Thursday, February 2, 2023

Stoikisme

Stoikisme

Stoikisme, juga disebut Stoa (bahasa Yunani: Στοά) adalah sebuah aliran atau mazhab filsafat Yunani kuno yang didirikan di kota Athena, Yunani, oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM. Ada pula yang mencatat stoikisme baru resmi pada tahun 108 SM. 

Setelah Zeno, orang yang paling berjasa mempertahankan sekolah stoa adalah Kleanthes dari Assos dan Chrysippus dari Soli. Cleanthes menyumbangkan gagasan tentang hubungan etika dengan iman atau teologi. Sedangkan Chrysippus menuliskan 705 buku (90%) literatur sebagai doktrin stoikisme, yaitu telaah tentang perbintangan astronomi.

Ajaran sekolah atau mazhab stoa sangat luas dan beragam, tetapi dapat disimpulkan bahwa pijakannya adalah meliputi perkembangan logika (terbagi dalam retorika dan dialektika), fisika, dan etika (memuat teologi dan politik)). 

Pandangan yang mencolok tentang etika adalah bagaimana manusia memilih sikap hidup dengan menekankan apatheia, hidup pasrah atau tawakal menerima keadaannya di dunia. Sikap tersebut merupakan cerminan dari kemampuan nalar manusia, bahkan kemampuan tertinggi dari semua hal.

Stoikisme populer hingga kurang lebih lima abad (3 SM-3 M), selanjutnya mempengaruhi banyak pemikir Kristen, baik dalam dunia akademis maupun sikap hidup. Fokus filsafat stoikisme adalah dalam bidang etika. 

Stoa memiliki perbedaan tajam dengan gagasan intelektual tua lainnya, yaitu epikureanisme dan skeptisisme. Stoikisme merupakan aliran filsafat yang paling berhasil dan sangat berpengaruh dalam aliran Filsafat Yunani Kuno karena relevansinya terhadap sikap manusia dan sistem pemerintahan saat itu.

https://id.wikipedia.org/wiki/Stoikisme


Self mastering

Stoikisme adalah aliran filsafat yang membantu kita mengontrol emosi negatif dan mensyukuri segala sesuatu yang kita miliki sekarang (be present).

Cakupan yang ada di aliran ini antara lain yaitu penerimaan keadaan yang tidak bisa kita ubah, mengubah apa yang bisa kita ubah, serta kebijaksanaan untuk tahu perbedaan antara keduanya. Intinya, kita sebagai manusia dilatih untuk dapat merespon segala sesuatunya secara rasional.

Hal itu selaras dengan tujuan utama aliran ini yaitu self mastering (penguasaan diri), seseorang yang bisa menguasai diri dengan baik, tenang, tahan mental, emosi yang seimbang.

Dalam aliran filsafat ini, hidup didefinisikan menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu dimensi internal dan bagian yang kedua yaitu dimensi eksternal atau dikenal dengan sebutan dikotomi kendali.

Dimensi internal adalah segala sesuatu yang berada dalam kendali penuh diri anda. Sedangkan dimensi eksternal diartikan sebagai sesuatu yang berada di luar kontrol kita. Misalnya respon orang lain, tanggapan orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan.

Mereka yang menganut pola pikir stoikisme disebut dengan sebutan Stoic. 

https://www.bfi.co.id/id/blog/stoikisme-aliran-filsafat-yang-membuat-hidup-lebih-tenang-dan-bijak


Menerapkan pola pikir stoikisme

Untuk dapat menerapkan pola pikir stoikisme, ada beberapa cara agar kamu bisa membentuk pola pikir tersebut. Dikutip dari tulisan Kak Tasya Talitha di kanal Best Seller Gramedia Blog (2021), berikut Admin kembali bagikan beberapa caranya!


1. Membedakan Hal yang Bisa Diubah dan Tidak Bisa Diubah

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam stoikisme kita tidak bisa mengendalikan hal yang terjadi di luar kendali dan mengendalikan yang bisa dikendalikan. Daripada memikirkan hal-hal yang tidak bisa dicapai, sebaiknya memikirkan hal yang dimiliki sekarang dan mensyukurinya.


2. Biasakan Diri untuk Menyusun Jurnal

Dengan menyusun jurnal harian, maka kita bisa membekali diri dengan kejadian di masa lampau dan menjadi lebih baik serta bahagia di masa datang. Jurnalnya bisa diisi dengan hal seperti pengalaman pribadi, kata-kata, maupun mengutip kata-kata bijaksana.


3. Mempersiapkan Diri dan Sabar dalam Menghadapi Masalah

Hidup tidak selalu bahagia dan pasti akan ada momen di mana akan ada saatnya mengalami rasa terpuruk atau terjatuh. Dalam ilmu stoikisme pun harus siap dengan pandangan bahwa hidup tidak mungkin akan selalu menyenangkan dan nyaman.

Banyak momen buruk yang mungkin akan menghampiri kita, maka dari itu berusahalah mempersiapkan diri untuk menghadapi momen tersebut, dan membiasakan diri untuk tetap kuat dalam menghadapi skenario terburuk yang bisa terjadi.


4. Setiap Hal Buruk yang Hadir Merupakan Sumber Kebahagiaan

Hidup akan terasa sulit jika kita hanya berfokus kepada kesulitannya saja. Jadi daripada memikirkan hal yang buruk, alangkah baiknya jika kita lebih banyak memikirkan tentang hal baik. Dalam konsep stoikisme, kebahagiaan tidak datang sendiri, namun harus diciptakan. Jadi, ada baiknya lebih banyak memikirkan hal yang membahagiakan saja ya!


5. Kita Semua Hanya Butiran Kecil di Alam Semesta

Inti dari konsep stoikisme itu sederhana, yaitu kita semua hanya makhluk yang sangat kecil di alam semesta ini. Begitu pula hal-hal negatif yang kita hadapi, semuanya seperti butiran kecil. Jadi, kenapa tidak mengganti hal-hal negatif itu menjadi hal-hal lebih baik yang akan membawa kebahagiaan untuk diri sendiri?

https://www.gramedia.com/blog/mengenal-stoikisme-filosofi-hidup-untuk-mendapatkan-kebahagiaan/

No comments:

Post a Comment

Related Posts