Bolehkah menghardik dan membentak anak?
Begini. Tegas, nggak harus marah. Kalaupun harus marah (karena hal-hal prinsip), nggak perlu menghardik dan membentak.
"Memarahi anak dengan berteriak ternyata dapat merusak kepribadian mereka saat dewasa," ungkap Dr Ming-Te Wang, pemimpin penelitian dari Universitas Pittsburgh. Di mana penelitian ini dimunculkan di Journal of Child Development.
Apabila orangtua memarahi anak saat berusia 13 tahun, maka anak tersebut akan berisiko besar memiliki masalah perilaku dan masalah emosional saat dewasa. Bukan itu saja. Si anak bisa menderita depresi di usia 13 dan 14 tahun. Mereka pun cenderung berperilaku negatif di sekolah, sering berbohong, mencuri, dan berkelahi.
Dr. Ming-Te Wang menegaskan, memarahi anak dengan menghardik dan membentak BUKAN langkah yang efektif dalam menyelesaikan masalah. Sama sekali nggak efektif. Tindakan tersebut justru akan berdampak buruk pada anak, kendati hubungan anak dan orangtua cukup dekat. Bahkan anak cenderung MENIRU hardikan dan bentakan yang diterimanya.
Menurut Dr. Laura Markham lulusan Columbia University, hardikan dan bentakan orangtua kepada anak akan membuat anak menutup diri secara emosional. Menurut Martin Teicher, profesor di Harvard Medical School, teriakan orangtua kepada anak akan merusak struktur otak anak.
Terkait itu, menurut Lise Eliot dari Chicago Medical School, memarahi anak dengan nada tinggi dapat mengganggu struktur otak anak. Malah pada masa pertumbuhan (golden age), suara keras dan hardikan dari orangtua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh.
Sebagian kita mungkin berkilah, "Ah, nggak juga. Buktinya, aku dulu sering dibentak-bentak ibu. Toh sekarang pintar juga, IPK tiga koma sekian." Benarkah argumen ini? Padahal, mungkin saja, tanpa bentakan, ia bisa lebih pintar. Bahkan jenius!
Hal ini perlu kita bahas karena pada umumnya kita menempatkan anak dan keluarga sebagai prioritas.
Ya, prioritas.
Sekiranya kita sayang sama anak-anak kita dan peduli dengan kecerdasan juga pertumbuhan mereka, baiknya kita urungkan saja niat kita untuk menghardik mereka. Sekiranya sesekali kita terpaksa marah (karena hal-hal prinsip), toh masih bisa dilakukan tanpa menghardik dan membentak.
Sekian dari saya, Ippho Santosa.
Semoga bermanfaat.
Monday, December 16, 2019
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Menelusuri Isu dan Realitas di Balik Gonjang-Ganjing Industri Rokok Isu tentang potensi kebangkrutan PT Gudang Garam Tbk, salah satu perusah...
-
Ini Tips bagi yang Masih Bingung Memilih Jurusan Kuliah Sabtu, 22 Mei 2021 - 12:05 WIB Banyak calon mahasiswa yang bingung saat menentukan j...
-
Sebagai perusahaan rintisan yang menjadi cikal bakal perusahaan besar sebuah startup tentu akan melewati beberapa fase perkembangan, dimulai...
-
Responding to coronavirus: The minimum viable nerve center March 16, 2020 | Article By Mihir Mysore and Ophelia Usher Amid the coronavirus p...
-
Sejarah Di Balik Manisnya Coklat Silverqueen Lelehan manisnya coklat Silverqueen pasti pernah Anda rasakan, bukan? Tahukah Anda sejarah mani...
No comments:
Post a Comment