Suhu Bumi Selama Setahun Terakhir 1,64 Derajat Celsius Lebih Panas: Tanda Bahaya Perubahan Iklim?
Selama setahun terakhir, suhu Bumi telah mencatatkan kenaikan sebesar 1,64 derajat Celsius di atas rata-rata suhu pra-industri. Kenaikan suhu yang tampaknya kecil ini sebenarnya merupakan tanda peringatan serius akan dampak perubahan iklim yang semakin intens. Peningkatan suhu global secara signifikan ini memiliki implikasi yang besar terhadap ekosistem, kehidupan manusia, dan ekonomi global.
Apa penyebab utama dari kenaikan suhu yang drastis ini? Bagaimana dampaknya pada kehidupan sehari-hari dan lingkungan kita? Mari kita ulas lebih dalam.
Suhu Panas yang Pernah Tercatat
Suhu pada Juni 2024 tercatat sebagai suhu terpanas selama 12 bulan terakhir. Data terbaru menyebut, satu tahun terakhir, suhu mencapai 1,5 derajat Celsius lebih tinggi dari rata-rata sebelum era bahan bakar fosil.
Para ilmuwan menemukan bahwa suhu antara Juli 2023 dan Juni 2024 adalah yang tertinggi yang pernah tercatat. Alhasil, ini menciptakan rentang waktu setahun di mana planet Bumi 1,64 derajat Celsius lebih panas daripada di masa pra-industri.
Ditemukan bahwa Juni 2024 lebih panas daripada Juni lainnya yang pernah tercatat dan merupakan bulan ke-12 berturut-turut dengan suhu 1,5 derajat Celsius lebih tinggi dari suhu rata-rata antara tahun 1850 dan 1900.
Dana diambil menggunakan miliaran pengukuran dari satelit, kapal, pesawat, dan stasiun cuaca untuk melacak metrik iklim utama. Hasil tersebut bukanlah keanehan statistik, melainkan "pergeseran besar dan berkelanjutan" dalam iklim.
Penyebab Utama Kenaikan Suhu
Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan suhu global selama beberapa dekade terakhir. Namun, penyebab terbesar adalah aktivitas manusia, terutama emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan kegiatan industri. Gas-gas ini terperangkap di atmosfer dan membentuk lapisan yang mencegah panas dari permukaan Bumi terlepas kembali ke luar angkasa, sehingga menyebabkan suhu meningkat.
Sejak Revolusi Industri, penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batubara telah menyebabkan peningkatan dramatis konsentrasi karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4) di atmosfer. Kedua gas rumah kaca ini dikenal sebagai penyumbang utama pemanasan global. Kenaikan konsentrasi gas rumah kaca membuat Bumi menjadi lebih hangat, memperburuk fenomena pemanasan global yang sudah terjadi.
Selain itu, fenomena El Niño yang terjadi di Samudera Pasifik juga berkontribusi pada peningkatan suhu global. El Niño adalah fenomena alam yang menyebabkan suhu permukaan laut meningkat, yang kemudian mempengaruhi pola cuaca di seluruh dunia. Dalam beberapa kasus, El Niño bisa memperkuat tren pemanasan yang sudah ada, menyebabkan suhu tahunan melonjak lebih tinggi dari biasanya.
Dampak Peningkatan Suhu Global
Ketika iklim memanas, dunia akan lebih sering dilanda cuaca ekstrem dan mengalami periode waktu yang berkepanjangan dengan suhu yang semakin panas. Pemanasan air laut dapat memicu kenaikan permukaan laut dan pemutihan karang, memperparah badai dan menciptakan kerusakan besar pada biota laut.
Peningkatan suhu global sebesar 1,64 derajat Celsius tampaknya kecil, tetapi perubahan kecil dalam suhu rata-rata global dapat menyebabkan perubahan drastis pada iklim dan lingkungan.
Kenapa penting batas 1,5 Celsius?
Emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim terutama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas, serta penggundulan hutan dan peternakan.
Sebagian besar negara di dunia sepakat untuk mempertahankan kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius dibandingkan dengan tingkat pra-industri, dan menyepakati ambang di bawah 1,5 derajat sebagai sasaran Perjanjian Paris pada tahun 2015.
Namun, ambang batas 1,5 derajat dipandang sebagai garis pertahanan terhadap dampak perubahan iklim yang paling parah dan tidak dapat diubah. Kenaikan suhu rata-rata di atas 1,5 Celsius akan berimbas pada jutaan orang yang akan terkena dampak bencana cuaca ekstrem, termasuk gelombang panas dan badai serta kebakaran hutan yang semakin parah.
Berikut adalah beberapa dampak yang sudah terlihat dan yang akan semakin intensif jika suhu terus meningkat:
Cuaca Ekstrem yang Lebih Sering Terjadi: Peningkatan suhu global menyebabkan lebih sering terjadinya fenomena cuaca ekstrem seperti badai tropis, gelombang panas, banjir, dan kekeringan. Badai lebih kuat dan hujan lebih lebat menyebabkan kerusakan infrastruktur dan menimbulkan korban jiwa. Kekeringan yang berkepanjangan, di sisi lain, berdampak pada hasil pertanian dan ketersediaan air bersih.
Peningkatan Permukaan Laut: Salah satu dampak terbesar dari pemanasan global adalah mencairnya es di Kutub Utara dan Selatan, yang menyebabkan peningkatan permukaan laut. Peningkatan suhu sebesar 1,64 derajat Celsius mempercepat pencairan es dan gletser di seluruh dunia, yang mengancam wilayah pesisir dengan banjir dan erosi. Kota-kota besar seperti Jakarta, New York, dan Miami menghadapi risiko besar akibat kenaikan permukaan laut.
Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati: Pemanasan global mengganggu habitat alami banyak spesies di seluruh dunia. Hewan dan tumbuhan yang tidak mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan suhu akan terancam punah. Ekosistem seperti terumbu karang, yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu laut, juga terancam hancur. Keanekaragaman hayati yang hilang akan mempengaruhi ekosistem yang mendukung kehidupan manusia, termasuk ketahanan pangan.
Krisis Kesehatan Global: Peningkatan suhu global memiliki dampak langsung pada kesehatan manusia. Gelombang panas yang lebih sering terjadi dapat menyebabkan dehidrasi, heatstroke, dan memperparah kondisi kesehatan kronis. Penyebaran penyakit yang ditularkan oleh vektor, seperti malaria dan demam berdarah, juga meningkat seiring dengan meluasnya area di mana serangga pembawa penyakit dapat bertahan hidup.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Kenaikan suhu sebesar 1,64 derajat Celsius memberikan sinyal mendesak bahwa upaya untuk menahan laju perubahan iklim harus ditingkatkan. Ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat untuk mengurangi dampak perubahan iklim:
Transisi ke Energi Terbarukan: Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidroelektrik adalah langkah penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Banyak negara sudah mulai meningkatkan investasi dalam teknologi energi terbarukan, tetapi transisi ini perlu dipercepat untuk mengurangi dampak pemanasan global.
Perlindungan Hutan dan Restorasi Ekosistem: Deforestasi adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim. Perlindungan hutan dan restorasi ekosistem alami seperti mangrove, hutan hujan, dan lahan basah penting untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan mengurangi laju pemanasan global.
Pengurangan Polusi Industri: Industri besar adalah salah satu penyumbang utama emisi gas rumah kaca. Penerapan teknologi bersih dan ramah lingkungan, serta regulasi yang lebih ketat tentang emisi industri, dapat membantu mengurangi polusi udara dan dampaknya terhadap perubahan iklim.
Adaptasi dan Mitigasi: Negara-negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti kepulauan kecil dan wilayah pesisir, perlu berinvestasi dalam langkah-langkah adaptasi untuk melindungi infrastruktur dan komunitas mereka dari banjir, badai, dan naiknya permukaan laut. Selain itu, pemerintah perlu menyusun rencana mitigasi yang lebih ambisius untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target Perjanjian Paris.
Perubahan Gaya Hidup: Setiap individu juga bisa berkontribusi dalam mengurangi dampak perubahan iklim dengan mengadopsi gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Mengurangi penggunaan energi, mendukung produk berkelanjutan, dan beralih ke transportasi yang lebih bersih seperti sepeda atau kendaraan listrik adalah langkah-langkah kecil yang bisa berdampak besar jika dilakukan secara kolektif.
Kesimpulan
Kenaikan suhu Bumi sebesar 1,64 derajat Celsius selama setahun terakhir adalah peringatan serius akan urgensi menghadapi perubahan iklim. Dampak dari peningkatan suhu global ini sangat nyata dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut, hingga ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan kesehatan manusia.
Jika tren ini terus berlanjut, Bumi akan menghadapi lebih banyak tantangan dalam beberapa dekade mendatang. Tindakan nyata dan kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat global sangat diperlukan untuk memperlambat laju pemanasan global dan melindungi planet ini agar tetap layak huni bagi generasi mendatang.
Sumber :
https://www.dw.com/id/catatkan-rekor-panas-baru-mungkinkah-target-iklim-tercapai/a-69605645
https://www.cnbcindonesia.com/news/20240708181754-4-552809/mendidih-suhu-juni-pecah-rekor-2024-bakal-jadi-tahun-terpanas
No comments:
Post a Comment