Monday, March 9, 2015

Memberi Kesan Saat Memulai Pekerjaan Baru

Pindah ke tempat kerja baru, atau mungkin baru pertama kali bekerja adalah suatu pengalaman yang mendebarkan! Banyak perasaan bercampur aduk, salah satunya adalah takut salah memberi impresi saat hari pertama bekerja. Menurut pakar karir dan kehidupan kerja (career expert and work life), John Lees, ada lima cara yang dapat dipraktekan, khususnya selama satu bulan di awal memulai bekerja.

1. Jangan malas.
Mempersiapkan diri untuk wawancara kerja adalah hal yang tidak mudah. Anda menghabiskan berminggu-minggu utuk mencari dan mengetahui perusahaan yang cocok dengan Anda. Lees memberitahu untuk tidak berhenti sampai ketika Anda diterima di tempat kerja baru. "Terus kerjakan pekerjaan rumah Anda. Anda bekerja keras untuk mendapatkan pekerjaan. Teruslah menggali pengetahuan saat memulai pekerjaan. Jauhkan masalah besar, dan kesempatan akan mendatangi Anda jika Anda dapat menguasai organisasi. Itu adalah kunci kesuksesan," jelas Lees. Hal yang tidak kalah penting saat pertama kerja adalah mengetahui siapakah pemain kunci di tempat kerja yang dapat membuat posisi Anda menjadi lebih baik atau malah lebih buruk. "Coba untuk mengidentifikasi partner kerja di masa depan, terutama di divisi HR, Ti, dan Finance."

2. Dengarkan dan pelajari.
Lees mengatakan sangat penting untuk mengamati lingkungan sekitar dan bersikap rendah hati saat awal bekerja. Karena hal tersebut akan menandakan bahwa Anda adalah orang yang mudah beradaptasi. "Belajarlah dari rekan kerja. Tunjukan kemampuan Anda untuk dapat berlajar dengan cepat. Strategi awal adalah mendengarkan, belajar dan bertanya pertanyaan yang pintar. Obeservasi dan adaptasi sikap, yang sesuai dengan organisasi. Plus, akan menjadi bonus bila Anda dapat memberikan dedikasi dari komitmen dan performa Anda."

3. Ambil langkah "pelan asal selamat".
Pastinya sangat menggoda bagi Anda untuk menunjukan kemampuan dan membuktikan bahwa perusahaan telah mempekerjakan orang yang tepat. Karena itu Lees menyarankan untuk memupuk kesabaran, khususnya pada bulan pertama kerja. "Hati-hati jika Anda ditanya mengenai ide baru saat awal bekerja. Cobalah untuk tidak memberi kritik. Anda sangat mungkin membuat suatu sugesti yang tentatif. Daripada memberitahu orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu, cobalah berbagi metode yang Anda gunakan untuk melaksanakan tugas. Pastikan untuk memberika hormat, dan sikap yang antusias dalam pekerjaan."
Lees juga menyarankan untuk mencari mentor. "Carilah orang yang dapat membuat Anda menjadi pemenang di masa depan, yang bisa membimbing dan memotivasi Anda, agar karir terus maju."

4. Jalinlah relasi yang luas.
Bertemu dengan orang baru adalah hal yang sangat menyenangkan. Tetapi semua juga tahu bahwa hal tersebut membuat gugup saat awal bekerja. Jangan hanya duduk berdiam diri, berusahalah! "Duduklah bersama rekan kerja yang baru tiap makan siang, dan ambilah kesempatan untuk mengunjungi divisi atau cabang yang berbeda," ujar Lees. Ketika Anda diperkenalkan dengan rekan kerja yang baru, Lees menyarankan untuk tersenyum dan mengangguk. "Berikan kesan ketertarikan Anda pada pekerjaan dan masalah mereka. Bertanyalah dan coba terbukalah pada mereka. Namun ingatlah untuk tidak memberi terlalu banyak saat diawal," tambah Lees.

5. Buat perubahan yang efektif dan efisien.
Dalam awal bekerja Lees menantang orang-orang untuk berpikir, "Apa pengaruh terbesar yang Anda dapatkan dalam jangka waktu dekat, dengan usaha dan sumber daya yang minimum?" Berpikirlah untuk membuat sesuatu jadi lebih baik, membalik hal negatif menjadi positif. Sesuatu yang cepat, dengan pengeluaran  minimum biasanya disukai banyak orang "Minta izin dari senior Anda untuk membuat dua tau tiga perubahan, dimana hal tersebut tidak membutuhkan banyak biaya, dan dapat melambungkan imajinasi yang tinggi," ungkap Lees.

Sumber :
http://female.kompas.com/read/2015/02/16/160000620/5.Cara.Memberi.Kesan.Saat.Memulai.Pekerjaan.Baru

Wanita Indonesia Perlu Berkarier

Tuntutan kehidupan, gaya hidup, dan tanggung jawab, membuat sejumlah wanita di Tanah Air harus bekerja lebih keras demi memenuhi serta mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Menyeimbangkan waktu antara kehidupan profesional yang menyita waktu dan kehidupan pribadi bukan perkara mudah, terutama bagi wanita yang sudah berumahtangga. Kenyataannya, tak sedikit pekerjaan yang dilakukan oleh sejumlah wanita karier membuat mereka harus tetap produktif hingga larut malam.

Salah satu sifat buruk yang kerap muncul saat pekerjaan sedang menumpuk dan tenggat waktu terus memburu adalah mengeluh. Menurut Dewi Motik, Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), kebiasaan tersebut bukan sesuatu yang baik dan hanya akan memadamkan semangat Anda.

Sebab, kata Dewi Motik, ketika seorang wanita aktif berkarier, sebenarnya dia memberikan sumbangsih yang besar bagi bangsa Indonesia. Wanita Indonesia, jelas Dewi, perlu berkarier untiuk mengisi kemerdekaan Indonesia dengan kegiatan yang berguna.

"Dari 250 juta penduduk, 50 persennya adalah wanita. Coba bayangkan kalau wanita Indonesia tidak proaktif dengan segala profesi. Dia harus turut membangun negara kita," ujar Dewi Motik, pada acara Pembekalan Puteri Indonesia 2015 di Hotel Grand Sahid Jaya, beberapa waktu lalu.

Selanjutnya, Dewi yang juga seorang dosen ini mengatakan bahwa jangan karena sibuk kerja, wanita jadi melupakan peran dan tugas utama mereka sebagai istri sekaligus ibu, atau menjadikannya sebagai alasan untuk tidak berkarier.

"Jadi selain menjadi ibu rumahtangga dan pendamping suami yang nomor satu, wanita harus juga memiliki kemampuan yang bermanfaat bagi orang banyak," ujarnya


Sumber :
http://female.kompas.com/read/2015/02/23/070000320/Mengapa.Wanita.Indonesia.Perlu.Berkarier.

Saturday, March 7, 2015

Bosan atau Penat

"Today i don't feel like doing anything, i just wanna lay in my bed,"

Bosan Bekerja Tidak Harus Berhenti atau Mencari Kerja Baru

sumber foto : www.123rf.com

Seorang karyawan yang sudah bekerja lebih dari lima tahun, tentu akan menemukan titik jenuh dalam pekerjaannya, apalagi setelah melebihi sepuluh tahun atau bahkan dua puluh tahun kerja.

Rasa bosan dalam pekerjaan adalah hal biasa dan tentu saja terjadi kepada setiap karyawan.


Apa yang menyebabkan rasa bosan ini?

Kebanyakan menganggap bahwa rasa bosan itu akibat dari rutinitas pekerjaan, namun itu bukanlah sebuah alasan dasar. Kenapa bukan alasan dasar? Karena setiap seseorang memulai pekerjaannya, ia akan menyadari bahwa yang ia lakukan adalah hal rutin!

Contohnya, seseorang yang melamar pekerjaan sebagai juru masak di sebuah restoran. Tentu saja ia akan sadar sepenuhnya bahwa pekerjaan setiap harinya adalah memasak. Apabila rutinitasnya adalah memasak, maka ia tidak boleh beralasan bahwa ia bosan dengan rutinitas tersebut.

Contoh lainnya adalah pramugari. Pertama seseorang mendaftar menjadi pramugari ia sadar bahwa rutinitasnya adalah terbang dengan pesawat dan menghadapi penumpang. Ketika ia sadar rutinitas apa yang akan dia hadapi, maka tidak ada alasan bahwa ia bosan dengan rutinitas tersebut.

Apapun pekerjaannya dan dimanapun ia bekerja, tentu saja ia akan mendapatkan cuti tahunan untuk melepaskan kepenatan dalam bekerja. Ya kepenatan ini berbeda dengan rasa bosan. Rasa penat muncul ketika beban kerja banyak dan pikiran kita menjadi over load dengan beban tersebut. Saat rasa penat muncul, anda butuh istirahat sejenak, butuh cuti untuk mengambil jarak dengan apa yang anda kerjakan.

Namun bila rasa bosan yang muncul, ia tidak akan bisa diatasi hanya dengan istirahat atau cuti bekerja. Ketika rasa bosan memuncak, biasanya seorang karyawan akan memutuskan untuk berhenti bekerja dan mencari pekerjaan baru, atas alasan ia bosan dengan pekerjaan lama!

Bila rasa bosan bekerja yang timbul kemudian diselesaikan dengan berhenti bekerja dan mencari pekerjaan baru, maka hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah. Masalah dengan ‘rasa bosan’ tersebut tidak hilang. Ia akan terbawa pada pekerjaan barunya. Dan suatu saat ia akan bosan lagi, melakukan hal serupa, bosan lagi, lakukan lagi, demikian seterusnya.


“Cari akar masalah dari rasa bosan tersebut!”

Diatas saya juga mengatakan bahwa rasa bosan tidak sama dengan rasa penat. Rasa bosan tidak bisa diselesaikan dengan cuti istirahat kerja. Bila anda menyelesaikan rasa bosan dengan cuti, maka setelah cuti rasa bosan itu akan muncul kembali, karena rasa bosan bukanlah rasa penat dalam pekerjaan.


Bagaimana mengatasi rasa bosan ini?

Pertama, rasa bosan adalah sebuah ‘tanda’ dari kehidupan anda bahwa anda sedang bergerak maju.
Jadi jangan ditolak rasa bosan tersebut.

Kemudian anda harus merumuskan kembali tentang ‘purpose of life’ anda, tentang tujuan hidup anda. Atau jangan-jangan, anda belum punya ‘purpose of life’ tersebut?

Saya mengaitkan antara tujuan hidup dengan pekerjaan, karena rasa bosan akan muncul ketika anda terbentur pada sebuah pertanyaan pada alam bawah sadar anda, “Tujuan hidupku apa sih? Apa kaitannya pekerjaanku dengan tujuan hidupku?”

Setelah anda merumuskan kembali tentang tujuan hidup, maka anda juga harus menemukan INTENSI anda dalam bekerja. Intensi adalah keinginan terdalam dalam bekerja. Pertanyaan ini bisa menjadi arah dalam menemukan  Intensi anda: “Keinginan terdalam saya apa dalam pekerjaan saya ini”

Kemudian anda harus membuat VISI atau ‘Impian besar’ dari pekerjaan tersebut.

Jadi, selesaikan rasa bosan dalam pekerjaan anda dengan 3 langkah ini:
1.    Ingat dan rumuskan kembali ‘purpose of life’ anda
2.    Rumuskan INTENSI pekerjaan
3.    Buat VISI atau Impian Besar dari pekerjaan anda


Sumber :
http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/01/bosan-bekerja-tidak-harus-berhenti-atau-mencari-kerja-baru-435470.html

Related Posts