Thursday, November 28, 2019

Interconnected


Jadilah mukmin.
Jadilah rahmatan lil alamin.

Dan jadikan ini gaya hidup.

Sebenarnya, gaya hidup 'rahmatan' adalah gaya hidup yang diimpi-impikan oleh kebanyakan orang.

Kenapa?

Yah, karena di dalamnya terdapat asas kebermanfaatan, kebersamaan, dan keadilan.

Jujur, ini sangat langka. Tapi kalau kita bisa menjadi seperti itu, yah kita akan dicari-cari orang. Diimpikan banyak orang. Betul apa betul?

Termasuk dalam muamalah (kerjasama bisnis). Harus ada gaya hidup 'rahmatan lil alamin' di sana. Bukankah Nabi menganjurkan kebermanfaatan dan keadilan dalam muamalah? Tentu ini kita harapkan terjadi di semua sektor, bukan di sektor tertentu saja.

Di rumah makan Padang misalnya, kita berharap ada gaya hidup 'rahmatan' ini. Maksudnya, ada keadilan dan kejelasan pada harga. Makanan? Relatif sehat. Dan itulah yang seharusnya. Jadi, yang namanya 'rahmatan' BUKAN pada bisnis-bisnis yang berlabel agama saja, seperti travel umrah dan distributor jilbab.

Melainkan pada SEMUA bisnis.

Terus, bagaimana dengan kebersamaan atau sering disebut dengan sinergi?

Sepenting apa?

Bagi saya sinergi adalah saling percaya, saling saling membantu, dan saling mendoakan. Ini semacam keterkaitan satu sama lain. Interconnected.

Terus, seperti apa contoh konkritnya?

Begini. Saat kita membantu seseorang, jangan berharap orang itu langsung membantu kita sebagai timbal-baliknya. Nggak harus begitu. Sebagai mukmin kita percaya sepenuhnya bahwa Allah itu maha membalas.

Right?

Kalau mau bantu yah bantu saja. Soal timbal-balik atau balasan, kita serahkan ke Allah.

Bantu orang lain, maka Allah akan membantu kita. Muliakan orang lain, maka Allah akan memuliakan kita. Doakan orang lain, maka Allah akan mengabulkan doa kita. Donorkan darah ke orang lain, maka Allah akan menyehatkan darah kita.

Inilah bagian dari gaya hidup 'rahmatan'.

Masih soal bisnis. Bagaimana dengan harga? Jangan over-price bagi konsumen. Bagi mitra-mitra, yah diuntungkan secara adil dan merata.

Kalau produk? Usahakan benar-benar bermanfaat. Jangan bikin orang konsumtif (fashion misalnya). Seperlunya saja. Jangan juga mengundang kolestrol dan asam urat (misalnya kalau kita jual makanan).

Begitulah kurang-lebih.

Dan kalau ini diterapkan, sungguh-sungguh diterapkan, mudah-mudahan kita pelan-pelan menuju gaya hidup 'rahmatan lil alamin'.

Aamiin.


Sumber foto :
https://medium.com/@YJProfessionals/finding-good-in-an-interconnected-society-c77eeeda5fc8

Tuesday, November 26, 2019

Internet adalah Now Market dan Next Market

Internet dan gadget adalah kekuatan yang sangat dahsyat. Termasuk dalam bisnis.

Sayangnya, sebagian besar UKM kita kurang melek soal internet. Padahal internet adalah now market dan next market. Maksudnya? Saat ini, sangat besar. Ke depannya, jauh lebih besar.

Terus, sampai kapan kita cuma diam jadi penonton? Saran saya, jadilah pemain. Jadilah pelaku. Dengan internet, kita tidak perlu lagi menyewa ruko atau buka stand. Tidak perlu lagi memasang spanduk, flyer, dan iklan koran.

Hemat tho? Sangat hemat. Cukuplah kita mengoptimasi Facebook, Instagram, Whatsapp, dan Blogspot, sehingga otomatis bisnis kita muncul di mana-mana ketika konsumen mencari. Saya harap teman-teman semua siap dan terbiasa dengan itu.

Mitra-mitra saya alhamdulillah sudah terbiasa dengan itu semua. Misalnya, ganti profile picture, terus dapat closingan. Update WA story, terus dapat closingan. Posting di IG, terus dapat closingan. Simple tapi sangat ngefek.

Alhamdulillah, mereka sudah terbiasa. Karena memang sudah di-training dan dikondisikan setiap harinya. Bukan asal update. Bagi teman-teman yang belum paham, saran saya, cobalah belajar. Atau bergabung di komunitas di tepat.

Zaman sekarang, percayalah, nyari rupiah itu relatif mudah dan nggak harus keluar rumah. Salah satu caranya, pandai-pandailah kita memanfaatkan internet dan gadget. Simple banget. Bisa insya Allah, asalkan kita mau membuka mindset dan memantaskan diri.

Siap?

Wednesday, November 13, 2019

Jenis Bisnis Konsultan

10 Jenis Bisnis Konsultan Paling Populer

November 13th, 2013
Sumber: Google

Menurut kamus, kata consultant berarti "ahli dibidang tertentu yang menjadi penasihat kepada sebuah perusahaan atau individu", sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Konsultan artinya "ahli yang tugasnya memberi petunjuk, pertimbangan, atau nasihat dl suatu kegiatan (penelitian, dagang, dsb); penasihat ."

Bisnis konsultan mulai populer di Indonesia sejak tahun 1990an. Bahkan pada beberapa tahun terakhir, bidang bisnis konsultasi mulai bertambah dengan munculnya berbagai kebutuhan yang baru. Seperti yang diungkapkan di atas, bidang usaha konsultan adalah memberi nasihat, tidak kurang dan tidak lebih. Sepertinya sederhana, namun bukanlah hal mudah membangun sebuah firma atau perusahaan konsultan yang berhasil.

Yang membedakan konsultan yang bagus dan buruk menurut Entrepreneur.com adalah passion dan mengejar keunggulan. Selain itu, tentunya ahli dibidangnya. Beberapa hal yang harus Anda pertimbangkan sebelum terjun dalam bisnis konsultan adalah :


- Apakah perlu sertifikasi atau ijin tertentu dibidang tersebut? Hal ini tergantung profesi Anda, Anda mungkin butuh sertifikasi khusus atau ijin sebelum bisa memulai usaha konsultan. Sebagai contoh untuk konsultan bidang pembangunan atau real estate dan juga keuangan serta pajak.

- Apakah saya memiliki kualifikasi untuk menjadi konsultan? Sebelum Anda berharap ada klien yang mau membayar Anda, pastikan Anda memiliki kualifikasi yang cukup baik.

- Apakah saya cukup terorganisir untuk menjadi seorang konsultan? Apakah Anda suka merencakan hari-hari Anda? Apakah Anda sangat baik dalam managemen waktu? Jika jawabannya ya, maka Anda dapat terus melangkah.

Apakah saya suka membangun jaringan? Jaringan adalah hal penting dalam kesuksesan bisnis konsultasi hari ini.

- Apakah saya memiliki target jangka panjang dan jangka pendek? Jika target  tidak sesuai dengan waktu dan energi yang Anda miliki, maka pertimbangkan kembali arah usaha Anda.

Saat ini ada banyak jenis bisnis konsultan, namun berikut ini adalah yang paling populer

1. Akunting : Hampir semua usaha membutuhkannya, tidak peduli seberapa besar atau kecilnya usaha tersebut.

2. Advertising/periklanan : tipe bisnis ini biasanya dibutuhkan untuk mengembangkan strategi kampanye iklan.

3. Auditor : Konsultan yang mengaudit berbagai bidang dalam bisnis, mulai yang umum hingga spesifik.

4. Konseling Karir : Dengan semakin besarnya angkatan kerja yang tidak sebanding dengan lapangan kerja yang tersedia, banyak orang membutuhkan bimbingan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dan mereka inginkan baik dari pekerja maupun perusahaan pemberi kerja.

5. Konsultan Bisnis : Jika Anda memiliki indra bisnis yang bagus, maka Anda bisa terjun dalam bidang ini. Kebanyakan mereka dibutuhkan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan atau dalam memulai usaha disuatu bidang.

6. Konsultan komputer : Mulai dari software hingga hardware, hal ini sangat dibutuhkan dalam dunia usaha saat ini. Bisa dipastikan bidang ini sedang meroket di beberapa tahun terakhir.

7. Writing & Editorial Servise : Mulai memberikan pelatihan penulisan hingga menghasilkan newsletter hingga laporan tahunan perusahaan. Mereka yang ahli dibidang ini selalu dibutuhkan.

8. Human Resources Developmen/Sumber Daya Manusia : Konsultan dibidang HRD salah satu bidang yang selalu dibutuhkan perusahaan, namun saat ini pesaingnya pun sangat banyak. Anda harus memiliki nilai tambah yang membuat perusahaan konsultan Anda dilirik oleh klien.

9. Pajak : Konsultan pajak memberikan arahan agar perusahaan  menjalankan usaha secara legal dengan pembayaran pajak seefektif mungkin. Dengan banyaknya kasus pajak saat ini, konsultan pajak selalu dibutuhkan.

10. Public Relation : Mendapatkan liputan media untuk sebuah perusahaan dengan cara yang ideal adalah sebuah seni. Ketika perusahaan mendapatkan konsultan PR yang baik, maka dipastikan branding dan marketing perusahaan tersebut bisa semakin baik.


Sumber :
https://www.jawaban.com/read/article/id/2013/11/13/11/131113113820/10_jenis_bisnis_konsultan_paling_populer

Tuesday, November 12, 2019

Asosiasi Jasa Konsultan

Berbagai Jasa Konsultan dan Asosiasi yang Bisa Diikuti

November 12th, 2013

Menurut wikipedia, konsultan adalah seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa penasihatan dalam bidang keahlian tertentu, misalnya akuntansi, pajak, lingkungan, biologi, hukum, dan lain-lain. Perbedaan konsultan dengan ahli biasa yaitu sang konsultan bukan merupakan pegawai perusahaan melainkan seseorang yang menjalankan usahanya sendiri atau bekerja di bawah perusahaan khusus kepenasihatan.

Sebagai penyedia jasa konsultan, tergabung dalam berbagai organisasi khusus sangatlah penting seperti tergabung dalam Inkindo (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia). Selain itu bisa juga tergabung dalam organisasi konsultan bidang khusus. Misalnya saja untuk konsultan pajak, bisa tergabung dalam IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) dan lain sebagainya.

Pertanyaannya, bidang konsultan apa yang ingin kita geluti atau kita kuasai? Berikut ini ada beberapa pilihan bidang konsultan yang sering / umum terdapat di Indonesia beserta asosiasi yang mewadahi konsultan tersebut yaitu :


Konsultan Pajak                  - IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia)

Konsultan Akuntansi            - IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)

Konsultan Politik                 - AKPI (Asosiasi Konsultan Politik Indonesia)

Konsultan Hukum                - AKHI (Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia)

Konsultan Hukum Pasar Modal – HKHPM (Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal)

Konsultan Keuangan            - AKAI (Asosiasi Konsultan Aktuaria Indonesia)

Konsultan Manajemen          - AMA (Asosiasi Manajemen Indonesia)

Konsultan Konstruksi           - Perkindo (Persatuan Konsultan Indonesia)

Konsultan Pendidikan           - AKPI (Asosiasi Konsultan Pendidikan Indonesia) dan IKPII (Ikatan Konsultan Pendidikan International Indonesia)


Kesemua konsultan tersebut ahli di bidangnya masing-masing dan masih banyak yang lainnya yang bergerak di bidang konsultan.


Sumber :
https://www.jawaban.com/read/article/id/2013/11/12/82/131112141209/Berbagai-Jasa-Konsultan-dan-Asosiasi-yang-Bisa-Diikuti.html

Tuesday, November 5, 2019

Kill Your Productivity

5 Mental Mistakes That Kill Your Productivity


Alice Boyes
November 04, 2019

If you’re sometimes frustrated about how little you accomplish during your work day, you’re not alone. Research indicates that only 26% of people often leave the office having accomplished the tasks they set out to do.

It’s common to feel as if you’ve been busy but haven’t done anything important. Of course, life isn’t about being a productivity robot in which every second is optimized. But most of us do want to feel well-organized and efficient in pursuing key goals and solving critical problems.

A good first step is to understand the mental mistakes that typically prevent us from focusing on and finishing meaningful work.  Here are five common ones:

1. You overestimate how much focused time you have in a typical day.
Long-term creative projects, strategic thinking, and skill- and relationship-building require big blocks of concentrated attention. It’s easy to optimistically think you’ve got all day, or even several hours, for that type of work and subsequently plan your priorities based on that assumption. However, for many of us, meetings, email, Slack, phone calls, and “quick questions” take up a considerable portion of our time in the office. Aggregated data from the time-tracking app RescueTime suggests that people have as little as one hour and 12 minutes of uninterrupted time in their day.

If you acknowledge the limited time you’ll have for focused work, you can more ruthlessly select your absolute top priority and protect yourself from distractions for certain periods. When you do have 60 to 90 minutes available, try to focus on your bigger-picture goals (as tempting as it might be to focus on more time-sensitive routine work). Remember, too, that even those complex and important projects usually have some admin tasks associated with them (e.g., hunting down a reference when writing a book) that don’t require as much focus or creativity. As a workaround for having limited time for the harder work, identify those to-dos and slot them into that spare 15 minutes you have between meetings or those longer free periods during which you suspect there will be interruptions.

2. You overlook proven, sustainable methods that seem too boring or too simple.
If you consume a lot of productivity self-help material, you’re probably familiar with many core concepts from cognitive-behavioral psychology. For instance, if you form “implementation intentions” you’re more likely to follow through. This involves planning when and where you’ll do a task and how you’ll overcome obstacles you’ll encounter. Likewise, you might’ve previously read about how shrinking the number of decisions you make in a day will reduce your mental fatigue and improve your willpower. And, you might know that when you make any task easier, for example by ensuring you have the needed materials on hand, you’re more likely to begin. However, once we’ve heard these principles, we often write them off as “old news” even when we haven’t fully implemented them or tried them at all.

For each of your important projects, have your next action defined and everything you need to complete it handy and ready to go. For instance, if you want to video yourself rehearsing a big speech, set up the space you plan to use, do a test recording for a minute, and make sure you have enough free space on your recording device. If you remove these types of practical barriers to getting started, they won’t eat into your focused time.

If you like to see yourself as a special or unique individual, you might find that simple solutions don’t sit well with that, since you don’t like to see yourself as being like everyone else. This is a trap. Make sure you’re employing boring, but easy and proven-to-work, strategies in all the ways you could be. Get better at creatively applying simple ideas rather than searching for complex ones.

3. You think about change in an all-or-nothing way.
We often suspect that a certain habit change would help our productivity but feel psychologically resistant to doing it. For instance, you might believe that getting more sleep would help your productivity but you’re a night owl and bristle at advice about going to bed early. Instead of perseverating on what you feel resistant to, look for changes you’re willing to make that don’t feel like a big deal. Automating your house lights to dim (or turn red), using blue light filters on your devices, or spending the last 30 minutes of your work day planning the following day (creating a transition), might help you effortlessly shift the time you want to go to sleep 10-15 minutes earlier. However, if you think you have to make a two-hour change to your bedtime or nothing, or you’re only focused on the fact you don’t want to give up sleeping with your phone, you won’t make any changes at all. Collect the easy wins that don’t trigger your psychological resistance. When you successfully make a low-key change, your willingness to make other changes will probably naturally expand.

4. You forget how to do recurrent but infrequent tasks.
If you do a task daily, you likely have an efficient process for getting it done. If you do it once or a few times a year, you might not. In The Healthy Mind Toolkit, I wrote about how every time I needed to clean my printer drum, I would spend at least 10 minutes finding the instructions online for how to do it. Now I have those instructions saved in an email to myself under the subject line “how to clean printer drum” so I no longer have to go through all the steps of finding my printer’s model number and Googling it.

After you’ve finished any process that you’ll need to repeat in the future, write yourself instructions for the most efficient way to do it and save those in an easily searchable place.

5. You underestimate the costs of small time/energy leaks.
Spending a little bit of time most days on your important but not urgent big-picture projects and/or improving your skills is often enough to dramatically enhance your overall outcomes compared with spending no time. On the flip side, small time and energy leaks can have a bigger negative impact than people perceive. That ten minutes you spend searching for keys or responding to an email that didn’t need an immediate reply, is inconsequential in and of itself. However, many of these instances can disrupt your flow, reinforce a negative sense of identity, and generally sap your energy. When you create systems (e.g., reducing unnecessary decisions, streamlining and simplifying tasks, batching, automating, outsourcing, or using checklists) that address small time/energy leaks, you’ll experience mental clarity benefits from doing so that far outstrip the time savings.

While the tips in this article won’t solve all your productivity problems, they can give you a better shot at getting the most important things done.


Sumber :
https://hbr.org/2019/11/5-mental-mistakes-that-kill-your-productivity

Related Posts