Friday, December 22, 2017

What Got You Here, Won't Get You There

What Got You Here, Won't Get You There by Marshall Goldsmith

Sukses menimbulkan masalah.
Apa masalah terbesar yang dibawa oleh kesuksesan. Kita merasa sudah sukses (success delusion) dan tidak mau berubah. Akibatnya, kita tidak bisa meraih kesuksesan yang lebih besar. Kita berhenti di titik ini saat ini, tanpa mampu naik ke tahap berikutnya.

Di titik ini, kita merasa tahu segalanya - sementara orang lain merasa kita arogan.
Kita merasa sudah melakukan delegasi secara efektif, orang lain merasa kita tidak responsif.
Kita mengembangkan kemampuan tim dengan membiarkan mereka berpikir memecahkan masalahnya sendiri, namun tim kita berpikir bahwa kita mengabaikan mereka.

Sebagian besar masalah yang menggelayuti orang-orang sukses adalah masalah perilaku bukan masalah teknis. Secara teknis, orang-orang sukses sangat menguasai. Namun secara perilaku, seringkali mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan bisa jadi justru menyinggung orang lain dan menghambat mereka naik ke tangga sukses berikutnya.

Ada perbedaan mendasar antara karena dan meskipun saat kita memiliki perilaku X dan sukses, pertanyaan dasarnya: itu karena atau meskipun?

Karena perilaku X Anda sukses atau meskipun Anda punya perilaku X Anda tetap sukses? Ini adalah dua hal yang sangat berbeda.

Misal: Anda merasa sukses karena Anda keras kepala. Pertanyaannya: Anda sukses karena Anda keras kepala atau meskipun Anda keras kepala Anda tetap sukses?

Coba tanyakan pertanyaan karena vs meskipun ini pada perilaku yang Anda anggap benar saat ini.

_Perilaku yang membawa kita ke titik suksesnya saat ini tidak akan membawa kita ke titik sukses berikutnya._ Dan kita perlu tahu, perilaku apa yang perlu kita ubah untuk membawa kita ke level sukses berikutnya.

Apa saja contoh perilaku yang menghambat Anda naik ke level sukses berikutnya? Saya akan bahas 4 dari 20 kebiasaan yang disebut oleh Marshall Goldsmith di bukunya.

Oya, menurut Goldsmith, untuk naik level yang kita perlukan adalah TO STOP LIST bukan TO DO LIST - karena sebagian besar kita tahu apa yang perlu dilakukan untuk naik level. Namun yang menghambat kita adalah kita tidak tahu apa yang perlu kita hentikan.


Kebiasaan #1: Winning too Much 

Keinginan untuk selalu menang di setiap situasi. Kompetitif adalah oke, inilah yang membawa seseorang sampai di titik suksesnya saat ini. Namun overkompetitif adalah masalah.

Suka ingin menang debat (entah dengan tim atau dengan kolega)? Merasa lebih tahu dan ingin orang mengikuti apapun kata kita? Ini adalah penyakit dari Winning too Much.


Kebiasaan #2: Adding too Much Value

Untuk sukses, Anda perlu menambahkan nilai ke orang lain. Anda perlu memberikan ide-ide baru, masukan, saran, apapun yang bernilai untuk tim atau atasan Anda. Namun sampai di titik sukses saat ini, Anda perlu mulai menguranginya.

Coba bayangkan, apa yang akan terjadi di tim Anda bila Anda terus menerus menyuapi mereka dengan ide-ide Anda? Mereka tidak akan berkembang. Akibatnya, Anda pun sama. Anda berhenti di titik mereka berhenti.


Kebiasaan #3: Passing Judgement

Kebiasaan memberi penilaian: baik buruk, benar salah. Biasanya terjadi ketika kita diberi masukan (atau kritik) oleh orang lain, alih-alih menerima masukan mereka, kita malah menilai kualitas masukan mereka.

Saat kita diberi masukan oleh orang lain berlatihlah untuk merespon dengan senyum dan ucapkan: "terima kasih masukannya, saya perlu masukan-masukan seperti ini" - tidak mudah memang. Apalagi ketika kita merasa lebih sukses daripada mereka yang memberi masukan.


Kebiasaan #4: Making Destructive Comment

Komentar yang menyinggung orang lain, merendahkan mereka, atau sekadar menunjukkan bahwa posisi kita lebih tinggi dari mereka. Kadang kala kita tidak menyadari bahwa cara kita berkomentar dapat mengisyaratkan hal-hal itu. Maka sebelum mengomentari apapun, tanyakan: Apakah komentar saya membantu mereka?


Setahun kemarin saya bergulat dengan empat kebiasaan ini. Saya tidak menyadarinya, namun kebiasaan ini terjadi. Betapa sulitnya menerima masukan dari orang lain lalu tersenyum dan mengatakan terima kasih. Betapa sulitnya untuk diam tidak mengomentari kesalahan paparan seseorang. Betapa sulitnya berhenti memberi ide ke orang lain yang menyebabkan ide mereka berhenti berkembang.

Semua kebiasaan ini berakar dari: arogansi akan pengetahuan. Kita merasa sudah tahu banyak. Kita merasa bisa menjelaskan kenapa hal itu tidak berhasil. Kita merasa lebih pintar daripada mereka.

Bagaimana terapinya? Ada empat perilaku yang perlu dilatih.

Pertama, terbuka terhadap feedback - umpan balik. Berterimakasihlah saat ada seseorang memberi umpan balik kepada Anda. Umpan balik itu mahal.

Kedua, minta maaf. Jika Anda merasa salah atau orang lain menganggap Anda salah. katakan tiga hal:

1. "Maafkan saya"
2. "Saya akan lakukan lebih baik di masa depan"
3. Diam. Jangan tambahkan penjelasan mengapa begini mengapa begitu.

Ketiga, listening. Berlatih mendengarkan, menyimak dengan sungguh-sungguh apa yang orang katakan.

Keempat, berterima kasih.

*Bedah buku oleh Coach Darmawan Aji*

No comments:

Post a Comment

Related Posts