Saturday, December 31, 2016

Tes Wawancara

Ada Wawancara HRD, Ada Wawancara User, Apa Sih Bedanya?
Setelah seleksi administrasi, deg-degan belum selesai karena masih ada dua jenis wawancara yang mesti dilalui. Siap?

Ada Wawancara HRD, Ada Wawancara User, Apa Sih Bedanya?
Para jobseeker seketika bersyukur begitu melihat kiriman SMS dari tim recruiter yang menyatakan mereka lolos tahap administrasi, dan sejenak bisa bernafas lega. Memasuki proses seleksi berikutnya, jobseeker menghadapi tes psikologi yang lumayan panjang, bisa dari pagi sampai sore.

Kemudian kamu bersorak lagi saat tim recruiter kembali mengabari nama kamu sebagai salah satu peserta lolos seleksi wawancara. Nah, ternyata proses seleksi tahap ini terbagi dua, menghadapi wawancara HRD dan wawancara user. Apa sih bedanya? Apa ada tips khusus untuk menghadapi dua jenis wawancara tersebut?

Setiap tahap seleksi kerja memiliki tingkat kesulitan yang menyebabkan jobseeker gagal. Ada yang gagal dari tahap awal, ada juga yang gagal di tahap akhir. Jobseeker yang beruntung akan lolos di semua tahap seleksi kerja.

Seleksi wawancara diyakini jobseeker menjadi tahap yang paling sulit. Padahal, tahap ini sangat penting mengingat perusahaan akan mengetahui kandidat mana saja yang berkompeten. Seperti yang diungkapkan Galuh Setia Winahyu, M.Psi., Psikolog, selaku trainer karir di ECC UGM, “Wawancara HRD dan user itu ibarat seperti saringan, di mana tim recruiter akan menyaring kandidat yang benar-benar sesuai dengan kompetensi yang diperlukan perusahaan.”

Baik wawancara user maupun HRD, masing-masing memiliki kesamaan tujuan: mengenal lebih dalam kompetensi jobseeker. Kedua wawancara dilakukan terpisah untuk menemukan jobseeker yang lolos sesuai dengan kriteria yang ditetapkan perusahaan. Wawancara HRD lebih ditekankan pada pengenalan karakter jobseeker secara personal dan menjelaskan lebih lanjut apa yang tertulis di CV.

"Kalau sudah pernah bekerja sebelumnya, pasti akan ditanyakan juga seputar pengalaman kerjanya, budaya kerjanya seperti apa," jelas Galuh. Untuk menghadapi wawancara, tentu peserta juga memerlukan persiapan, di antaranya untuk menunjukkan first impression, confidence, gesture, dan lain-lain.

Lalu bagaimana dengan wawancara user? Menghadapi wawancara user, nuansa pertanyaan teknis akan semakin terasa. Perusahaan ingin mengetahui lebih dalam tentang keunggulan karakter dan kompetensi jobseeker. "Ya, sebenarnya, unsur cocok-cocokan dengan perusahaan juga muncul karena selain hardskill juga softskill, dilihat juga apakah nanti cocok dengan tim yang sudah ada," tambah Galuh.

"Menjelaskan kasus-kasus nyata juga sering muncul dalam wawancara user," Galuh kembali menambahkan. Kompetensi jobseeker akan semakin detail dijajal dalam wawancara user. Perusahaan memastikan bahwa kamu siap untuk langsung turun di lapangan atau setidaknya potensial untuk melalui proses pelatihan internal perusahaan.

Jangan lupa mengenali perusahaan yang kamu lamar melalui riset kecil terlebih dahulu. Ini akan jadi modal kuat untuk persiapan wawancara. Kamu harus tahu seluk-beluk perusahaan tempatmu akan mengembangkan karir dan harus mengetahui dengan pasti apa tujuanmu bekerja di perusahaan itu.

Sumber :
http://careernews.id/issues/view/3362-ada-wawancara-hrd-ada-wawancara-user-apa-sih-bedanya

Tips Tes Tulis Psikotest

Tips Menjalani Psikotes

Siapa yang tidak kenal istilah psikotes? Pasti semua orang tahu. Bahkan hampir semua orang yang melamar pekerjaan, akan menjalani psikotes. Kalau ditanya, bagaimana kesannya? Rata-rata menjawab dengan raut wajah tegang dan berkata, "Tidak menyenangkan!". Kesan yang tidak salah, tapi juga tidak tepat.

Keluhan berikutnya muncul. "Saya tidak diterima kerja gara-gara gagal di psikotes", "Saya sudah cari di internet tentang psikotes, tapi masih gagal juga. Bikin susah cari kerja aja!", "Saya sudah pernah psikotes sampai 14 kali, tapi tetap belum diterima kerja", dan sebagainya.

Kondisi tersebut membuat banyak orang yang merasa gagal dalam psikotes mendatangi psikolog untuk mengetahui apakah ada yang salah dengan mereka, atau meminta jawaban dari tes-tes yang dikerjakan.

Berbagai artikel yang tampaknya membantu, padahal menyesatkan, beredar di mana-mana. Termasuk di Kompasiana ini. Artikel-artikel itu berisi petunjuk mengerjakan psikotes, terutama tes menggambar pohon, orang dan 'kotak-kotak berjumlah 8'. Saya heran kenapa penulisnya berani memberikan tips padahal mereka tidak belajar ilmunya. Sungguh, tips itu menyesatkan.

Sebelumnya, istilah psikotes sudah tidak digunakan lagi oleh para psikolog. Kami menggunakan istilah Pemeriksaan Psikologi. Jadi kalau ada yang masih menggunakan istilah psikotes, bisa ditengarai bahwa orang tersebut bukan psikolog.

Fungsi pemeriksaan psikologi

Perusahaan ingin mendapatkan karyawan yang terbaik, mampu mengikuti 'irama' kerja mereka, dan selaras dengan misi visi perusahaan. Untuk itulah diperlukan seleksi. Ibarat saringan, seleksi yang baik akan menghasilkan pekerja terbaik bagi mereka. Ada banyak cara untuk melakukan seleksi. Tergantung juga pada kemampuan perusahaan. Salah satu yang sering digunakan adalah Pemeriksaan Psikologi (kemudian akan saya singkat dengan PPsi).

Dalam menentukan alat tes untuk PPsi, seorang psikolog akan menggunakan beberapa alat ukur. Disebut dengan batterai tes. Mengapa kami menggunakan lebih dari satu alat ukur? Karena tiap alat ukur mengungkapkan aspek berbeda serta untuk mengetahui konsistensi karakteristik pribadi calon karyawan. Minimal ada 6 jenis alat ukur yang digunakan.

Kalau seorang pelamar mencari bocoran alat ukur ini, lalu dia menghafalkan, kemudian menerapkan jawaban tadi pada alat ukur yang dikerjakannya, maka bisa dipastikan dia akan terjebak. Sebab tidak ada konsistensi kepribadian pada keseluruhan batterai tes tadi. Mungkin dia hanya bisa mendapatkan 'contekan' pada satu alat ukur, tapi bagaimana dia bisa mendapatkan 'contekan' pada alat ukur lainnya?

Jadi percuma saja seorang pelamar mencari jawaban yang benar untuk menjalani psikotes. Belum lagi proses wawancara dengan psikolognya. Makin tampak tidak konsisten ketika psikolog melihat hasil PPsi dengan hasil wawancara. Bisa dipastikan, pelamar seperti itu tidak akan diterima.

Sebenarnya pelamar tidak perlu belajar atau mencari contekan. Karena hasil PPsi itu bukan berupa benar atau salah, kecuali tes IQ yang ada jawaban benar-salah. Hasil PPsi disesuaikan dengan keadaan sesungguhnya dari pelamar, lalu hasil tersebut dicocokkan dengan kebutuhan perusahaan. Kalau keduanya sesuai, maka pelamar diterima. Kalau tidak sesuai, pelamar ditolak.

SHUTTERSTOCK Ilustrasi
Kode etik psikologi

Karena berkali-kali gagal dalam PPsi, banyak orang mendatangi psikolog atau mahasiswa psikologi untuk bertanya bagaimana caranya agar sukses dalam PPsi. Mereka ingin mendapatkan kunci jawaban. Kalau para psikolog, mahasiswa psikologi (S1), atau mahasiswa profesi psikologi (S2), benar-benar berpegang pada Kode Etik Psikologi, maka mereka tidak akan memberikan jawaban.

Mengapa mereka tidak memberikan jawaban? Memang dalam Kode Etik tidak diperkenankan, namun lebih karena esensi PPsi itu sendiri. Jawaban yang mereka berikan tidak akan membantu seseorang sukses dalam PPsi, malah jawaban itu akan membuat individu itu anjlok hasilnya. Alat-alat ukur dalam PPsi memang dirancang untuk mengungkapkan individu secara unik. Hasil-hasil yang diperoleh akan dikompilasi oleh psikolog sehingga menghasilkan pemahaman utuh -atau paling tidak mendekati- tentang pelamar.

Bila ada 2 pelamar menggambar pohon yang sama, maka interpretasinya bisa berbeda, tergantung pada hasil pada alat ukur lainnya. Nah, bisa dibayangkan bahayanya kalau pelamar itu mendapatkan contekan yang tidak akurat bahkan menyesatkan.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan unutk menjalani pemeriksaan psikologi, yaitu :

1. Mempersiapkan fisik

Pastikan Anda tidak sedang sakit saat menjalani PPsi. Apalagi kalau sedang minum obat yang bikin ngantuk. Dengan banyaknya alat ukur yang harus dikerjakan, maka kondisi fisik sehat dan fit diperlukan. Rata-rata PPsi berlangsung kurang lebih 4-5 jam (termasuk wawancara). Kalau sedang sakit, biasanya orang cenderung menjawab tidak serius. Mereka ingin cepat selesai. Akibatnya hasilnya tidak konsisten.

Khusus untuk tes IQ, kondisi sehat ini penting. Diperlukan konsentrasi untuk menjawab soal-soal di dalamnya. Bisa dibayangkan kalau orang yang mengerjakan tes IQ mengantuk atau sakit? Jawabannya pasti amburadul. Komunikasikan pada perusahaan yang Anda lamar kalau memang Anda sedang sakit. Jauh lebih baik lampirkan surat dokter. Agar mereka bisa menjadwal ulang PPsi-nya (kalau perusahaannya baik hati).

2. Bersikap apa adanya

Hampir semua alat ukur yang digunakan punya batasan waktu. Oleh karena itu, bersikaplah apa adanya. Kerjakan satu alat tes dengan benar sesuai instruksi. Setelah selesai, tutup alat tesnya. Tidak perlu ditengok lagi. Tidak perlu dikoreksi jawabannya. Dan tidak perlu mengingat kembali apa jawabannya.

Kalau Anda menengok kembali jawabannya, kemudian merevisi, maka Anda akan kehilangan waktu untuk mengerjakan sub tes berikutnya. Untuk mengejar ketinggalan, Anda buru-buru mengerjakan sub tes baru itu, lalu kepikiran dengan hasilnya. Kondisi ini akan berlangsung hingga PPsi selesai. Merugikan diri sendiri. Mengapa? Karena bisa dipastikan performa Anda tidak akan maksimal. Perasaan Anda pun kacau. Apakah ada yang pernah mengalami?

Mirip seperti menjalani kehidupan ini. Hadapi persoalan yang ada, selesaikan. Lalu tutup buku. Tidak perlu menengok masa lalu, percuma. Kerjakan permasalahan hidup saat ini sepenuh hati, sepenuh tanggungjawab, fokus, dengan komitmen, lalu serahkan hasilnya pada Tuhan. Selesai. Hadapi hari baru dengan sikap baru. Begitulah sikap yang diharapkan saat menjalani PPsi.

3. Berikan jawaban otentik

Dalam proses PPsi, ada beberapa orang yang tidak percaya diri. Mereka melongok teman sebelahnya, lalu meniru jawabannya. Mereka beranggapan kalau perilakunya tidak akan ketahuan oleh pengawas. Ya memang mungkin pengawas tidak akan tahu, apalagi kalau peserta dalam satu kelas itu sekitar 40 orang atau lebih. Tapi perilaku itu akan terungkap ketika psikolog menginterpretasi hasil PPsi secara komprehensif.

Ingat, ada batterai tes yang digunakan. Kalau psikolognya baik hati, orang seperti itu tetap akan diwawancarai, tapi kalau tidak, maka peserta itu akan langsung didiskualifikasi. Disuruh pulang langsung!

Berikan jawaban otentik. Jawaban yang sungguh keluar dari pikiran dan hati Anda. Itulah jawaban yang 'benar'.

Penulis: Psikolog Naftalia Kusumawardhani


Sumber :
http://health.kompas.com/read/2015/09/14/181000823/Tips.Menjalani.Psikotes

Tes Tulis Psikotes

Manfaat dan Fungsi Tes Psikotes
Tes psikotes adalah sebuah jenis tes yang dilaksanakan oleh tim penguji atau psikolog. Tujuan dari tes psikotes adalah untuk mengetahui kondisi psikolog atau karakter seseorang. Pelaksanaan tes psikotes dilakukan biantara rentetan kegiatan seleksi pegawai atau karyawan. Tes psikotes ini sudah sangat luas jangkauannya dan hampir dilaksanakan di seluruh negara. Tes psikotes ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengetahui dengan mengenali kepribadian seseorang lebih jauh.

Karena manfaat tes psikotes yang cukup luas, maka hampir seluruh perusahaan besar akan menerapkan pola dan teknik tes psikotes yang berbeda. Tes psikotes yang dilaksanakan pastinya akan disesuaikan dengan bidang kerja yang hendak di lakukan. Bidang kerja yang banyak menjadi target adalah bidang pendidikan, bidang penelitian, bidang industri, bidang militer, dan bidang yang lainnya.

Manfaat dan Fungsi Tes Psikotes

Untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan kita mengenai tes psikotes, alangkah baiknya jika kita mengetahui beberapa manfaat dari pelaksanaan tes psikotes. Apa saja manfaat dari pelaksanaan tes psikotes? Berikut ini adalah gambaran dari manfaat tes psikotes untuk anda:

    Tes psikotes akan lebih mempermudah untuk mengetahui kepribadian yang belum diketahui pada diri seseorang. Hal tersebut dikarenakan untuk mengetahui sebuah kepribadian dari seseorang akan sulit dilakukan baik pada saat wawancara ataupun kegiatan pengamatan yang lainnya. Dengan khusus melaksanakan tes psikotes, maka kepribadian seseorang akan lebih mudah diukur.
    Psychodynamic dari seseorang bisa lebih mudah untuk di ketahui, tentunya dengan menggunakan jenis soal terbentuk pada pelaksanaan tes psikotes.
    Tes psikotes juga bisa digunakan untuk mengetahui kondisi kejiwaan dari seseorang. Seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan atau tidak akan dengan mudah diketahui dari proses pelaksanaan tes psikotes.

Tes psikotes diharapkan bisa berjalan dengan lancar guna mengetahui kondisi dan karakter dari seseorang secara umum sampai dengan khusus. Selain itu, tes psikotes juga diharapkan bisa menjadikan sebuah ajang seleksi dan sekaligus ajang promosi bagi sebuah perusahaan psikolog.

Hasil dari tes psikotes yang dilaksanakan oleh psikolog nantinya akan di berikan ke sebuah perusahaan yang sebelumnya mempercayakan pelaksanaan tes psikotes kepada mereka. Hasil dari tes psikotes tersebutlah yang nantinya akan digunakan oleh perusahaan sebagai dasar untuk menerima atau menolak calon karyawan yang bersangkutan.

Bagian filtering pada sebuah perusahaan yang nantinya akan memutuskan apakah menerima atau menolak calon karyawan yang sudah di test adalah pada bagian kepegawaian atau sering disebut dengan istilah HRD (human resource development departement).

Dengan menggunakan dasar dari laporan hasil tes psikotes, maka bagian HRD juga bisa berperan untuk memposisikan karyawan atau pegawai sesuai dengan kepribadian yang mereka miliki. Disamping itu, memindahkan posisi kerja di perusahaan juga bisa dilaksanakan berdasarkan hasil tes psikotes.


Sumber :
http://tespsikotes.com/manfaat-dan-fungsi-tes-psikotes/

Wednesday, December 14, 2016

10 Profesi Dengan Gaji Tinggi

Berikut 10 Profesi Dengan Gaji Tinggi di Indonesia:

1. Dokter
15-17 juta per bulan

2. Artis (Aktor, Penyanyi Solo, Grup Band)
50 juta rupiah per penampilan

3. Gaji Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Gaji pokok sebesar 15 juta rupiah dan ditambah dengan berbagai tunjangan lainnya mencapai kisaran Rp 60 - 75 jutaan per bulan

4. Teknik Perminyakan
Fresh graduate : 7 juta rupiah.
Senior : 150 juta rupiah per bulan.

5. Programmer
Fresh graduate : 3-10 juta rupiah per bulan.

6. Pilot Pesawat Komersial
45-70 juta per bulan.

7. Atlet
Pendapatan atlet dari Kementrian Olahraga, sponsor dan institusi-institusi lain. Misalkan Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir mendapat bonus 5 miliar rupiah dan tunjangan di hari tua sebesar 20 juta rupiah per bulan.

8. Human Resources Manager
 Manajer SDM : 25-35 juta rupiah per bulan hingga 35- 45 juta rupiah per bulan.

9. Akuntan
Fresh graduate : 1,8- 3,2 juta rupiah.
Senior (5 tahun pengalaman) : 3,4- 4,7 juta rupiah.
Expert (lebih dari 10 tahun pengalaman) : minimal 5,1 juta rupiah.

10. Pelayan Hukum
2,6-13 juta rupiah per bulan.


Gaji besar tentunya diimbangi dengan resiko yang besar pula.

Sumber :
https://today.line.me/id/article/dbf659f2c90fa99ed3261a8f6ed3d27f52c4d5f5049a8626b0efe57583cc36bd

Related Posts