Saturday, December 30, 2017

Eksekusi Tanpa Tapi (dan Nanti)

Dirangkum oleh Coach Darmawan Aji


The way to get started is to quit talking and begin doing.

Di catatan kali ini, ijinkan saya sedikit berbagi insight yang saya dapatkan dari sesi NLP Talks kemarin. NLP Talks kemarin istimewa karena mengundang vice chairman Indonesia NLP Society mas Syamsul Hatta. Topik NLP Talks kemarin adalah Eksekusi Tanpa Tapi - jargon yang menjadi spesialisasi dari pembicara kita. Mari langsung kita bedah.

Di awal tahun seperti sekarang ini, sudah jamak jika kita kemudian membuat resolusi. Kita memetakan aspirasi dan visi, cita-cita dan rencana. Kita ingin menjalani kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru ini. Begitulah kira-kira.

Sayangnya, berapa banyak orang kemudian benar-benar bertindak mewujudkan visinya? Benar-benar bertindak untuk merealisasikan resolusinya? Tidak banyak. Bahkan faktanya menyedihkan.

25% orang melupakan resolusi tahun barunya dalam minggu pertama.
60% orang melupakan resolusi tahun barunya dalam 6 bulan.

Tidak heran jika 88% dari semua resolusi berakhir dengan kegagalan (Richard Wiseman, University of Hertfordshire, 2007). Bahkan, rata-rata orang membuat resolusi tahun baru yang sama 10x tanpa pernah berhasil mencapainya. Jadi, lelucon yang mengatakan resolusi tahun 2017 saya adalah menuntaskan resolusi tahun 2016. Dimana resolusi tahun 2016 saya sudah saya rencanakan sejak 2015 dan seterusnya, bukanlah lelucon, melainkan kenyataan pahit.

Mengapa ini bisa terjadi? Ada banyak faktor. Salah satu faktor utamanya adalah tidak adanya proses eksekusi yang efektif. Apa yang dimaksud dengan eksekusi? Kalau kata kamus, eksekusi itu terkait pelaksanaan dan penuntasan. Eksekusi itu memulai apa yg sudah direncanakan dan menuntaskan apa yg sudah dimulai.

Tanpa eksekusi, visi hanyalah mimpi. Tanpa eksekusi, rencana hanyalah corat coret di atas kertas. Berkali-kali saya katakan, visi tanpa eksekusi itu halusinasi. Rencana tanpa eksekusi itu hanya mimpi.

Sayangnya, banyak orang yang tidak melakukan eksekusi. Tidak memulai apa yang sudah direncanakan. Mereka terjebak oleh dua musuh utama eksekusi: tapi dan nanti.


Musuh Pertama: Tapi

°Saya mau bertindak mewujudkan resolusi saya, tapi..

°Saya mau mewujudkan visi saya, tapi...

Anda boleh isi kalimat apapun di belakang kata tapi - saya tidak punya modal, saya tidak tahu caranya, saya bingung, saya takut, saya malas... apapun. Saya yakin semua alasan yang Anda tulis adalah alasan yang masuk akal. Alasan memang dibuat supaya masuk akal. Sehingga Anda merasa wajar untuk menunda tindakan Anda.


Musuh Kedua: Nanti

Nanti, jika saya sudah mulai senggang saya akan..
Nanti, bila saya sudah tidak sesibuk sekarang saya akan...

Darimana kita tahu bahwa nanti benar-benar punya waktu? Darimana kita tahu bahwa nanti kita benar-benar akan melakukan? Apa bedanya saat ini dan nanti? Tidak ada. Ini hanyalah kata tapi lainnya yang menunda Anda melakukan apa yang penting bagi Anda!


Lalu, bagaimana agar kita memiliki kebiasaan eksekusi tanpa tapi (dan nanti)? Berikut tips dari saya:

 Mulailah dengan apa yang ada. Jangan menunggu segala sesuatu sempurna. Mulai bertindak saja. Sempurnakan sambil jalan. Mulailah. Fokus pada kuantitas, bukan kualitas.

 Jangan takut gagal. Jangan takut salah. Mulai saja. Kegagalan adalah umpan balik, pembelajaran yang berharga bagi kita. Semakin cepat Anda memulai, semakin cepat Anda mendapatkan umpan balik apa yang berhasil dan tidak berhasil.

 Fokus pada satu hal yang sederhana terlebih dulu. Memikirkan terlalu banyak hal sekaligus akan membuat Anda stuck dan tidak bergerak kemana-mana.

No comments:

Post a Comment

Related Posts