Monday, August 11, 2014

Tips Kuliah Tahun Pertama

Transisi dari dunia SMA ke dunia kuliah


Bagaimana menyiasati transisi dari bangku SMA ke bangku kuliah. Tips-tips ini mungkin lebih tepat bagi mereka yang berkuliah jurusan science dan engineering, untuk jurusan lain mungkin ada penyesuaian.

Dosen tidak sama dengan guru di SMA
Guru di sekolah mendapat pendidikan dan pelatihan untuk mengajar. Sementara dosen menghabiskan waktu kuliahnya untuk belajar dan melakukan riset, selain itu mereka mendedikasikan hidupnya untuk mencari sesuatu yang baru. So, ada perbedaan mendasar antara guru di sekolah dan dosen di universitas.

Jangan berharap dosen memberikan semua detail ilmu, karena mereka memiliki waktu yang sedikit untuk mengajar dengan banyaknya ilmu yang harus dibagi.

Jangan mengeluh kalau bertemu dosen yang tidak pandai mengajar, karena mereka tidak dilatih untuk pandai mengajar. Kalau dapat dosen yang pandai mengajar, ya bersyukurlah.

Jangan heran juga kalau suatu ketika mereka jadi banyak bercerita tentang riset mereka yang mereka banggakan. Wajar kalau mereka bangga, karna sebagian besar hidup mereka didedikasikan untuk hal tersebut. So, try to get interesting on it.

Inisiatif dalam mencari informasi
Mahasiswa tentu lebih mandiri dari siswa SMA. Hal ini berkaitan dengan penyebaran informasi penting. Saya ingat ketika SMA, kalau ada pengumuman dari pihak sekolah, maka semua siswa akan mendapat surat pengumuman. Atau mendapat informasi lisan dari guru yang masuk ke kelas.

Well, in University it’s not gonna happen. Kita harus mencari informasi sendiri. Informasi yang paling penting adalah mengenai tanggal-tanggal penting seperti tanggal ujian, tanggal penyerahan tugas, kapan harus bayar uang kuliah dsb.

So, setidaknya sempatkan diri untuk mengunduh kalender akademik dan catat tanggal-tanggal pentingnya.

Selain tanggal penting, kita juga harus mudheng pada pengumuman laboratorium. Kapan kita melakukan praktikum, kapan tugas pendahuluan harus dikumpulkan serta kapan laporan harus dikumpulkan.

So, jangan malu untuk bertanya kepada kakak angkatan atau kepada teman. Karena sekali kita tertinggal informasi, kita akan rugi walaupun sebetulnya kita mampu untuk melaksanakan kewajiban. Misalnya, kalau ada mahasiswa yang lupa kapan ujian dilaksanakan lalu ujiannya dapat 0, itu bukan berarti mahasiswa tersebut kemampuannya 0, tapi karna tidak tahu kapan ujian dilaksanakan.

Jam kosong yang produktif
Jadwal kuliah tidak sama dengan jadwal pelajaran di sekolah. Jadwal kuliah bisa loncat-loncat, misalnya ada kuliah dari jam 7 hingga jam 9 pagi, lalu setelah nya kosong hingga ada kuliah lagi jam 3 sore. Jadwal seperti ini membuat kita lelah, apalagi bagi kita yang bertempat tinggal jauh dari kampus. Kalau yang nge-kost sih tinggal pulang aja.

Nah, Jam kosong seperti ini mesti dimanfaatkan. Apakah kita belajar dengan teman, baca-baca di perpustakaan atau bahkan untuk sekedar beristirahat (asal jangan ketiduran aja sampe kelewat kuliah selanjutnya).

Baca buku teks 
Saat SMA, kita dimanja dengan buku pelajaran berbahasa Indonesia. Selain itu, kita di-“paksa” untuk membaca buku tertentu. Sementara di bangku kuliah, kita diperhadapkan dengan buku teks berbahasa Inggris serta referensi yang banyak. Misalnya untuk Fisika Dasar saja, buku teks yang bisa dibaca mencapai 4-5 judul.

So, harus ada kemauan dari kita untuk membaca buku teks tersebut. Memang perlu penyesuaian di awal-awal, tapi lama-lama juga akan terbiasa.

Perhatikan silabus kuliah
Silabus kuliah adalah uraian dari dosen mengenai rencana perkuliahan. Hal ini terutama sub-bahasan apa saja yang nantinya akan masuk di ujian.

Nah, informasi ini sangat berharga untuk kita, karena tidak semua bahasan yang ada di buku teks akan dipelajari di kuliah tersebut. Tentunya hal ini akan membuat belajar kita menjadi lebih terarah.

Selain itu, silabus dapat menjadi acuan kita untuk bisa belajar duluan sebelum dosen menjelaskan sebuah sub-bahasan. Dengan cara ini, kita memiliki landasan ilmu terlebih dahulu sebelum mendapat pengajaran dari dosen.

Ketika konsep menjadi nomor satu
Lupakan cara pengerjaan soal di SMA. Di SMA kita cenderung untuk menghafal “Jika soalnya seperti A, maka kita ngerjainnya pakai cara B lalu pakai rumus C lalu masukan angkanya dan voila kita dapat jawabannya”.

In University, it is not rarely happen. Konsep menjadi nomor satu dan latihan soal adalah cara kita untuk menguji konsep, bukan menghafal cara dan rumus mana yang harus dipakai.

So, perbanyaklah memperlajari konsep lalu kemudian berlatih dengan soal-soal.

Lupakan sistem kebut semalam
Di SMA, masih mungkin untuk “besok ulangan lalu belajar malam ini”. Sukur-sukur kalau nilainya melebihi batas bawah, kalau tidak harus remedial. Bahkan ketika remedial pun masih belajar satu malam sebelumnya (karena soalnya cenderung akan dipermudah).

Well, kalau di perkuliahan, sistem seperti ini tidak dianjurkan. Untuk mendapat nilai akhir, kita harus melewati paling sedikit dua kali ujian (UTS dan UAS). Dan ketika dua ujian tersebut, cakupan bab nya pun lebih banyak ketimbang di SMA yang hanya satu ulangan = satu bab.

Maka, kita harus belajar dengan cara mencicil, usahakan setiap hari membaca ulang bahan kuliah di hari tersebut. Lalu rajin-rajinlah membaca ulang konsep serta latihan soal. Sistem belajar seperti ini akan sulit dilakukan kalau “sistem kebut semalam” (belum lagi ditambah stress besok akan ujian).

Hati-hati dalam memilih teman bergaul
Tips yang terakhir ini menjadi tips yang melibatkan orang lain. Hati-hatilah dalam memilih teman bergaul. Bukan berarti sok jual mahal atau sombong, tapi kita boleh berteman dengan siapa saja, tapi tidak bergaul dengan siapa saja.

Contoh: kalau kita punya teman bergaul yang suka maen game sampe subuh dan nginep di tempat game online, maka kita cenderung akan demikian.

Contoh lainnya kalau kita punya teman bergaul yang suka bolos kuliah lalu nitip tanda tangan absen, lama-lama kita juga akan demikian. Kalau kita bergaul dengan mereka yang tidak menggunakan jam kosong dengan baik, ya lama-lama kita juga akan ikut-ikutan.

So, hati-hatilah dalam memilih teman bergaul. Karena katanya sih, IP (indeks prestasi) kita adalah rata-rata dari IP lima teman terdekat kita. Jadi kalau kita bergaul dengan mereka yang IP nya 1,sekian dan 2,sekian, maka besar kemungkinan IP kita 1.5. Tapi kalau kita bergaul dengan mereka yang IP nya 3,sekian dan 4, ya itung sendiri aja dapet brapa tuh.

Mungkin yang terakhir ini agak berlebihan. Tapi ya demikian adanya (pengalaman lho ya). Contoh kecilnya adalah kalau kita hang out bareng dengan yang IP nya kecil, maka akan sangat jarang toh kita ngerjain tugas bareng mereka, belajar bareng mereka untuk nyiapin ujian, yang ada kita terjebak dengan pembicaraan yang hampa, datang ke tempat yang membuat kita jarang belajar dan sebagainya.

Tapi kalau kita gaul dengan yang IP nya gede, mungkin ketika makan siang pun, kita bisa sambil diskusi pelajaran bareng mereka.

It is a little thing, but it can make a huge difference in the end.


Sumber :
http://chrisphdlife.wordpress.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts