Thursday, September 24, 2020

Eric Yuan

Selama pandemi Covid-19, Zoom menjadi aplikasi yang jamak digunakan. Aplikasi video conference ini menjadi andalan untuk memfasilitasi pekerjaan atau kegiatan belajar mengajar. 

Adalah Eric Yuan, CEO sekaligus otak di balik hadirnya Zoom. Pria yang kini berusia 50 tahun ini memegang sekitar 22 persen saham Zoom, perusahaan yang ia dirikan. Yuan lahir dan dibesarkan di wilayah Provinsi Shandong, China. 

Ia merupakan lulusan dari Universitas Shandong. Di sana, ia banyak mempelajari matematika dan ilmu komputer. Sejak muda, Yuan selalu terkendala dengan jarak. Semasa muda, ia harus naik kereta selama 10 jam untuk menemui kekasihnya. 

Kendala jarak ini tak hanya dialami saat menjalin percintaan. Kendala ini justru membuat Yuan semakin tekun dan berbuah manis seperti sekarang. Yuan punya ambisi, ia ingin bekerja di Silicon Valley. 

Namun, ia terkendala permohonan visa untuk dapat bekerja di sana. Butuh waktu hampir dua tahun dan sembilan kali permohonan agar ia bisa masuk ke Amerika Serikat. 

Ia kemudian diterima dan bekerja di Webex. Pada akhir 1990-an, teknologi semakin berkembang pesat dan teknologi video conference yang awalnya hanya ada di cerita fiksi sains, semakin menjadi kenyataan. 

Webex adalah salah satu perysahaan yang bergerak di bidang tersebut. Yuan menjadi salah satu dari 10 insinyur yang bergabung dengan Webex pada tahun 1997. Satu dekade kemudian, Webex Diakuisisi Cisco dan Eric Yuan menjadi salah satu wakil presiden di sana dan mengelola lebih dari 800 pegawai. 

Di sinilah Yuan menemukan jalannya untuk membangun Zoom sampai sekarang. Pengaruh iPhone Pada 2007 silam, saat Cisco mengakuisisi Webex, Apple untuk pertama kalinya memperkenalkan iPhone. 

Yuan, dengan jeli melihat bahwa lahirnya iPhone akan menjadi sebuah peluang besar. Ia meyakini bahwa perusahaan, akan membutuhkan sebuah produk atau aplikasi yang dapat berfungsi di dalam sebuah ponsel, bukan hanya PC. 

Ditolak para petinggi Cisco Ia kemudian memaparkan pendapatnya kepada para pimpinan Cisco. Alih-alih dukungan, idenya malah ditolak oleh para petinggi Cisco. Para pemimpin tidak setuju dan pada tahun 2011, Yuan memutuskan untuk pergi dan mulai membangun Zoom. 

Ia tidak sendiri. Yuan membawa satu gerbong ahli dari perusahaan sebelumnya untuk mulai mendirikan Zoom. Yuan memilih wilayah San Jose, California, Amerika Serikat, sebagai lokasi kantor pusat. Meski demikian, ia juga memiliki tim peneliti dan pengembang di China. 

Usahanya mengembangkan Zoom tidak mudah. Setelah Zoom lahir, ia harus mencari klien yang mau menggunakan aplikasi tersebut. Dengan cara persuasif, ia menghubungi setiap perusahaan yang mulai mempertimbangkan untuk menggunakan Zoom. 

Namun tak jarang usahanya sia-sia. Sebenarnya, nilai jual utama Zoom adalah sifatnya yang "netral". Dia tidak terikat dengan platform tertentu, seperti FaceTime milik Apple, Hangouts milik Google, atau Skype milik Microsoft. 

Bahkan, siapa pun bisa menggunakan Zoom meski ia tak memiliki akun. Cukup dengan mengklik tautan yang diberikan oleh "host", semua orang dapat bergabung dalam sebuah video conference. Belakangan, nilai jual ini justru menjadi bumerang bagi Zoom. 

Banyak orang yang tak dikenal dapat masuk dengan leluasa dan mengganggu jalannya rapat. Gangguan tersebut kemudian dikenal dengan istilah "Zoombombing". 

Popularitas Zoom yang kian meroket Dirangkum KompasTekno dari Bloomberg, Senin (15/6/2020), popularitas Zoom mulai menanjak saat pandemi Covid-19. Meski tak sedikit pihak yang menentang penggunaan Zoom karena dinilai tidak aman. 

Zoom terus berupaya memperbaiki sisi keamanannnya. Baru-baru ini, Zoom menambahkan fitur enkripsi keamanan di platform-nya. Namun, fitur keamanan enkripsi end-to-end di layanan konferensi video, Zoom hanya akan diberikan bagi pengguna Premium atau yang pelanggan yang membayar saja. 

Zoom membatasi ketersediaan standar keamanan tersebut hanya untuk pelanggan berbayar, dengan tujuan untuk mencegah penyalahgunaan aplikasi. Eric Yuan pun membeberkan alasan di balik kebijakan tersebut. 

Yuan mengatakan bahwa kebijakan ini didasari dengan keinginan Zoom untuk bekerja sama dengan pihak penegak hukum. "Kami tidak memberikan fitur keamanan itu kepada pengguna gratisan, karena kami ingin bekerja sama dengan FBI dan penegak hukum apabila terdapat penyalahgunaan aplikasi Zoom," kata Yuan dalam sebuah pernyataan. 

Yuan pun mengaku tak pernah mengira Zoom menjadi infrastruktur yang paling dibutuhkan sejak awal pandemi Covid-19 hingga era new normal saat ini. Berdasarkan trafik perusahaannya, pengguna aplikasi Zoom terus meningkat setiap hari. 

Pada Desember 2019, jumlah penggunanya hanya mencapai 10 juta. Kemudian pengguna Zoom semakin meningkat hingga mencapai 200 juta pengguna. Peningkatan yang signifikan itu tidak pernah dibayangkan oleh Yuan. 

Yuan sebelumnya hanya membayangkan aplikasi Zoom sebagai aplikasi konferensi video biasa yang bisa menjadi pilihan dari beberapa aplikasi semacamnya. Karena itu, Yuan mulai tidak cukup tidur, dia hanya bisa tidur selama tiga sampai empat jam setiap harinya. 

Setiap bangun tidur, Yuan langsung melanjutkan kerjanya dan memastikan server Zoom tidak kewalahan karena jumlah penggunanya yang membludak. "Saya tidak pernah berpikir bahwa dalam semalam seluruh dunia akan menggunakan Zoom," kata Yuan.


Sumber:

https://tekno.kompas.com/read/2020/06/15/19530067/kisah-eric-yuan-yang-mendirikan-zoom-setelah-idenya-ditentang-cisco?page=all.

No comments:

Post a Comment

Related Posts