Kisah Pendiri TikTok, dari Kerja Palugada sampai Kaya Raya
04 January 2023 12:20
TikTok menjadi salah satu platform media sosial yang kini populer di dunia. Aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk membuat video pendek berdurasi 15 detik, 60 detik, hingga 3 menit. Video bisa disertai musik, filter, dan beberapa fitur kreatif lainnya.
Kesuksesan platform tersebut tak lepas dari Zhang Yiming, pendiri ByteDance Technology yang merupakan perusahaan induk TikTok. Zhang merupakan salah satu konglomerat teknologi internet terbesar di China yang dengan cepat melampaui platform media sosial lainnya.
Namun kisahnya tak selalu mulus, ia harus gagal berkali-kali, ditolak oleh investor hingga kini akhirnya jadi miliarder.
Portofolio aplikasi milik ByteDance termasuk TikTok yang didirikan pada 2012, dan Toutiao, platform konten populer di Tiongkok. ByteDance bernilai US$75 miliar (sekitar Rp 1,171 triliun) dan mendatangkan sekitar 1 miliar pengguna bulanan secara global. Kini TikTok dianggap sebagai salah satu startup paling bernilai di dunia.
Zhang Yiming sendiri, menurut Forbes, kini memiliki kekayaan US$ 49,5 miliar atau sekitar Rp 773 triliun. Kini, Zhang sudah melepas jabatannya di Bytedance, dikabarkan karena didesak oleh pemerintah China.
Kerja Palugada
Lahir pada tahun 1983, Zhang adalah salah satu generasi milenial Tiongkok yang mengalami reformasi ekonomi Tiongkok secara langsung. Provinsi asalnya, Fujian di pantai tenggara, merupakan salah satu wilayah paling awal di daratan Tiongkok yang membuka diri terhadap dunia.
Zhang adalah seorang lulusan dari Universitas Nankai pada tahun 2005, di mana dia mulai mempelajari mikroelektronika sebelum beralih jurusan ke rekayasa perangkat lunak (software).
Setelah lulus, Zhang mendapatkan pekerjaan di sebuah startup yang membantunya membangun fondasi untuk perusahaannya sendiri. Dia berkata, "Saya bergabung dengan sebuah perusahaan bernama Kuxun dan saya adalah salah satu karyawan pertama. Saya adalah insinyur biasa pada awalnya, tetapi pada tahun kedua, saya bertanggung jawab atas sekitar 40 hingga 50 orang, serta bertanggung jawab atas teknologi back-end dan tugas lain terkait produk."
Pertumbuhan yang cepat dan kemampuan untuk menguasai keterampilan telah membantu mengubah pengusaha muda ini menjadi salah satu pemimpin yang sedang naik daun dekade ini.
Zhang mempelajari nilai dalam semua produknya saat masih menggeluti pekerjaan pertamanya di Kuxun. Ia melanjutkan, "Saat itu, saya bertanggung jawab atas teknologi, tetapi ketika produk mengalami masalah, saya akan aktif berpartisipasi dalam diskusi rencana produk. Banyak orang mengatakan bahwa itu bukan tanggung jawab saya. Tapi saya ingin mengatakan: rasa tanggung jawab dan keinginan Anda untuk melakukan sesuatu dengan baik, akan mendorong Anda untuk melakukan lebih banyak hal dan mendapatkan pengalaman berharga".
Bisa dibilang Zhang menjadi pekerja palugada di startup bersakal kecil tersebut. Ia mengatakan bahwa pekerjaan pertamanya itu juga mengajarinya keterampilan penjualan yang kemudian dia gunakan untuk mengembangkan perusahaannya, ByteDance.
"Saya ingat pada akhir tahun 2007, saya pergi menemui klien dengan Direktur Penjualan," kata Zhang. "Pengalaman ini membuat saya tahu apa itu penjualan yang bagus. Ketika saya mendirikan Toutiao dan merekrut staf, contoh ini banyak membantu saya."
Pada tahun 2009, Zhang memulai bisnis pertamanya, sebuah situs pencarian properti bernama 99fang.com. Dia keluar dari bisnis tersebut tiga tahun kemudian, tetapi perusahaan itu malah memicu dia untuk berwirausaha. Pada 2012, ia mendirikan ByteDance, sebuah bisnis berbasis di Beijing yang menyediakan layanan agregasi berita.
Pada tahun 2012, Zhang merasa bahwa pengguna ponsel pintar China kesulitan menemukan informasi yang relevan di aplikasi seluler dan raksasa pencarian Baidu menambahkan iklan yang dirahasiakan dengan hasil pencarian.
Zhang memiliki visi untuk mendorong konten yang relevan kepada pengguna dengan menghasilkan rekomendasi oleh kecerdasan buatan yang pada akhirnya melahirkan ByteDance.
Perusahaan dimulai di sebuah apartemen Beijing dengan empat kamar tidur tempat tim tinggal dan bekerja di masa-masa awal. Tapi Zhang mengatakan kondisinya cukup baik untuk sebuah startup, dan lingkungannya bagus.
Pengusaha itu mengingat slogan yang pernah dilihatnya di lokasi konstruksi yang berbunyi, 'tempat kecil, impian besar.' "Gagasan kami sangat besar. Kita bisa membicarakan globalisasi di sebuah apartemen kecil."
Visinya untuk perusahaan tidak terbatas pada China seperti kebanyakan pengusaha. Dia berencana untuk memperluas dunia perusahaan. Namun, visi ini tidak dimiliki oleh sebagian besar pemodal ventura. Meski sudah berbagai upaya, ia gagal mendapatkan dana sampai Susquehanna International Group berinvestasi di startup tersebut, melihat potensi proyek tersebut.
Pada Agustus 2012, ByteDance meluncurkan aplikasi berita Toutiao dan menarik lebih dari 13 juta pengguna setiap hari dalam kurun waktu dua tahun. Zhang ingin membuat platform berita yang diberdayakan oleh kecerdasan buatan, berbeda dari mesin pencari Baidu di China.
"Kami mendorong informasi, bukan dengan pertanyaan, melainkan dengan rekomendasi berita," tuturnya.
"Yang paling penting adalah kami bukan bisnis berita," kata Zhang.
"Kami lebih seperti bisnis pencarian atau platform media sosial. Kami melakukan pekerjaan yang sangat inovatif. Kami bukan peniru perusahaan AS, baik dalam produk maupun teknologi."
Ikuti Culture Google
Gaya manajemen Zhang dengan ByteDance meniru model perusahaan teknologi AS seperti Microsoft dan Google. Itu termasuk rapat townhall dua bulanan dan melarang karyawan untuk menyebut dia sebagai 'bos' atau 'CEO', sesuai dengan norma China.
Pada September 2015, ByteDance meluncurkan aplikasi berbagi video TikTok (dikenal sebagai Douyin di Tiongkok) dengan basis penggemar kecil. Produk ini menjadi terkenal di antara pengguna Gen Z dan milenial. Tak butuh waktu lama Tiktok menjadi populer di seluruh dunia. ByteDance membeli Musical.ly, layanan media sosial Tiongkok setahun kemudian seharga US$800 juta (sekitar Rp 12 miliar) dan mengintegrasikannya ke dalam TikTok.
Sumber :
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20230103160126-37-402470/kisah-pendiri-tiktok-dari-kerja-palugada-sampai-kaya-raya