Thursday, August 23, 2018

Tim dengan Jumlah Sedikit

Mengapa Lebih Baik Mempunyai Tim dengan Jumlah yang Sedikit?

Kita hidup di dunia yang berlimpah – makin banyak orang, sumber daya, bangunan besar, produk, dan lebih banyak fitur. Kamu mungkin berpikir perusahaan seperti Facebook mempunyai ratusan desainer. Untuk membuat sebuah tombol “Share” yang sederhana, mereka tentu membutuhkan sebuah tim khusus. Bukankah itu cara tepat untuk melayani satu miliar orang di dunia?

Ketika kamu melihat perusahaan-perusahaan besar mengeluarkan uang secara gila-gilaan untuk membangun tim desain, kamu mungkin akan merasa butuh lusinan atau ratusan desainer. Terutama agar kamu bisa bersaing di era yang sangat terpengaruh oleh aspek desain. Tetapi ternyata hal tersebut tidak benar.

Seringkali, meskipun tidak selalu, penambahan anggota tim adalah bentuk pemborosan. Kita perlahan-lahan lupa bahwa tim kecil justru lebih baik. Karena sebenarnya keterbatasan adalah keuntungan yang tersembunyi.

Efek Ringelmann
Efek Ringelmann adalah kecenderungan individu makin tidak produktif seiring membesarnya jumlah orang di dalam kelompok.

Ringelmann pernah membuat eksperimen terhadap dua puluh siswa. Mereka diminta menarik tali sepanjang lima meter, baik sendiri maupun dalam kelompok dengan jumah bervariasi. Ujung tali tersebut diikat pada sebuah dinamometer.

Ketika tim yang terdiri atas dua orang menarik tali, rata-rata mereka hanya mengeluarkan tenaga 93 persen dibandingkan ketika menarik tali tersebut sendiri. Saat jumlah tim bertambah menjadi tiga orang, tenaga yang masing-masing orang keluarkan hanya 85 persen dan 77 persen ketika tim berjumlah empat orang. Saat jumlah anggota tim mencapai delapan orang, tenaga yang dikeluarkan hanya 50 persen.

Inilah yang para psikolog sebut sebagai efek Ringelmann. Dalam sebuah tim besar, komitmen dan motivasi yang setiap orang miliki untuk memberikan hasil terbaik menjadi berkurang. Kontribusi pribadi menjadi tidak terlihat, sehingga banyak orang memutuskan bergantung pada anggota tim lain.

Di bawah ini adalah beberapa contoh bagaimana tim kecil bisa mengerjakan tugas kreatif dengan jauh lebih baik.

HTM di Nike
HTM adalah nama proyek eksperimen desain yang Nike luncurkan pada tahun 2002. Singkatnya, proyek tersebut mengumpulkan tiga orang desainer dengan satu orang pengambil keputusan untuk duduk bersama di dalam satu ruangan. Mereka diharapkan untuk fokus mengubah desain produk Nike yang telah ada, menjadi sebuah desain produk baru.

Aktivitas tersebut bertujuan mendorong kolaborasi pikiran tanpa ada pengaruh jabatan, politik, atau perintah apa pun, melainkan kebebasan kreativitas.

Aktivitas ini juga merupakan contoh bagaimana para desainer bisa bekerja bersama CEO, daripada hanya menerima perintah seperti yang selama ini terjadi. Dan jika kamu penasaran bagaimana desain produk yang tiga orang tersebut hasilkan, lihat contoh-contoh berikut:

Jumlah tim yang hanya berjumlah tiga orang membuat mereka punya lebih banyak waktu sehingga bisa mempercepat proses produksi. Hal tersebut sangat sulit terlaksana bila mengikuti alur kerja yang biasa perusahaan besar seperti Nike jalankan.

Saat ini, HTM masih terus merilis berbagai desain produk, meski tidak secara rutin.

Riset dengan Lego
Tiga orang profesor dari The University of California, Los Angeles (UCLA) pernah mengadakan riset menggunakan Lego. Dalam eksperimen tersebut, mereka membuat dua tim yang masing-masing terdiri atas dua orang dan empat orang. Kedua tim tersebut diharapkan bisa membuat sebuah bangunan tertentu dengan Lego dalam waktu cepat dan hasil sempurna.

Tim yang terdiri dari dua orang bisa menyelesaikan tugas tersebut dalam waktu 36 menit. Sedangkan tim berisi empat orang baru bisa menyelesaikan tugas yang sama setelah 56 menit.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Karena makin banyak orang di dalam sebuah tim, kamu akan memerlukan lebih banyak waktu untuk menyamakan proses berpikir.

Jika ada sesuatu yang salah …
… kebanyakan orang cenderung menambahkan jumlah anggota tim atau waktu ketika ada masalah. Padahal, langkah tersebut malah akan menambah kerumitan masalah pembuatan produk atau ide. Sikap yang tepat justru dengan mengurangi berbagai faktor yang terlibat.

Jika kalian pernah menonton reality show “Kitchen Nightmares”, kalian akan melihat sebuah pola yang chef terkenal Gordon Ramsay gunakan ketika membantu para pemilik restoran. Langkah pertama yang ia lakukan adalah mengurangi daftar menu yang ada, hingga hanya tersisa beberapa jenis makanan.

Mengapa? Para pemilik restoran sering berpikir dengan menambah jenis makanan di dalam menu bisa membuat mereka sukses. Padahal, mereka justru akan menghasilkan makanan berkualitas buruk, dan mendapat masalah dalam mengatur persediaan bahan makanan.

Prinsip yang sama tidak hanya berlaku untuk restoran, namun juga startup yang tengah membangun produk dan tim. Ketika ingin membuat “hal yang besar”, kamu butuh menciptakan batasan kreatif. Jika kamu memilih untuk terus memperpanjang tenggat waktu, menambah biaya, atau jumlah tim, hal tersebut tidak akan pernah berhenti. Hal itu seperti obat yang membuat ketagihan.

Mengapa kita terus menambah jumlah tim secara gila-gilaan, meski hal tersebut tidak efektif?
Ada beberapa faktor. Mungkin kamu hanya merasa iri, mendapat tekanan dari investor dan kompetitor, manajemen yang buruk, atau karena pengaruh buruk dari orang lain di dalam tim. Namun seringkali, kamu terdorong melakukan pemborosan karena merasa mempunyai sumber daya berlebih yang bisa dihamburkan.

Untuk perusahaan yang telah mencapai kesuksesan dalam menggaet pengguna dan meraih pendanaan, ada kecenderungan untuk menambah berbagai hal. Mereka biasanya menambah pengeluaran, tenggat waktu, dan jumlah karyawan untuk menyelesaikan suatu masalah. Mereka berharap hal itu bisa membantu perusahaan untuk maju ke tingkat berikutnya. Namun, hal tersebut tidak selalu menjadi kenyataan.

Tentu sangat sulit …
… membangun produk atau fitur baru hanya dengan tim berisi dua atau tiga orang. Namun justru itulah seninya.

Ada mitos terkenal bahwa untuk membuat gambar lebih baik, kamu membutuhkan kanvas yang lebih besar. Namun semua pekerja kreatif tahu hal tersebut tidak benar.

Terlalu banyak kebebasan bisa mendorong kita membuat karya yang medioker. Tanpa adanya batasan, akan menghilangkan motivasi kita untuk mendobrak batas tersebut.

Orang yang benar-benar kreatif, dan berada di tim kecil dengan sumber daya terbatas, tidak akan kesulitan melaksanakan sebuah tugas. Namun apabila kamu memberi mereka terlalu banyak kebebasan, anggota tim, dan sumber daya, maka kamu akan mendapatkan produk dengan desain berlebih, waktu pengerjaan terlalu lama, mahal, dan berkualitas buruk.

Hal terbaik yang bisa kamu lakukan adalah membuat tim kecil untuk menyelesaikan sebuah masalah. Contohnya, jika kamu tidak bisa membuat suatu produk dengan tim yang terdiri dari tiga orang, ini berarti ada dua kemungkinan: kamu merekrut orang yang salah, atau produk yang kamu inginkan memang terlalu rumit untuk dikerjakan.


Sumber :
https://babe.topbuzz.com/a/6592793379250110977?user_id=6571349673088598017&language=id&region=id&app_id=1125&impr_id=6593046269357230338&gid=6592793379250110977&c=fb

Wednesday, August 22, 2018

Micromanagement

Bahaya "Micromanagement" di Tempat Kerja

Micromanagement merupakan gaya kepemimpinan yang ditandai dengan adanya pengawasan dan pengarahan berlebihan dari atasan. Jika Anda adalah seorang atasan, gaya kepemimpinan seperti ini sebaiknya Anda hindari karena dapat berdampak negatif terhadap tim atau anak buah Anda.

Kebanyakan pemimpin yang menerapkan micromanagement umumnya sangat minim dalam hal delegasi. Dia akan selalu mengontrol dan mengatur cara kerja bawahannya. Tanpa ia sadari, hal tersebut hanya akan membuat bawahan menjadi tertekan dan menghalangi mereka untuk berkembang.

Dari hasil survei terhadap para pekerja di Amerika Serikat, ditemukan bahwa micromanagement lebih banyak membawa dampak negatif, salah satunya menurunkan produktivitas karyawan (55 persen).

Nah, seperti apa persisnya bahaya micromanagement di tempat kerja? Berikut penjelasannya:

•    Meningkatkan stres dalam bekerja 
Dipimpin oleh atasan yang ‘over protective’ bisa menimbulkan stres dalam bekerja. Bawahan tidak diberikan kebebasan untuk menyampaikan ide dan pemikirannya, merasa dikendalikan, sehingga ia pun merasa terkekang dan pada akhirnya stres. Demikian pula dengan atasan itu sendiri—ikut merasa stres. Setiap pemimpin punya tanggung jawab lain yang lebih besar dari sekadar berdiri di samping bawahan, sambil mengawasi dan mengarahkannya tanpa henti. Dengan micromanaging, beban kerja seorang atasan justru makin bertambah sehingga tingkat stresnya pun bertambah.

•    Membunuh potensi karyawan 
Seorang micromanager cenderung menutup diri terhadap masukan orang lain—terutama bawahannya. Ia pun biasanya tidak berani melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan. Alhasil, para bawahan jadi kesulitan menunjukkan potensinya sehingga sulit berkembang. Mereka bahkan takut untuk mengambil inisiatif, karena sang atasan tidak membebaskannya. Jika Anda dihadapkan pada situasi demikian, sebaiknya pertimbangkanlah untuk mulai mencari perusahaan baru di sini. Jangan lama-lama bertahan di lingkungan kerja yang menghambat potensi karyawan. Sebab, masa depan karier Anda yang dipertaruhkan.

•    Menghalangi kesuksesan perusahaan 
Pemimpin yang melakukan micromanaging cenderung perfeksionis, namun di saat yang sama ia hanya percaya pada dirinya sendiri. Padahal pada kenyataannya, sempurna menurut dia belum tentu yang terbaik untuk perusahaan. Justru sangat tidak menutup kemungkinan para bawahan punya ide atau inovasi yang dapat menciptakan kesuksesan besar perusahaan. Sebuah perusahaan bisa berhasil jika melibatkan seluruh karyawannya. Nah, jika Anda ingin menjadi bagian dari kesuksesan perusahaan, pilihlah perusahaan yang dapat memberikan kesempatan tersebut.


Sumber :
https://ekonomi.kompas.com/read/2016/09/25/160000926/bahaya.micromanagement.di.tempat.kerja.

Wednesday, August 15, 2018

8 Prinsip yang Mempengaruhi Calon

Diambil dari hasil penelitian Robert Cialdini, dalam bukunya The Psychology Influence of Persuasion. 8 prinsip ini bisa Anda gunakan dalam melakukan penawaran sehingga bisa lebih efektif lagi menghasilkan closing.

1. Reason (Alasan)
2. Social Proof (Bukti Sosial)
3. Liking (Suka)
4. Authority (Otoritas)
5. Reciprocity (Timbal Balik)
6. Commitment (Komitmen)
7. Scarcity (Kelangkaan)
8. Attribution (Pelabelan)


1. Reason (Alasan)

Untuk melakukan sebuah tindakan, setiap orang memerlukan sebuah ALASAN
Contoh :
Daftar sekarang karena promo berakhir hari ini
Produk ini telah terbukti efektif karena 1250 orang sudah merasakan kepuasannya
Termasuk dalam aktifitas jual beli, oleh karena itu dalam kalimat promosi Anda selalu berikan alasan mengapa mereka harus membeli dari Anda


2. Social Proof (Bukti Sosial)

Dalam teori psikologi, ternyata banyak orang melakukan sesuatu karena ikut-ikutan yang lain
Contohnya Anda lebih memilih tempat makan yang ramai dibanding yg sepi, atau menghampiri toko yang penuh pembeli
Dalam promosi juga Anda bisa gunakan strategi ini dengan menunjukkan data jumlah pembeli, testimoni, endorse dll
Karena asumsi orang-orang ketika ramai, atau yg berkerumun berarti kualitasnya baik, dan mereka merasa aman karena ada orang lain melakukan hal sama


3. Liking (Rasa Suka)

Rata-rata orang membeli di tempat atau di orang yang mereka sukai
Bisa dari teman, tetangga, atau bahkan idola, bisa juga dari penjual yg ramah, perhatian, dan baik
Nah untuk meningkatkan penjualan Anda, jadilah penjual yang disukai
Dengan cara rutin berinteraksi, gunakan bahasa sesuai target market, dan buat mereka mengenal Anda dengan baik


4. Authority (Otoritas)

Kata-kata dari orang yang memiliki otoritas lebih tentunya akan lebih berpengaruh daripada tidak
Mereka akan lebih dipercaya sehingga mengurangi keraguan calon pembeli saat memberikan penawaran
Oleh karena itu bangunlah otoritas Anda sendiri dengan personal branding, kuncinya belajar dan praktek
Anda juga bisa gunakan otoritas orang lain dengan endorse, testimoni ahli, hasil uji, sertifikasi dll


5. Reciprocity (Timbal Balik)

Orang Indonesia khususnya memiliki kultur baik yang bernama balas budi
Ketika diberi, maka orang akan cenderung ingin memberi balik
Oleh karena itu jika Anda ingin menerima pembelian dari calon pembeli, maka awali dengan memberi sesuatu
Bentuknya bisa dalam berbagai konsep, bisa reward, giveaway, sharing, bonus, preview dll


6. Commitment (Komitmen)

Setiap dari kita memiliki keinginan untuk berkomitmen pada suatu hal
Sehingga jika orang tersebut sudah berkomitmen di awal dengan Anda maka seterusnya ia akan lebih mudah melakukan komitmen yg lain
Teknik yang bisa gunakan adalah teknik yes set, yaitu dengan mengajukan pertanyaan yg jawabannya ya, ya, ya maka permintaan yg ketiganya pun akan ya juga
Bisa juga Anda memberikan penawaran bertahap mulai dari produk gratis, lalu yg murah dan baru ke yg mahal


7. Scarcity (Kelangkaan)

Sudah menjadi lazim sesuatu yang langka menjadi hal yang berharga
Dan banyak orang yang kemudian segera melakukan sesuatu sebelum kehilangan mendapatkan produk tersebut
Ini bisa  digunakan pada tiap promosi Anda dengan membatasi jumlah atau waktu promosi yang berlangsung


8. Attribution (Pelabelan)

Banyak orang yang senang jika dikategorikan dengan tipe tertentu.
Ada juga yang senang jika dimasukkan ke dalam kelompok tertentu yang ia senangi.
Contoh jika seseorang melabelinya dirinya sebagai fans klub sepakbola tertentu, tentunya akan sulit untuk menolak jika ada yg menawarkan baju klub tsb
Anda juga bisa menggunakan label ini untuk diasosiasikan dengan produk Anda, tentunya harus disesuaikan dengan produk
Misal
Pak yg beli di perumahan/apart ini banyak executive muda seperti bapak, dan juga mereka masih keluarga2 muda seperti bapak lho..
Halo Bu, yuk miliki 1 unit apart di tmpt kami sebagai bentuk hadiah perkawinan.. pasti bapak sgt senang mendengar ibu pintar mengolah uang menjadi sebuah aset, seperti ibu2 jaman now...

Tuesday, August 14, 2018

The Law of Attraction

Apa yg anda pikirkan, itulah yg akan terjadi.

  • Jika kita memikirkan bahagia, maka kita akan bahagia.
  • Jika kita berpikiran sedih, maka kita menjadi sedih.
  • Jika kita berpikiran gagal, kita menjadi gagal.
  • Jika kita berpikiran sukses, maka kita niscaya sukses.


Inilah, The Law of Attraction Hukum Tarik Menarik,  merupakan Sunnatullaah yang berlaku di alam semesta.

You are what you think (Anda adalah apa yang Anda pikirkan).

Selalulah berpikir yang positif dan jangan pernah biarkan pikiran negatif membelenggu otak dan kehidupan kita.

Jadi tetap semangat dan jangan pernah menyerah pada keadaan.

Tugas kita hanya 2, yaitu : Berusaha optimal dan berdoa.

Sedangkan selanjutnya itu Kuasa ALLAH SWT


Pikirkan yang baik2, berkata yg baik, Bertindaklah yg Baik- Baik, dan Insyaa Allah yg datang juga yang Baik- Baik!

Semoga kita menjadi lebih baik


Sumber :
dari berbagai sumber

Monday, August 13, 2018

Promosi yang Mengugah Orang untuk Action


Saat membuat promosi perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini.

1. Judul promo.
2. Latar belakang penawaran (storytelling).
3. Penjelasan singkat produk.
4. Alasan.
5. Call to action.
6. N.B.

Elemen yang pertama diperhatikan saat melakukan promosi tentunya adalah Judul promosi

Judul promosi yang kita buat HARUS bisa mencuri perhatian calon buyer/agent. Harus menarik!

Kalau dari judul promosinya saja sudah tidak menarik, bagaimana kita bisa meyakinkan calon pembeli/agent? Jangankan sanggup meyakinkan mereka, membuat mereka melirik promosi kita saja tidak berhasil.

Beberapa kata yang bisa digunakan untuk judul promo.

- Akhirnya
- Seru
- Eksklusif
- Fantastis
- Pertama
- Gratis
- Dijamin
- Luar biasa
- Rahasia
- Terbatas
- Ampuh
- Terungkap
- Spesial
- Segera
- Terbaru
- Sekarang
- Mudah

Nah berikut beberapa contoh judul promo dari kata-kata diatas.

 TERUNGKAP
Terungkap cara menguasai seluk beluk property dalam 7 hari

RAHASIA
Ini dia rahasia membeli Property dgn untung

GRATIS
Mau gratis konsultasi bisnis Property? Silahkan cek ini.

MUDAH
Kini hadir cara mudah memulai Bisnis Property


Ada cara lain dalam membuat judul:

Janjikan manfaat

Teknik ini sering digunakan oleh banyak penjual yang jago jualan. Kuncinya adalah memberikan janji kepada calon pembeli. Namun perlu ingat, janji yang Anda berikan memang harus benar-benar bisa terbukti.

Contoh:
- Ternyata Proyek2 .....
- Ikuti program.....


Berikan Alasan

Variasi pembuatan judul promo yang menarik lainnya adalah Anda bisa mengangkat tentang alasan mengapa konsumen harus menggunakan produk Anda sehingga isi iklan Anda akan berisi alasan mengapa perlu menggunakan produk yang Anda tawarkan ini.

Contoh:
- 7 Alasan yang wajib Anda tahu rumah syariah.....
- Ini dia alasannya mengapa property ini banyak dibeli orang.


Judul Promosi Penasaran

Kita pun bisa membuat judul promosi yang membuat pembaca menjadi penasaran agar pembaca akan membaca lebih lanjut.

Dengan membuat si pembaca penasaran, akhirnya mendorong pembaca untuk mencari tahu informasi lanjutan dari judul promosi yang Anda buat. Ingat! Kuncinya membuat pembaca penasaran ya.


Contoh:
- Akhirnya hadir rahasia cepat closing tanpa pusing
- Ini dia Investasi paling menguntungkan tahun ini!


Sumber :
dari berbagai sumber

Related Posts