percayalah, dialah yang paling tepat. Tidak ada orang lain yang lebih tepat.
Terbukti kita ditakdirkan berjodoh dan menikah dengan dia. Padahal ada miliaran manusia yang hidup di dunia ini.
Saat kita berharap pasangan untuk berubah dan membaik, yang sebenarnya perubahan dan perbaikan itu harus dimulai dari diri kita. Ya, dari diri kita. Berharap dia yang berubah duluan adalah pekerjaan yang melelahkan dan tidak terlalu bijak.
Satu hal lagi.
Apa itu?
Harus ada kesabaran. Nabi sabar menunggu para sahabat untuk berubah. Allah? Maha Sabar. Lantas, kenapa kita nggak sabar?
Kadang kita kurang sabar ketika berharap pasangan untuk berubah. Kadang kita merasa sudah relatif baik, lalu kita menuntut pasangan untuk berubah dan membaik. Hei ingat, kecepatan dan momentum orang itu berbeda-beda ketika diharapkan untuk berubah.
Jangan digegas. Jangan di-gas.
Kita boleh berharap perubahan yang cepat kalau orang itu adalah diri kita sendiri. Perlu contoh? Misal, kita pengen tahajjud dan rutin. Ya sudah, mulai malam ini juga, berlanjut malam-malam berikutnya. Tapi saat kita berharap pasangan yang rutin tahajjud-nya, yah kita mesti sabar. Jangan mendesak dia untuk memulai malam ini juga.
Sabar. Doakan. Dan mulai perubahan itu dari diri kita.
Seperti Nabi Yunus yang awalnya gagal berdakwah utk sebuah kampung. Iya, gagal. Tapi kemudian, beliau berhasil juga. Kok bisa? Krn beliau memutuskan utk bertobat dan berubah. Tepatnya, memperbaiki diri dan memantaskan diri.
Dalam mendoakan, mesti ada sikap sabar dan rasa sayang. Hadirkan itu selalu. Apalagi terhadap orang yang ditakdirkan untuk melengkapi kita, yaitu pasangan kita. Sering kali, krn kesal, kita tidak membawa 'rasa sayang' dlm mendoakan. Ini kurang tepat.
Di mana-mana, setiap perubahan perlu pendampingan. Ya, setiap perubahan. Apalagi di komunitas BP yang saya rintis, kami selalu mengedepankan konsep couple-preneur. Perlu kesabaran. Perlu baiksangka. Perlu doa yang tidak putus-putus. Pastikan kita menghadirkan itu semua, demi pasangan kita.
Siap?
Friday, December 6, 2019
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Menelusuri Isu dan Realitas di Balik Gonjang-Ganjing Industri Rokok Isu tentang potensi kebangkrutan PT Gudang Garam Tbk, salah satu perusah...
-
Sebagai perusahaan rintisan yang menjadi cikal bakal perusahaan besar sebuah startup tentu akan melewati beberapa fase perkembangan, dimulai...
-
Responding to coronavirus: The minimum viable nerve center March 16, 2020 | Article By Mihir Mysore and Ophelia Usher Amid the coronavirus p...
-
Sejarah Di Balik Manisnya Coklat Silverqueen Lelehan manisnya coklat Silverqueen pasti pernah Anda rasakan, bukan? Tahukah Anda sejarah mani...
-
Dalam pemasaran, sebuah produk tidak hanya sekadar barang atau jasa yang dijual, tetapi memiliki nilai yang lebih dalam bagi pelanggan. Kons...
No comments:
Post a Comment