Friday, September 20, 2024

Kapan Ilmuwan Pertama Kali Memperingatkan Tentang Perubahan Iklim?

Kapan Ilmuwan Pertama Kali Memperingatkan Tentang Perubahan Iklim?

Perubahan iklim adalah isu global yang mendominasi diskusi ilmiah dan politik dalam beberapa dekade terakhir. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah, kapan ilmuwan pertama kali memperingatkan tentang perubahan iklim?. Meskipun perhatian publik terhadap isu ini baru muncul secara luas pada akhir abad ke-20, peringatan ilmiah tentang potensi dampak aktivitas manusia terhadap iklim Bumi telah ada jauh lebih lama.

Pada era Yunani kuno (1200 SM hingga 323 M) orang-orang berdebat apakah mengeringkan rawa atau menebang hutan dapat membawa lebih banyak atau lebih sedikit curah hujan ke wilayah tersebut. Hal itu terungkap dalam situs web Weart's Discovery of Global Warming yang diselenggarakan oleh American Institute of Global Warming. 


Era Yunani Kuno

Minat orang-orang tentang bagaimana aktivitas kita memengaruhi iklim sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Perdebatan Yunani kuno adalah salah satu diskusi perubahan iklim pertama yang terdokumentasi, tetapi mereka hanya berfokus pada wilayah lokal. 


Awal Mula Teori Efek Rumah Kaca (1820-an)

Pemahaman awal tentang perubahan iklim dimulai dengan konsep efek rumah kaca. Pada awal abad ke-19, seorang ilmuwan Prancis bernama Joseph Fourier (1768–1830) mengembangkan teori bahwa atmosfer Bumi berperan dalam menjaga suhu planet kita. Pada tahun 1824, Fourier mengemukakan bahwa tanpa atmosfer, Bumi akan jauh lebih dingin, dan atmosfer memerangkap panas yang dipancarkan dari permukaan Bumi, mirip dengan cara rumah kaca bekerja. Ini adalah fondasi awal untuk pemahaman ilmiah tentang efek rumah kaca.

Kontribusi Svante Arrhenius (1896)

Teori efek rumah kaca menjadi lebih jelas pada akhir abad ke-19 berkat fisikawan dan kimiawan Swedia, Svante Arrhenius. Pada tahun 1896, Arrhenius mempublikasikan sebuah makalah yang menghubungkan peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer dengan pemanasan global. Ia menghitung bahwa peningkatan CO2 akibat pembakaran bahan bakar fosil dapat meningkatkan suhu Bumi secara signifikan. Perhitungannya, meskipun kasar, menjadi landasan bagi teori pemanasan global yang dipicu oleh manusia.

Namun, pada saat itu, Arrhenius melihat perubahan ini sebagai sesuatu yang positif karena dapat menghindarkan dunia dari Zaman Es. Dia tidak memperkirakan dampak negatif dari perubahan iklim yang sekarang kita ketahui, seperti peningkatan suhu ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan gangguan ekosistem.


Peningkatan Pemahaman pada Abad ke-20

Pada awal abad ke-20, gagasan bahwa manusia dapat memengaruhi iklim Bumi mulai mendapatkan perhatian lebih serius. Ilmuwan Inggris, Guy Stewart Callendar, pada tahun 1938 menunjukkan bahwa suhu global meningkat sejalan dengan peningkatan kadar karbon dioksida akibat aktivitas industri. "Callendar effect" menjadi dasar peringatan awal tentang pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.

Namun, pandangan ilmiah mengenai perubahan iklim saat itu masih terbagi. Banyak yang percaya bahwa Bumi memiliki mekanisme penyeimbangan alami yang akan mencegah pemanasan ekstrem. Selama beberapa dekade berikutnya, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami seberapa besar dampak aktivitas manusia terhadap perubahan iklim.


Tahun 1950-an: Penelitian Modern Dimulai

Pada tahun 1950-an, penelitian tentang perubahan iklim semakin berkembang, terutama berkat kerja ilmuwan Amerika Serikat, Charles David Keeling. Keeling mengembangkan metode untuk mengukur konsentrasi karbon dioksida di atmosfer secara akurat. Pada tahun 1958, ia memulai pengukuran CO2 di Observatorium Mauna Loa, Hawaii, yang menunjukkan peningkatan konsentrasi gas ini dari tahun ke tahun.

Grafik yang dihasilkan dari penelitian ini, yang dikenal sebagai Kurva Keeling, menjadi salah satu bukti kuat pertama bahwa kadar karbon dioksida di atmosfer meningkat secara signifikan, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil. Hal ini memicu perhatian yang lebih besar dari komunitas ilmiah tentang ancaman pemanasan global.


Peringatan dari Para Ilmuwan di Tahun 1970-an

Pada tahun 1970-an, perhatian terhadap perubahan iklim semakin meningkat. Ilmuwan seperti Wallace S. Broecker mulai menggunakan istilah "pemanasan global" untuk menggambarkan efek peningkatan emisi karbon dioksida. Pada tahun 1975, Broecker menerbitkan sebuah makalah berjudul "Climatic Change: Are We on the Brink of a Pronounced Global Warming?" yang memperingatkan bahwa dunia sedang menuju fase pemanasan yang cepat karena peningkatan gas rumah kaca.

Meskipun terdapat beberapa kebingungan pada dekade ini tentang potensi pendinginan global karena partikel polutan yang memantulkan sinar matahari, pemahaman yang lebih jelas tentang tren pemanasan global mulai terbentuk. Ilmuwan sepakat bahwa dampak gas rumah kaca akan lebih dominan dalam jangka panjang daripada pendinginan yang disebabkan oleh partikel-partikel ini.


Tahun 1980-an: Perubahan Iklim Menjadi Agenda Global

Tahun 1980-an menjadi titik balik dalam kesadaran global tentang perubahan iklim. Pada 1988, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dibentuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memberikan penilaian ilmiah tentang perubahan iklim. IPCC terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia yang menganalisis data iklim dan memberikan laporan berkala tentang situasi perubahan iklim global.

Salah satu momen penting pada dekade ini adalah pidato yang disampaikan oleh Dr. James Hansen, seorang ilmuwan dari NASA, di hadapan Kongres Amerika Serikat pada tahun 1988. Hansen memperingatkan bahwa perubahan iklim bukanlah ancaman masa depan yang jauh, tetapi sudah terjadi saat ini. Ia menyatakan dengan tegas bahwa pemanasan global disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia, dan tindakan segera diperlukan untuk menanganinya.

Tahun 1990-an Hingga Sekarang: Krisis Iklim di Depan Mata

Pada 1990-an dan awal abad ke-21, penelitian tentang perubahan iklim semakin maju. Ilmuwan memperkuat bukti bahwa pemanasan global sedang berlangsung dan dampaknya dapat dirasakan di seluruh dunia. Laporan IPCC pada tahun 1990-an menekankan perlunya tindakan cepat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencegah krisis iklim yang lebih parah.

Perjanjian Kyoto tahun 1997 menjadi salah satu upaya internasional pertama untuk mengendalikan emisi gas rumah kaca. Pada tahun 2015, Perjanjian Paris lebih lanjut memperkuat komitmen global untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius dan berupaya untuk membatasinya hingga 1,5 derajat Celsius.


Kesimpulan: Sejarah Peringatan yang Sudah Panjang

Meskipun perhatian besar terhadap perubahan iklim baru muncul dalam beberapa dekade terakhir, peringatan ilmiah tentang dampak aktivitas manusia terhadap iklim telah ada selama lebih dari satu abad. Dari temuan awal Joseph Fourier tentang efek rumah kaca pada tahun 1820-an hingga peringatan modern dari ilmuwan seperti James Hansen, pesan yang konsisten adalah bahwa aktivitas manusia memiliki potensi besar untuk mengubah iklim Bumi.

Saat ini, dampak dari perubahan iklim sudah terasa, dari naiknya permukaan laut hingga peningkatan cuaca ekstrem. Sejarah peringatan ini menggarisbawahi pentingnya tindakan cepat dan berkelanjutan untuk melindungi planet ini dari krisis iklim yang lebih besar. Ilmu pengetahuan telah memberikan peringatan yang jelas, dan sekarang adalah waktu untuk bertindak.


Sumber :

https://www.trenasia.com/kapan-ilmuwan-pertama-kali-memperingatkan-tentang-perubahan-iklim?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook

No comments:

Post a Comment

Related Posts