Pada Akhirnya, IPK Hanyalah Angka di Selembar Kertas?
Selain sebagai ukuran kinerja seorang mahasiswa di kampus, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) kerap dianggap sebagai faktor penting saat melamar pekerjaan karena dapat menjadi ukuran kinerja seseorang ketika bekerja. Benarkah? Ternyata tidak juga. Tidak percaya? Berikut ini 6 alasan IPK tinggi bukan segalanya saat bekerja.
1. IPK tidak menjamin pekerjaan
Pandangan umum yang menyatakan bahwa rajin belajar dan IPK tinggi akan menjamin diraihnya pekerjaan impian nyatanya tidak selalu tepat. Tidak semua lulusan dengan IPK tinggi memperoleh pekerjaan seperti impiannya, justru terkadang mereka yang lulus dengan IPK pas-pasan-lah yang meraih pekerjaan impian.
2. Memiliki IPK tinggi tidak menjamin keterampilan berkomunikasi interpersonal yang baik
IPK mungkin menjadi alasan kita mendapat panggilan wawancara, namun bukan pekerjaan. Saat wawancara, kemampuan komunikasi interpersonal-lah yang menjadi penentu. Sayangnya, IPK tidak berkorelasi positif dengan kemampuan komunikasi interpersonal seseorang.
3. IPK tidak menentukan seberapa pintar seseorang
Alasan IPK tinggi bukan segalanya saat bekerja adalah karena bukan kepintaran yang membuat kita mampu menjawab soal ujian (yang menjadi faktor penentu IPK), namun kemampuan mengingat pelajaranlah yang menjadi penentunya. Kenyataan pahitnya, kebanyakan dari kita melupakan 95% apa yang kita pelajari.
4. Mempertahankan IPK tinggi berarti mengorbankan waktu bersosialisasi
Setuju atau tidak, jika kita ingin mendapat IPK tinggi, maka kita perlu rajin belajar, apalagi menjelang ujian. Sayangnya, kondisi ini memaksa kita untuk mengurangi waktu berkumpul bersama teman-teman. Bukankah saat ini networking lebih penting dibandingkan IPK kala melamar kerja.
5. Pengusaha tidak bertanya tentang IPK kita
Bos kita tidak peduli seberapa tinggi IPK kita, melainkan seberapa baik kita di tempat kerja. Tunjukkan padanya apa yang dapat kita kerjakan di atas meja, bukan berapa tinggi IPK yang kita peroleh saat kuliah.
6. Faktor lain di luar IPK
Jangan mengabaikan IPK, tetapi ada banyak hal lain yang sama pentingnya dengan IPK. Jadi, pastikan kita tidak kehilangan mereka hanya karena kita ingin “angka yang baik pada selembar kertas” yang mungkin tidak akan peduli kepada kita setelah 10 tahun.
Sumber :
http://female.kompas.com
Saturday, October 4, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Perubahan pucuk kepemimpinan di Kementerian Keuangan bukan hanya sekadar pergantian orang, tetapi bisa menjadi sinyal perubahan kebijakan ya...
-
Ada lima hal yang menandakan Anda telah bersikap profesional dalam berargumentasi. 1. Hargai perbedaan pendapat Ada banyak orang yang ...
-
Setiap perjalanan pasti memiliki akhirnya, begitu pula dengan tujuan yang kita tetapkan dalam hidup. Namun, akhir dari sebuah perjalanan buk...
-
Dalam teori ekonomi, uang bukan hanya sekadar alat transaksi, tetapi juga memiliki daya ungkit luar biasa yang mampu menggerakkan aktivitas ...
-
Weekend kemarin saya ngumpul sama mitra-mitra saya. Kita ngumpul di Jakarta dan Surabaya, alhamdulillah. Di hadapan mereka saya bicara soal ...
No comments:
Post a Comment