Wednesday, August 21, 2019

Syukuri Kegiatanmu

Ketika sibuk mencari nafkah, hindari mengeluh. Itu hanya mengurangi keberkahan rezeki dan mengundang murka Sang Pemberi Rezeki. Bayangkan Anda diberi kue oleh seseorang, tapi Anda berkeluh-kesah tiada henti tentang kue tadi. Tentu saja, si pemberi kue itu sakit hati. Apa mungkin kue Anda ditambahi? Mana mungkin ini terjadi!

Lagi pula, mengeluh juga melemahkan otak dan tubuh. Jadinya gampang sakit. Tak cukup sampai di situ, si pengeluh juga mengusir orang yang baik-baik (karena muak mendengar keluhannya) dan menghimpun orang yang jelek-jelek (si pengeluh lainnya, katanya sih curhat). Parahnya lagi, apa yang Anda keluhkan malah semakin menjadi-jadi. Memburuk.

Ingat, sibuk beraktivitas adalah fitrahnya manusia. Maka dari itu, syukuri perniagaanmu. Syukuri pekerjaanmu. Syukuri kegiatanmu.

Sekiranya Nabi Adam tidak mengambil buah khuldi, apa yang akan terjadi? Masihkah ia, istrinya, dan seluruh keturunannya tetap menghuni surga? Nggak juga. Cepat atau lambat, ia akan take off dari surga dan landing di bumi. Dari berbagai ayat kita mengetahui bahwa Nabi Adam akan berdinas di bumi sebagai khalifah. Sibuk beraktivitas. Sebagai pemimpin. Sebagai pemakmur.

Perhatikan baik-baik. Sewaktu berdiam di surga, Adam tidak beroleh gelar khalifah. Namun sewaktu menjalani aktivitas dan rutinitas di bumi, barulah ia beroleh gelar khalifah. Memang, hidup di bumi itu penuh perjuangan. Yah begitulah fitrah manusia selagi ia masih hidup. Berikhtiar. Berjuang.

Ibaratnya kapal, memang aman dan nyaman saat diam bersandar di dermaga, tapi BUKAN untuk itu kapal dibuat. Sebuah kapal sejati dirancang untuk membelah ombak bahkan, menerjang, badai. Berikhtiar. Berjuang. Right?

Sekali lagi, syukuri perniagaanmu. Syukuri pekerjaanmu. Syukuri kegiatanmu. Kalau boleh, sampaikan tulisan ini kepada tim Anda dan keluarga Anda. Niatkan untuk mengingatkan mereka.

Di Surah Ar-Rahman, kalimat 'nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan' diulang sampai 31 kali. Kenapa diulang berkali-kali? Ini seruan kepada manusia untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Janganlah mendustakan. Ini menurut Syaikh Amru Khalid.

Menurut Imam As-Suyuthi pula, pengulangan itu untuk memantapkan pemahaman manusia tentang bersyukur. Wong sudah diulang 31 kali saja, kita masih mengeluh, apalagi kalau nggak diulang? Akhirnya, bersyukurlah. Semoga hidup kita semakin berkah berlimpah.

Sekian dari saya, Ippho Santosa.

No comments:

Post a Comment

Related Posts