Thursday, December 3, 2015

Victim dan Victor

Sabtu kemarin, leader dengan posisi Platinum di sebuah bisnis jaringan, memberikan testimoni di hadapan leader-leader lainnya "Training #7KeajaibanRezeki selama 2 hari, 3 tahun yang lalu, telah membawa perubahan besar bagi diri saya. Apa-apa yang diajarkan, langsung saya lakukan semuanya. Mulai dari berbakti, berbagi, dll."

Leader yang sangat menghargai leader-leader lainnya ini (walaupun crossline) menekankan tentang pemilihan sikap Victim dan Victor. Apa itu?

Begini. Sebagian orang, ketika masalah terjadi, ia bersikap sebagai korban (Victim), seolah-olah tidak berdaya, dan teraniaya. Bukan hanya itu, ia juga mengeluh dan menyalah-nyalahkan orang lain. Dengan kata lain, ia tidak bertanggung-jawab atas keputusan yang telah ia ambil.

Namun sebagian orang bersikap sebagai pemenang (Victor/Victory). Dia tenang. Tak menyalahkan siapapun. Sebaliknya, ia bertanggung-jawab penuh atas keputusan yang telah ia ambil.

"Aku yang memutuskan untuk berbisnis. Aku yang ingin sukses. Aku yang beroleh untungnya. Tentulah, aku yang harus memastikan ini semua berjalan. Andaikata nggak berjalan, akulah yang bertanggung-jawab, sepenuhnya." Sebuah pemikiran yang memberdayakan. Inilah sikap #SangPemenang.

Terlihat jelas di sini. Keadaan sama, namun respons berbeda, tentulah hasilnya akan turut berbeda. Pasti. Makanya leader itu dan saya menganjurkan, demi hasil yang lebih baik, sebisa-bisanya kita hindari sikap sebagai Victim. Apalagi kita tahu bahwa mengeluh itu melemahkan otak dan tubuh! Apalagi kita tahu bahwa menyalahkan orang lain bukannya mengurangi masalah, melainkan hanya mengurangi teman!

--- dari Ippho Santosa

No comments:

Post a Comment

Related Posts