Monday, February 24, 2020

Irwan Hidayat: Harus hebat di negeri sendiri, baru bisa ekspor


Salah satu saksi hidup perjalanan Tolak Angin dan Sido Muncul adalah Irwan Hidayat. Pria kelahiran Yogyakarta, 1947 silam, mewarisi bakat sang nenek Rakhmat Sulistio dalam meracik dan memasarkan jamu.

Jangan anggap remeh pabrik jamu. Lihat saja Sido Muncul. Dalam laporan keuangan yang baru saja dirilis, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk., berhasil mencetak laba bersih Rp808 miliar, naik 22 persen dari keuntungan 2018 yang mencapai Rp664 miliar.

Bandingkan misalnya dengan kinerja produsen obat seperti PT Indofarma atau PT Kimia Farma. Sampai September 2019 (kedua BUMN ini belum menyampaikan laporan keuangan 2019), Kimia Farma hanya mencatat laba Rp61 miliar, sedangkan Indofarma malah rugi Rp35 miliar.

Kinerja Sido Muncul tak lepas dari fokus bisnisnya yakni jamu herbal dan suplemen. Sepanjang 2019, hanya dari jamu herbal dan suplemen ini, Sido Muncul mencatat penjualan Rp2,06 triliun, sekitar 67 persen dari total penjualan yang mencapai Rp3,07 triliun.

Salah satu andalan Sido Muncul adalah Tolak Angin, jamu herbal yang resepnya pertama kali diramu pada 1930. Tak hanya menjangkau pasar dalam negeri, tulang punggung Sido Muncul ini sudah go international.

Irwan Hidayat merupakan salah satu saksi hidup perjalanan Tolak Angin dan Sido Muncul. Pria kelahiran Yogyakarta tahun 1947 ini mewarisi bakat sang nenek, Nyonya Rakhmat Sulistio dalam meracik dan memasarkan jamu. “Saya memang sudah digariskan tidak sekolah dan jadi pengusaha jamu, karena gak punya pilihan. Jadi kerjanya di jamu, ini masuk tahun ke 50,” kata Irwan saat ditemui tim Lokadata.id, Rabu (16/2/2020).

Berbekal pengalamannya yang panjang, Irwan mengambil sejumlah keputusan bisnis dengan indikator yang sederhana. Untuk pengembangan pasar, misalnya, Irwan hanya memilih wilayah yang penduduknya padat (berarti ada perputaran uang) dan menembus pasar ekspor hanya dari regulasi negara yang bersangkutan.

Khusus untuk ekspor, Irwan memberi catatan. “Mesti hebat dulu di negeri sendiri, baru bisa ekspor,” katanya.

Berikut petikan wawancara yang dilakukan tim Lokadata.id dengan Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat, di kantornya, kawasan Cipete Raya, Jakarta Selatan.

Apa strategi Sido Muncul memenangkan pasar?
Nanti kompetitor saya tahu semua. Saya kan bukan CEO. Ditanya begini saya bingung.

Lalu, bagaimana Sido Muncul bisa menjadi top of mind hingga saat ini?
Kalau saya, bagaimana ya? Saya bisa sukses kan baru-baru ini saja.

Kan sudah lama, sejak 1970an?
Saya kerja sejak 1969. Jadi waktu itu, memang dari gak ngerti apa-apa. Lalu, selama 25 tahun nggak ada kemajuan, biasa-biasa saja. Baru belakangan ini bisa mulai kaya.

Punya gambaran, 20-30 tahun lagi Sido Muncul akan seperti apa?
Nggak, saya nggak tahu akan seperti apa. Yang pasti, sampai hari ini kami melakukan bisnis kami dengan jujur, dengan niat baik.
Yang paling penting, bagaimana Sido Muncul ini tetap bermanfaat sampai kapan pun. Mau jadi apa, saya nggak tahu. Nggak kebayang. Tapi kami pikirkan produk-produk masa depan.

Intinya, tetap fokus di produk jamu?
Oh iya. Saya menyadari bahwa sebenarnya saya ditakdirkan untuk berbisnis jamu ini. Ini sudah jalan hidup. Oleh karena itu, saya tekuni. Jadi spesialis. Jadi super spesialis.

Soal pengembangan bisnis Sido Muncul bagaimana?
Kalau soal Sido Muncul, core business kami obat herbal. Jadi kami, konsentrasinya di situ. Saya sendiri juga. Di perusahaan ini, saya jadi direktur marketing selama 50 tahun, tidak pernah jadi direktur lainnya. Saya pokoknya, spesialis saya jamu dan marketing.

(Saat ini, Sido Muncul memiliki empat anak perusahaan. Muncul Mekar, sebagai perusahaan distribusi dan perdagangan. Semarang Herbal Indo Plant untuk ekstraksi herbal. Berlico Mulia Farma bergerak di bidang farmasi dan Muncul Nigeria Ltd bergerak di bidang distribusi dan perdagangan. Adapun tiga segmen bisnis utama Sido Muncul antara lain herbal dan suplemen, makanan dan minuman, serta farmasi.)

Berbicara mengenai pemasaran, apa yang jadi pertimbangan Sido Muncul memilih target ekspor?
Pertama, cari yang regulasinya ada. Tapi, saya berusaha masuk ke negeri yang maju. Saya percaya, kalau memilih yang paling buruk bisa masuk, yang di bawah negeri maju lebih gampang.

Misalnya apa?
Kami coba masuk ke Singapura, Australia, Amerika. Tahun lalu, kami mulai masuk ke Filipina. Tahun ini mudah-mudahan bisa ke Thailand hingga Kamboja.

Cerita Sido Muncul masuk ke Filipina?
Malaysia sudah ada. Kemudian Singapura ada. Di Filipina juga ada istilah masuk angin, Filipina itu penduduknya sekitar 140 juta, Malaysia itu sekitar 17 juta jiwa. Kami sudah lama di Malaysia.

(Pada 2018, Sido Muncul melakukan ekspansi untuk memperluas pasar ekspor ke Filipina dan Nigeria. Filipina, menurut Sido Muncul, merupakan pasar potensial dengan populasi lebih dari 105 juta penduduk. Sebelumnya, Perseroan telah melakukan riset pemasaran untuk memastikan bahwa produk unggulan Tolak Angin dapat diterima dan disukai masyarakat Filipina. Sido Muncul juga telah mendaftarkan produk tersebut ke Food and Drug Adiministration Philippines dan telah mendapatkan izin edar untuk produk Tolak Angin pada 16 November 2017.

Di akhir 2018, Sido Muncul melakukan ekspor perdana ke Filipina. Produk Tolak Angin telah tersedia di apotek, farmasi atau ritel modern Filipina. Selain itu, untuk mengembangkan potensi pasar di Afrika, di awal 2018 Sido Muncul mendirikan perusahaan Muncul Nigeria Limited yang fokus pada pengembangan pasar Nigeria dan negara Afrika lainnya. Selain Filipina dan Nigeria, selanjutnya Perseroan menargetkan untuk memperluas pasar ekspor).

Ada yang diubah komposisi produknya?
Tidak ada komposisi yang diubah, hanya packaging saja, menyesuaikan regulasi sana.

Penerimaan produk di negara tujuan itu bagaimana?
Mereka kan tidak kenal jamu. Jadi mulai memperkenalkan seperti baru. Tapi, produk Tolak Angin kan terkenal di Indonesia. Semua franchise yang ada di Indonesia, pasti terkenal dulu di negerinya. Tolak Angin, Kuku Bima, secara otomatis akan diterima, apalagi orang Indonesia menjadi imigran di seluruh dunia.

Makanya mesti hebat dulu di negeri sendiri, baru bisa ekspor. Dan ini bukan komoditi seperti minyak, batu bara. Ini jamu, ramuan. Karena itu, untuk memperluas pangsa pasar, saya mulai buat seperti soft kapsul hingga vitamin E. Mulai masuk ke food suplemen, karena regulasinya ada di seluruh dunia. Kalau jamu kan nggak. Cuma ada di Indonesia, mungkin juga China dan India. Tapi di luar itu nggak ada. Kalau bisa masuk ke negara lain itu karena di negeri sendiri laku sekali.

Sido Muncul masuk ke farmasi juga?
Kami memang punya usaha farmasi. Sido Muncul mengakuisisi perusahaan farmasi. Kami juga punya properti, bisnis hotel.

(Pada 1 September 2014, Sido Muncul melakukan perjanjian jual beli dengan pemegang saham PT Berlico Mulia Farma (Berlico). Perusahaan memperoleh 17.198 saham beredar atau setara dengan 99,99 persen kepemilikan Berlico dengan harga sebesar Rp124.993. Pengambilan Berlico Mulia, menandai perluasan bisnis Sido Muncul ke dalam industri farmasi.)

Mau buka hotel baru?
Iya. di Semarang. Mau francise juga di Alam Sutera. Tapi bukan kami yang investasi. Tetap pakai nama Tentrem.

Dalam kegiatan pemasaran, Sido Muncul lebih mengutamakan riset pasar atau riset produk?
Kalau saya tuh sebenarnya jadi direktur pemasaran tidak pernah pakai riset. Karena gak sekolah. Saya sendiri baca laporan rugi laba juga tidak pernah. Belum pernah. Yang penting, kaya juga. Mungkin kalau baca, nggak kaya. Ha, ha.

Kalau soal itu, saya gak pakai riset pasar. Gak perlu riset-riset. Kita tahu, mengerti yang banyak dibutuhkan apa. Misalnya yang paling banyak dikeluhkan itu apa? Linu toh, capek. Maka kami buat Tolak Linu. Masuk angin, buat Tolak Angin.

Semua cuma saya ciptakan karena punya ide dari pergi ke pasar, gak ada riset. Saya ini kerjaannya direktur marketing, direktur PR, direktur R&D, direktur pengembangan produk. Dan saya tahu tentang produksi. Sebenarnya Sido Muncul bayar saya murah sekali. Saya rangkap semua. Ini ide gagasannya saya sendiri. Kenapa? Selama saya punya ide, organisasi gak berlebihan, gak terlalu hebat, yang pasti nomor satu adalah keputusan cepat. Kalau nggak kan harus rapat.

Lalu proses pengambilan keputusan dari ide tersebut di manajemen seperti apa?
Ya lewat telepon saja. Kalau ada orang ingin ketemu misalnya, saya tanya dulu mau apa. Mau menawarkan sesuatu, lalu saya nggak mau, ya selesai begitu saja. Kalau benar-benar harus ketemu, ya ketemu. Semua saya jalankan by phone. Makanya kecepatan saya itu 5-10 kali lipat dibandingkan orang yang biasa.

Adakah kota atau kabupaten yang serapan produk Sido Muncul paling tinggi?
Itu gampang lihatnya. Tempat di mana penduduk dan uangnya banyak. Pernah saya ke puncak Lawu, Comoro Sewu, sampai situ di puncak saya makan jagung. Saya tanya ke orang yang jual jagung, “Pak, kalau masuk angin sampeyan minum apa?” terus dia jawab, “Kalau saya sih tidak pernah masuk angin.” Wah bagaimana saya bisa jualan di sana kalau tidak pernah masuk angin. Di sana itu penduduknya kecil, hawanya bersih, pikirannya cuma bakar jagung, tidak pernah masuk angin.

Percuma jualan di tempat seperti ini. Tidak perlu survei. Banyak penduduknya, kemudian padat, kemudian uang yang beredar ada berapa, itu saja. Distribusinya juga gampang. Terus saya makan jagung, datang lagi orang itu, “Oh saya pernah masuk angin,” katanya. Saya senang nih, saya tanya balik, “Minum apa?”, dia bilang, “Brambang dibakar, dipotong kecil-kecil dan diminum campur air hangat.”

Jadi gak perlu survei apa-apa. Survei itu kan salah satu usaha, cara berbisnis. Kalau saya, survei saya pergi ke grosir, ngomong sama orang bertemu konsumen, dari mereka pasti kita dapat yang dibutuhkan. Tapi sekarang sih survei terus, saya selama 50 tahun sampai Sido Muncul jadi seperti saat ini tidak pernah survei. Wah sekarang yang baru-baru ini survei terus, hidupnya dari data, saya hanya ngetawain saja. Itu yang dikerjakan apa coba.

Bagaimana melihat peta persaingan di industri jamu?
Saya rasa persaingannya tidak besar, size-nya tidak besar, berbeda dengan rokok yang pangsa pasarnya besar sekali. Sama dengan farmasi juga. Mungkin itu butuh survei.

Pesaing yang ada seperti apa?
Saya pergi ke toko-toko, saya lihat dan tahu. Bertemu 50 grosir, saya tahu kira-kira, saya punya feeling berapa. Ada yang bohong juga, tapi saya cek lagi ke toko-toko, grosir-grosir yang lain. Mereka jual berapa dan sebagainya, itu tergantung teknik wawancara. Kalau tekniknya benar, bisa ngaku dia. Kalau jamu size-nya kecil dan saya rasa saya paham. Berdasarkan pengalaman dan feeling saja.

Apa pertimbangan memilih wilayah produksi maupun pemasaran?
Kalau sekarang sih butuh itu, tapi kalau saya dulu tidak butuh. Kuncinya itu penduduknya banyak, uang beredarnya banyak. Seperti Jakarta ini, banyak debu, stres, masuk angin. Coba ke Gunung Lawu, penduduknya sedikit, udaranya bersih, bagaimana bisa sakit di sana? Rokok menurut saya sama, kalau penduduknya sedikit, daya belinya kecil.

Pasar utama Sido Muncul?
Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bandung. Itu kota-kota besar yang padat penduduknya, dan daya belinya besar.

Setelah Sido Muncul IPO, apakah ada perubahan tata kelola?
Ya pasti ada. Kan ada direktur, terus komisaris independen, ada investor yang masuk. Tambah bagus lah. Salah satu yang bagus adalah sering rapat, dulu tidak pernah rapat, jadi agak keren sedikit. Tahu tidak arti amatir? Amatir itu dari kata amator, mencintai. Makanya saya ini rohnya amatir, saya mencintai bisnis ini, mencintai konsumen saya, pokoknya passion saya di sini.

Saya ini bukan pedagang, saya ini produsen. Biasanya kalau investor itu pedagang, masuk dan mengolah, bisa menjelaskan ke masyarakat dan jelaskan kemajuannya berapa persen. Kalau saya selalu bilang kepada karyawan saya, kamu itu mesti profesional, namun jiwa harus amatir – mencintai. Profesional itu bagus, tapi rohnya mesti amatir. Siapa yang harus amatir? Pengusaha, pemiliknya itu harus amatir.

(Pada 10 Desember 2013, Sido Muncul memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan penawaran umum sebanyak 1,5 miliar saham melalui mekanisme initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran perdana sebesar Rp580 per saham. Saat itu, Sido Muncul meraup dana segar Rp870 miliar.)

Jadi, apa rahasia membangun Sido Muncul?
Pasti ada rahasia dalam membangun ini. Namun saya buka pun, tidak akan bisa dipahami dan dijalankan orang lain. Kalau saya disuruh mengulang sejarah dari nol lagi pasti tidak bisa. Yang saya capai hari ini adalah sejarah dan keberuntungan dan itu tidak bisa diulang. Siapa pun itu, orang terkaya di Indonesia kalau diminta mengulang tidak akan mau. Tapi kalau saya, bekerja di perusahaan besar, kemudian pengalaman, feeling saya, network saya lebih berarti.

Bicara masa sekarang ini, zaman e-commerce, bagaimana perannya dalam pemasaran produk Sido Muncul?
Ini kan salah satu cara baru untuk orang belanja. Saya rasa itu perlu dipersiapkan untuk masa depan. Kami punya penjualan online, tapi pada prinsipnya saya tidak mau online itu bersaing dengan yang konvensional. Jadi saya kira masa depannya akan bagus lah. Sama seperti media juga dulu, dulu tidak banyak, tidak sampai seribu, sekarang sudah banyak sekali melebih 50.000.

Zaman pak Harto, SIUP itu sulit. Saking banyaknya media, kami yang pasang iklan juga tidak mengerti mau pilih yang mana. Saya tidak tahu e-commerce akan seperti apa ke depannya, ya dikuti saja. Kami beriklan juga sekarang lewat media online, tidak gampang, lebih susah pilihannya, karena banyak.

Media untuk beriklan yang efektif selama ini?
Sementara masih televisi, tapi sudah mulai live streaming, tapi tetap televisi. Tapi banyak yang nonton lewat smartphone. Kompetisi membuat orang mencari akal bagaimana beriklan yang baik.

Hal yang dipertahankan di Sido Muncul hingga saat ini?
Hanya tiga hal, produknya mesti baik, kedua baik, ketiga baik. Baik itu, laku. Kami dari awal, ketika IPO pada desember 2012/2013, belum pernah merekayasa laporan keuangan, pembukuan, ikut jual beli saham. Saya seumur hidup tidak punya saham apa-apa, saya tidak punya saham perusahaan apa pun. Tidak ada, saya ini jualan. Kepemilikan saham saya jual, saya sendiri tidak punya, menurut saya yang paling berharga adalah kejujuran. Dari awal yang kami pertahankan adalah kejujuran, tidak ada rekayasa.

Anda boleh tanya ke karyawan kami, pernah gak kami rekayasa penjualan, pembukuan dan yang lainnya. Saham kami dari Rp580, Rp420, sampai semua ngomong mbok berbuat sesuatu, mau berbuat apa, saya disuruh beli? Biar mahal terus digoreng-goreng gitu? Saya tidak pernah mau, diberi saran saya tidak pernah mau. Tanya saja semua di Sido Muncul, pokoknya yang saya pegang adalah kejujuran, jangan pikir macam-macam.

Tapi saat dibeli dari investor masuk due diligence, beli 21 persen saham Sido Muncul baru ngeuh dan langsung naik dari Rp430 sekarang hampir Rp1.300. Tapi kami yang penting modalnya produk yang baik, kejujuran itu saja, tidak usah mikir macam-macam.

Biaya operasional kami juga tidak mahal, kantor saya cuma seperti ini. Kantor ini sudah 23 tahun tidak pernah dicat dan baru kemarin dicat dan ganti karpet. Saya ini menghemat sekali. Rumah saya dekat sini. Jadi mestinya orang itu percaya beli sahamnya Sido Muncul.

Cerita soal foto di belakang?
Foto di belakang itu foto saya ketika tahun 1951. Saya lahir tahun 1947, terus karena sakit-sakitan kemudian diangkat anak sama nenek saya. Nenek saya itu, anaknya sembilan, mamah saya nomor tujuh, saya cucu nomor enam dari 46 orang. Saudara sepupu saya banyak.

Pada 1949, kami pindah ke Semarang dan 1951 Sido Muncul berdiri. Waktu nenek mendirikan Sido Muncul, saya sakit-sakitan dan diangkat anak. Saat itu, karena saya satu-satunya yang ada, maka difoto sama dia. Begitu cerita jika saya mengenang foto itu.

Dari pengalaman hidup saya, semuanya itu jalan tuhan. Takdir. Makanya di belakang tulisan itu ada tulisan huruf kanji yang artinya langit punya rencana. Jadi, itulah jalan takdir. Saya memang sudah digariskan tidak sekolah, jadi pengusaha jamu, karena gak punya pilihan, jadi kerjanya di jamu. Ini masuk tahun ke 50.

Keluarga masih terlibat di manajemen Sido Muncul?
Adik saya empat orang, keponakan dan anak saya 13. Tidak semua terlibat. Kami juga punya bisnis hotel. Ada yang ke sana. Kemudian ada juga masing-masing punya bisnis pribadi, kerja sendiri.

Dari 13 cucu yang terlibat mungkin sekitar sembilan, tapi itu yang mengurusi hotel. Saya sama keluarga yang penting sudah diberi pendidikan, terus anak-anak cucu juga. Di samping Pendidikan, mereka juga punya pekerjaan sendiri, mereka tahu kalau orang tuanya masih bisa hidup bersama-sama.

Mau buka restoran ya? Kenapa kuliner?
Yang lainnya saya tidak ngerti. Bisnis tambang tidak bisa, pertanian gak bisa, saya takut risiko-risikonya. Hotel kan gak hilang. Saya pribadi akan jual ayam goreng. Nanti di sana saya jual apa yang saya suka, ayam goreng/bakar, sate ayam, sate kambing, saya sudah punya manual book dan SOP-nya. Saya buat sendiri itu. Kalau hidup tergantung sama koki ya celaka nanti.

Saya tidak hobi masak. Tapi saya tahu, penciuman saya tajam, resep-resepnya saya kumpulkan sudah lama dan dikembangkan. Kalau sate kambing tergantung bahannya, dagingnya, kecapnya, banyak pilihannya.

Saya tidak mau tergantung pada koki. Saya tidak mau hidupnya tergantung pada orang lain, saya hanya bergantung pada Tuhan dan pada diri saya sendiri.

Saya di Sido Muncul saya bilang ke karyawan, kalau anda bodoh saya senang, karena di tempat lain banyak orang bodoh, tapi kalau mereka pintar saya apresiasi dan saya senang. Makanya saya tidak mau tergantung pada orang lain. Makanya bisnis saya tergantung pada diri saya sendiri tidak mau gantungin pada orang lain. Nama Bima saya daftarkan di HAKI 12 tahun yang lalu.

BIMA itu pekerjaannya koki. Harganya nanti murah, saya sebagai pemasar, goal saya market share, bukan profit. Saya ini seorang pemasar, mungkin harganya nanti Rp20.000 atau Rp21.000, kalau yang lain sekitar Rp26.000, kalau perlu, nanti ada diskon. Bisa bisanya yang gini-gini, yang bisnis besar tidak bisa. Menurut saya apa saja pekerjaan yang penting senang, saya ini penikmat usaha, bukan pengusaha sejati.

Itu apa artinya akan melepas Sido Muncul?
Oh enggak. Kerjaan saya memang di Sido Muncul. Saya punya feeling, punya kedekatan, punya nasib yang harus berbisnis jamu. Saya gak ngerti mau bisnis apa lagi.

Jadi rahasia suksesnya apa?
Kalau kamu pintar bisa hidup layak, baik, jujur, tahu diri, jaga kesehatan, kamu bisa hidup layak. Tapi kalau mau kaya seperti keluarga Hartono Djarum, itu berkah Tuhan, pilihan Tuhan. Gak mungkin bisa seperti itu kalau bukan pilihan Tuhan, itu tidak bisa diirihatikan. Tapi kalau hidup normal layak, siapapun bisa lakukan itu.


Sumber :
https://lokadata.id/artikel/irwan-hidayat-harus-hebat-di-negeri-sendiri-baru-bisa-ekspor

Meraup Puluhan Juta Dari Jualan Teh Premium

Mendapat penghasilan belasan juta dari jabatan yang lumayan tinggi bisa jadi suatu pencapaian yang cukup bagi seorang anak muda. Namun itu tidak berlaku bagi Redha Taufik Ardias. Pria berusia 29 tahun ini rela meninggalkan jabatannya dan gaji yang mencapai belasan juta dari sebuah perusahaan produsen teh pada 2017. Dia justru memilih untuk menjadi pengusaha minuman teh.

Alasan Redha memutuskan untuk menjadi pengusaha produk minuman teh ini karena ingin membantu penghasilan pemetik teh yang dibayar sangat kecil. Selama menjabat sebagai Product & Brand Manager di perusahaan teh, dirinya mengetahui bahwa upah untuk pemetik teh sebesar Rp 800-1.200 per kg dengan catatan daun teh masih basah.

"Dari situlah saya mulai tergerak untuk mencari tahu lebih banyak tentang teh di Indonesia, dan berharap bisa berkontribusi terhadap kesejahteraan Ibu-Ibu pemetik teh ini, baik dengan hal kecil sekalipun," kata Redha saat berbincang dengan detikcom, Jumat (31/1/2020).

Redha menilai produk minuman teh memiliki potensi yang sama seperti kopi yang saat ini tengah menjamur di tanah air. Dia pun ingin membiasakan masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi teh dengan kualitas premium.

Menurut dia, selama ini kebanyakan masyarakat di Indonesia hanya mengonsumsi teh 'sisa'. Teh 'sisa' yang dimaksud adalah sari dari teh yang seharusnya untuk satu gelas namun dicampur lagi dengan air putih dan disajikan untuk beberapa gelas.

Demi tekadnya membiasakan masyarakat meminum teh dengan kualitas premium dan menyejahterakan pemetik teh, dirinya pun membangun PT Sila Agri inovasi. Perusahaan ini fokus pada pengembangan produk teh. Nama produknya adalah SILA yang berasal dari bahasa sansekerta dengan arti prinsip moral dan nilai dasar.

Dengan produk SILA, Redha melibatkan seluruh pelaku produk teh dari hulu tukang kebun hingga konsumen melalui invasi yang telah dilakukan dalam setiap produknya.

"Kami berharap dengan aktif melakukan edukasi, perlahan namun pasti masyarakat Indonesia mulai mengapresiasi teh yang berkualitas dari dalam negeri sendiri dan mencintai produk lokal," jelasnya.

Meraup Puluhan Juta Dari Jualan Teh PremiumFoto: Dok. SILA
Pria lulusan Universitas Indonesia ini menyebut produk teh SILA ada 20 varian yang sudah dipasarkan dari 40 varian yang sudah diciptakan. Seluruh varian tersebut masuk dalam lima tipe yaitu white tea, green tea, yellow tea, red tea, dan black tea.

Yang membedakan produk SILA, dikatakan Redha adalah karena ada campuran herbal seperti melati, jahe, sereh, lemon, jeruk, mint, kayu manis, dan jenis rempah lainnya. Dia meyakini bahwa minuman teh ini akan booming seperti kopi yang saat ini banyak digemari masayarakat.

Untuk detil produk dari 20 varian yang saat ini di pasaran adalah Glorious White Tea, Silver Needle, Black Booster, Srikantea, Fresh'O Green Tea, Smangat Pagi, Kasmaran, Guardian Angel, Lemongrass Green Tea, Mojang Geulis, Levare Black Tea, Asian Unitea, Lemongrass Black Tea, Fesh'O Green, White Peony, Prime Green Tea, Guardian Angel, Radiant Yellow Tea, Sinensis Red Tea, dan Blissful Morning.

Ragam varian teh ini dikemas dalam beragam kemasan, yang utamanya kemasan kaleng tabung dan zip pouch. Adapun harga produknya mulai dari Rp 20 ribu sampai Rp 200 ribuan per kemasan tergantung dari tipe kemasan.

Dia menceritakan tahun pertama menjalankan SILA sangat berat, mulai dari omzet yang hanya Rp 10 juta per bulan karena hanya mampu menjual produk dari pameran ke pameran saja. Omzet yang didapat masih jauh dari biaya operasional yang dibutuhkan.

Berkat kerja kerasnya, Redha mengaku saat ini perusahaan sudah tumbuh dan mampu membiayai operasional secara mandiri. Saat ini SILA punya puluhan partner, diantaranya belasan cafe, beberapa hotel, reseller offline dan online. SILA juga aktif di online marketplace dan instagram untuk direct sales dengan ragam variant dan kemasan yang unik.

Bahkan belakangan ini SILA banyak dijadikan souvenir, baik souvenir pribadi, institusi hingga wedding.

"Sekarang sudah bisa menutup operasional, rata-rata omzet sudah Rp 60-Rp 75 juta per bulan," tegasnya.

Dia pun mengungkapkan bagi masyarakat yang tertarik mencoba produk SILA bisa langsung kontak akun Instagram @silateahouse atau datang langsung ke Sila Tea Headquarter di Bogor dan Tea Experience Room by SILA di Armor Badjoeri di Bandung. Bisa juga mengunjungi partner Sila terdekat, mayoritas di Bandung yaitu Teabumi, Loko Coffee Shop, Gajua Kopi, Dewaji, De'romee, Ubar Salatri, dan Omalia, Lalu di jakarta ada di Sarinah, Kopi Shock dan Taverne, di Sukabumi ada Kedai 35 dan Book.tea Bar, dan di Loko Coffee Shop Cirebon.

"Sebagai tips juga untuk teman-teman yang tertarik di bisnis apapun itu, awali dengan memiliki visi dan misi yang jelas, serta pastikan usahanya memiliki dampak posistif terhadap sosial dan lingkungan. Bisnis dan Idealis harus seimbang, dan inilah yang saya percaya sebagai cikal bakal sustainability agriculture di Indonesia," ungkap dia.


Sumber :
https://finance.detik.com/solusiukm/d-4881324/meraup-puluhan-juta-dari-jualan-teh-premium?single

Mau Sukses Seperti Kopi Kenangan?


Ini Resep dari CEO-nya

Mengembangkan bisnis minuman saat ini sudah cukup mudah dilakukan, apalagi ada banyak aplikasi pengantaran online yang bermunculan untuk memberikan akses untuk memperluas pemasaran. Salah satu yang sukses di bisnis ini adalah Kopi Kenangan.

CEO & CO-Founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata pun membagikan beberapa tips dalam membangun bisnis. Menurutnya, untuk memulai sebuah bisnis seseorang harus tahu lokasi pembeli. Setelah itu barulah bisa menentukan lokasi tersebut sebagai tempat yang strategis sebagai membuka tempat usaha.

"Kita harus tahu pembeli kita ada di mana, kita bisa bekerja sama dengan food delivery yang memiliki data customer terbanyak produk kita, sehingga nanti bisa dibangun lokasi awal untuk bisnis kita. Tidak harus besar tetapi cukup lah luasnya seperti ruko," ujar Edward saat peluncuran Digitarasa di Menara Digitaraya, Jakarta, Senin (24/2/2020).

Edward mengatakan, dengan kolaborasi lebih dalam bersama food delivery seperti GoFood, bisa meningkatkan total omzet. Keefektifan menggunakan food delivery juga bisa dicoba oleh perusahaan yang ingin berkembang atau scale up.

"Tentunya efektif banget, karena kita bisa lihat growth bisnis dari food delivery 2019 saja 51%, expected key growth-nya sendiri untuk 5 tahun ke depan 29%. Jadi lewat skema food delivery ini, merupakan suatu keharusan yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk scale up," ujar Edward.

"Kebanyakan brand Food and Beverage omzetnya itu 30-40% berasal dari food delivery. Artinya kalau kita miss dalam hal food delivery, kita akan kehilangan potensial buyer kita dengan omzet sebesar 30% tadi," imbuh Edward.

Edward menegaskan, pentingnya membuat brand awareness dari awal. Karena dengan brand awareness sebuah usaha bisa mendapatkan potensi-potensi bisnis yang nantinya membuat usaha kuliner menjadi berkembang.

"Awalnya Kopi Kenangan buka di mall untuk menunjukkan brand, kemudian kami melakukan inisiasi-inisiasi marketing lain. Contohnya seperti saat ini kita di Nielsen Research menjadi nomor 2 Top of Mind Awareness untuk brand kopi, sehingga jika orang memikirkan kopi dan mencarinya maka akan terpikir Kopi Kenangan," jelas Edward.

Selain itu Edward berkata, jika sosial media bisa menjadi salah satu cara yang efektif untuk marketing. Namun saat ini dibutuhkan effort yang lebih jika ingin sukses di dalam sosmed.

"Sosial media itu efektif sekali untuk marketing, namun saat ini sudah agak sulit karena banyak kompetitor. Jadi tantangannya saat ini untuk marketing lewat sosial media adalah bagaimana kita bisa stands out dari para kompetitor kita," ujar Edward.

Sementara dari segi permodalan, kata Edward, dana dari luar seperti venture capitalist (VC) dapat mengakselerasi perkembangan bisnis. Ia mengungkap kalau para VC selalu meng-invest sesuatu yang memiliki growth dengan cepat di market yang besar, namun diperlukan juga modal awal sebagai komitmen dari kantong masing-masing.

"Kopi Kenangan dapat membuat VC tertarik karena kita bisa scale up dengan cepat hal itu membuat kami bisa menarik para investor. Namun dulu Kopi Kenangan diawali dengan modal sebesar Rp 150 juta itu pun dari kantong teman-teman founder untuk membuka toko pertama," pungkas Edward.


Sumber :
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4912175/mau-sukses-seperti-kopi-kenangan-ini-resep-dari-ceo-nya

Sunday, February 23, 2020

Tragedi Nol Buku


Audiensi dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) merupakan ajang penting bagi Taufiq Ismail untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya terhadap penelitian membaca buku.

Tragedi nol buku dia menyebutnya, yang berarti sebuah ungkapan atau gambaran keprihatinan seorang sastrawan terhadap budaya bangsa Indonesia. Hasil penelitian Taufiq Ismail menunjukkan bahwa siswa SMA Indonesia tidak wajib membaca buku sastra sama sekali, yang dapat kita lihat minimnya pengetahuan siswa terhadap sastra.

Lingkup pelajaran Bahasa Indonesia hanya mengarang, menulis, dan menguasai EYD atau PUEBI. Sastra seolah dianggap tidak penting dan dikucilkan. Ini tentunya sangat membuat beliau prihatin. Membaca pun hanya menjadi sekedar ajakan atau himbauan, bukan sebuah kewajiban.

Dapat dilihat dari studi minat membaca di 65 negara, Indonesia menempati posisi ke-57, masih kalah dengan Thailand yang nyatanya menempati posisi ke-50. Selain itu, negara Jepang yang yang kita tahu merupakan negara maju dalam teknologi menempati posisi ke-8.

Dapat kita katakan ini merupakan musibah. Musibah seperti bencana alam dapat menghancurkan sebuah daerah atau bahkan negara, tetapi tragedi nol buku ini dapat menghancurkan mentalitas dan dimensi karakter bangsa. Seharusnya, kekhawatiran negara terhadap tragedi ini harus sama dengan penyebaran narkoba yang semakin membesar.

Mengapa seperti itu?

Kita sering mendengar kalimat “Buku Adalah Jendela Dunia”. Banyak pengertian yang dapat kita ambil dari kalimat ini. Semakin banyak kita membaca buku, semakin kita dapat melihat dunia, atau bahkan mengubahnya. Hanya dengan membaca buku juga, pengetahuan kita akan makin bertambah, dan negara kita pun bisa berubah menjadi negara maju.

Tragedi nol buku ini memang sangat disayangkan. Padahal, disediakannya perpustakaan di setiap sekolah dan daerah gunanya untuk membuat siswa rajin membaca, menghindari miskin ilmu dan terus menambah wawasan dari bidang apapun.

Selain itu, alangkah lebih baik negara pun ikut membantu dalam program membaca untuk siswa Indonesia. Kita menyadari bahwa buku merupakan salah satu pilar penting dalam membangun karakter bangsa, karena bukan sekadar memberikan ilmu pengetahuan, namun juga dapat membentuk cara berpikir, bertutur kata yang baik dan sopan, serta berbuat atau membentuk budi pekerti yang baik.

Ya, buku memiliki andil yang sangat besar dalam melahirkan generasi bangsa yang bermoral.


Sumber :
https://www.pintarnesia.com/contoh-essay-lengkap/


Sumber foto :
https://nasher-news.com/sudan-old-books-eroded-by-time/

Sunday, February 16, 2020

Why You Should Always Teach What You Learn

Explanation Effect: Why You Should Always Teach What You Learn

I don’t know what I think until I write it down.” ― Joan Didion


It is peculiar irony in life that the fastest and best way to learn something is to give it to others as soon as you learn it — not to hog it yourself.

Knowledge wants to be free. To rest in other people’s minds. To connect to other knowledge. It’s an innately social organism.

Therefore, teaching is knowledge’s oxygen.
In teaching what you learn as soon as you learn it, magical things happen before, during, and after:


Not only do you learn faster when you teach others, you:

  • Help others succeed.
  • Build deeper relationships with others.
  • Build a reputation as someone who is smart and who is a giver.
  • Become a better teacher.
  • Get paid (if you’re a teacher, coach, consultant, or writer).


How The Explanation Effect Helps You Learn Faster

“While we teach, we learn.” — Seneca

Learning is NOT just about taking in information. In my experience coaching hundreds of people on learning how to learn, almost no one has a system for processing information. It’s almost as if people just expect the learning to happen automatically after they read a book, listen to a podcast, watch a lecture, or have a life experience. Looking at text and expecting to learn is not far off from looking at food and expecting to get its nutrients. We need to digest our life experiences just like we digest our food.

Without some form of active processing, like teaching, almost everything we read is lost within weeks.

In my experience, teaching others what you learn is also more fun and easy to stick to
So what’s the simplest way to get started?


Starting A Daily Learning Journal Will Change Your Life

“No one learns as much about a subject as one who is forced to teach it.”
― Peter Drucker

In a Harvard study, “employees who spent the last 15 minutes of each day of their training period writing and reflecting on what they had learned did 23% better in the final training test than other employees.” Imagine spending 8 hours in a training, then spending 15 minutes reflecting on what you learned. Amazingly, those 15 minutes are only 1/33 of the total time but drive 20% of the learning gain.

Now, imagine what would happen if you spent 15 minutes per day every day reflecting on the lessons you’ve learned and sharing it with others?

I can tell you the answer…

Learning 20% more per day and having that compound over years is life-changing.

Because of the Explanation Effect, I started spending one hour per day reflecting on my learning in college, and I never stopped. I personally attribute this habit to peace of mind, faster learning, and helping me kickstart my career as a writer and teacher.
Recently, I created a Facebook Group called the Daily Learning Journal to help others start this habit too. Here’s how it works…

  • You share your lesson learned. (At least once a week. Try it daily.)
  • You tag your posts by topic. (This way, you and other members can read lessons by the topics you’re most interested in.)
  • Read and comment on other people’s lessons. (So, you can learn, but also so you can find kindred spirits who are learning similar things.)

Reader note: The learning pyramid at the top of this article is not officially backed by research. It really rings true for me and many others, so I decided to include it. For an article where I went deep into the research, read Memory & Learning Breakthrough: It Turns Out That The Ancients Were Right.


Sumber :
https://medium.com/accelerated-intelligence/explanation-effect-why-you-should-always-teach-what-you-learn-9800983a0ea1

Tuesday, February 11, 2020

Mengenal Profesi Paling Dicari Versi Nadiem dan Kisaran Gajinya

Nadiem Makarim belum lama ini menyebutkan, lima pekerjaan atau profesi paling dicari di Indonesia saat ini. Lima profesi tersebut banyak kita temui di berbagai bidang industri.

Bahkan, mantan Bos Gojek itu menyebut mereka yang menggeluti bidang profesi itu tidak akan sulit mendapatkan pekerjaan di manapun, terlebih di industri yang serba digital ini. Mereka adalah analyst, researcher, UX designer, product manager, dan software engineer.

Segala jenis industri, yang mulai beralih ke digital dalam proses produksinya pasti membutuhkan kelima posisi tersebut. Tanpa kelimanya, bisnis bisa-bisa mandek karena gagal beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Mungkin beberapa di antara kamu masih awam dengan profesi itu, supaya lebih jelas yuk kenali tugas dan tanggung jawab lima profesi paling dicari ini:

1. Analyst (analis)
Analis merupakan seorang yang memiliki tugas untuk me-review data-data dan menerjemahkannya ke dalam sebuah informasi yang dibutuhkan.

Di setiap bidang profesional memiliki analis masing-masing. Misalnya, analis keuangan, analis media, analis kebijakan, dan masih banyak lagi.

Data yang telah diterjemahkan itu kemudian digunakan untuk mengevaluasi kebijakan atau membuat sebuah kebijakan baru di dalam perusahaan.

Kalau melihat tugasnya ini, pantas saja posisi ini masuk ke dalam profesi paling dicari versi Nadiem Makarim. Terlebih sekarang eranya digital, arus pertukaran data dari berbagai belahan dunia sangatlah mudah, tinggal butuh saja untuk melihatnya secara utuh.

Gaji seorang analyst pun beragam, tergantung dari industrinya dan masa kerja. Rata-rata Rp 8-20 jutaan. Tapi ada juga yang memberikan gaji hingga Rp 40 juta terutama di industri pertambangan.

2. Researcher (peneliti)
Dunia terus mengalami perkembangan yang pesat, setiap harinya ada aja hal-hal baru yang diperkenalkan dari berbagai bidang. Misalnya ada pengenalan teknologi ponsel pintar terbaru, pengenalan obat-obatan terbaru, dan masih banyak lagi.

Penemuan terbaru tersebut tidak akan berhasil tanpa adanya peran dari peneliti. Peneliti memiliki tugas untuk mengumpulkan data, mengorganisirnya, menganalisa, dan memprediksi trend ke depannya.

Gaji researcher berkisar antara Rp 4 juta hingga Rp 20 jutaan.

3. UX Designer 
Kini era digital telah merajalela. Semua industri berlomba-lomba untuk mentransformasikan bisnis mereka dari konvensional ke online. Sayangnya, proses migrasi tersebut tidak akan berhasil tanpa adanya peran dari UX Designer.

UX Designer merupakan posisi yang vital di dalam industri digital saat ini. Mereka memiliki peran dan tanggung jawab memastikan setiap kanal digital perusahaan, seperti website atau aplikasi, sangat ramah pengunjung.

Hal itu bisa diukur dengan indikator desainnya, tampilan warna, kemudahan aksesnya, fitur-fitur di dalam web atau aplikasi itu sendiri, dan masih banyak lagi.

Untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh pengunjung dibutuhkan riset-riset tentang pengalaman pengunjung saat mengunjungi sebuah web atau aplikasi . UX Designer biasanya bekerja sama dengan tim dari Product Manager dan Tech untuk merealisasikannya.

Setelah didapat datanya, baru mereka mulai merancang tampilan dari website itu disesuaikan dengan data tentang pengalaman pengunjung tadi.

Rata-rata gajinya mulai dari Rp 9 juta hingga Rp 28 juta. Semakin senior tentu semakin tinggi gajinya.

4. Product Manager
Nah, profesi paling dicari selanjutnya adalah Product Manager. Posisi ini memiliki peran yang sangat vital bagi pengembangan produk sebuah bisnis. Salah satu tugas mereka adalah memikirkan kira-kira produk seperti apa yang bakal disukai oleh konsumen.

Biasanya posisi ini ada di perusahaan-perusahaan teknologi. Mereka selalu bekerja mengembangkan website maupun produk digital agar disukai pengguna.

Untuk mengetahui produk seperti apa yang disukai oleh masyarakat, mereka harus bekerja sama dengan tim peneliti dan tim UX lalu memutuskan langkah selanjutnya demi pengembangan produk.

Gaji rata-rata per bulan mulai dari Rp 5 juta untuk yang level junior atau fresh graduate, sampai Rp 50 juta untuk posisi senior.

5. Software Engineer
Yang terakhir adalah posisi Software Engineer. Posisi ini biasanya diisi oleh tenaga kerja jebolan jurusan IT. Mereka memiliki peran melakukan pengembangan, pengujian, dan evaluasi terhadap sebuah perangkat lunak komputer.

Sehari-harinya, mereka berkutat dengan bahasa-bahasa pemrograman seperti Python, C++, dan Java. Tanpa software engineer, kegiatan bisnis yang melibatkan pemrograman komputer bakalan kesulitan.

Gaji software engineer berkisar dari Rp 6 juta untuk junior, dan Rp 30 jutaan untuk yang senior.

Itulah lima profesi paling dicari versi Nadiem Makarim, yang disebutnya sebagai pekerjaan yang paling hot saat ini. Buat kamu yang sudah terjun ke pekerjaan ini, patut berbangga hati.

Sementara yang belum bekerja, segera persiapkan diri sedari kuliah dengan mengambil jurusan-jurusan yang berhubungan profesi tersebut.


Sumber :
https://lifepal.co.id/media/profesi-paling-dicarai/

Monday, February 10, 2020

BISNIS ANAK MUDA


Kemarin saya memberikan pembinaan untuk mitra-mitra. Ya, rutin. Mereka datang dari berbagai kota. Prinsip saya adalah BSD alias Bina Sampai Dahsyat. Di pembinaan, sedikit-banyak saya menyinggung soal distribusi.

Pengalaman saya, memahami alur distribusi dengan seksama bisa menghadirkan satu bisnis tersendiri.

Ketika memulai bisnis, sebagian orang muda suka berpikir aneh-aneh. Katanya nyari ide. Terus, menimbang-nimbang ide. Dipikirnya beras kali ya, ditimbang-timbang segala, hehehe. Padahal waktu yang habis itu jauuuh lebih mahal. Apalagi kita sepakat bahwa waktu lebih mahal daripada uang.

Okelah, nyari ide. Tapi sambil nyari ide, akan lebih baik kalau Anda bisa menghasilkan uang detik ini juga. Bukankah orang muda itu biasanya lebih bersegera dalam action? Mikir sih boleh, tapi jangan kebanyakan mikir. Sekiranya Anda setuju, silakan baca tulisan sampai selesai.

Salah satu pintu rezeki yang sudah dibuka dan dibuktikan oleh jutaan orang, adalah menjadi reseller. Atau agent. Atau distributor. Atau sejenisnya. Ya, Anda bisa menjadi orang tengah, menjualkan produk orang lain. Kata kunci di sini adalah distribusi.

Jangan salah, showroom dan dealer mobil itu juga semacam agent. Konter resmi iPhone dan Samsung itu juga semacam agent. Orang tengah, istilah lainnya. Dan ini bagian dari distribusi. Tetap bergengsi tho?

Menjadi reseller, agent, atau sejenisnya, ini sangat bagus. Kenapa? Karena sebagai orang muda yang nggak sabaran, Anda tidak perlu pusing sama produksi yang identik dengan mutu dan kepuasan. Apalagi produksi itu memerlukan cost yang lumayan dan pengalaman.

Saran saya, sebagai reseller, carilah produk yang bisa menghasilkan margin yang lumayan. Kalau margin-nya cuma 5%, begitu segelintir barang tidak terjual, otomatis itu akan ¡®merampok¡¯ profit Anda seluruhnya.

Yah, boleh-boleh saja Anda menjual produk yang margin-nya 5% tapi Anda harus tahu dulu ke mana menjualnya dan seberapa banyak. Antisipasi ini sejak awal. Sehingga resiko Anda mengecil.

Jadi agent? Itu lebih baik lagi. Karena kemungkinan potensi marginnya akan jauh lebih besar. Pada akhirnya, happy selling. Semoga berkah berlimpah.

Sekian dari saya,

Ippho Santosa.

Sunday, February 9, 2020

BUKAN UANG Yang Paling Mereka Harapkan

Mungkinkah bisnis kita bisa BESAR tanpa ridha dari orangtua?

Mungkinkah tim kita bisa BANYAK tanpa ridha dari orangtua?

Mungkinkah impian kita bisa TERCAPAI tanpa ridha dari orangtua?

Mungkinkah hidup kita bisa BAHAGIA tanpa ridha dari orangtua?

Sepertinya sangat sangat sulit.

Ingat, membahagiakan orangtua bukan saja amal ibadah, tapi juga mengundang kebahagiaan, kemudahan, dan rezeki pada hidup kita. Ini jangan dianggap wacana. Hei, ini sesuatu yang nyata!

Membahagiakan orangtua terutama ibu bukan sekedar ucapan. Yah boleh-boleh saja, tapi bukan itu yang utama. Bagaimana kita memuliakan dan membahagiakan mereka setiap harinya, itu jauh lebih utama.

Tanyalah ibu manapun, pastilah mereka senang teramat sangat kalau anaknya nggak neko-neko, anaknya selalu perhatian, anaknya selalu sholat (bagi yang muslim), dan seumpamanya.

Percayalah, BUKAN uang yang paling mereka harapkan. Coba lihat di luar sana, betapa banyak anak yang miskin namun berhasil memuliakan dan membahagiakan ibunya, karena memang si anak ini penuh perhatian.

Ia mengalokasikan waktu untuk ibunya. Makan bareng. Jalan bareng. Ketika jauh, ia pun sering menelepon atau WA ibunya. Coba baca kalimat tadi baik-baik. Apa susahnya? Nggak susah kan? Nggak harus pakai uang kan?

Tentu, kalau pakai waktu DAN uang, ini jauh lebih baik. Misalnya, liburan bareng. Atau umrah bareng. Sempatkan 5 detik untuk share artikel ini kepada teman-teman dan keluarga anda. Mengingatkan mereka.

Terhadap atasan atau orang asing, kita sering mengucapkan, ¡°Pak, ada yang bisa saya bantu?¡± Pernahkah kita mengucapkan ini kepada ibu? Kalau terhadap atasan atau orang asing saja kita bisa santun, mestinya kepada ibu kita bisa lebih daripada itu. Lebih!

Jangan sampai orangtua keburu meninggal dan kita menjadi anak yang menyesal. Kelak, anak kita pun ikut-ikutan lalai dan abai kepada kita, karena mereka jarang-jarang melihat contoh berbakti dari kita.

Sekiranya kita beda pendapat dengan ibu (misal, kita ingin berbisnis, sementara ibu ingin kita tetap bekerja) maka sampaikan pendapat kita dengan sikap yang baik dan waktu yang tepat. Jangan frontal.

Pada akhirnya, jadilah family figher. Semoga kita semua dimampukan untuk memuliakan dan membahagiakan ibu kita.

Saya, Ippho Santosa, turut mendoakan.

Aamiin.

Related Posts