Thursday, February 27, 2014
Asma Nadia
Asma Nadia, Sang Inspirator Mewakili Indonesia di IWP
BANGGA. Satu kata yang mewakili perasaan saya saat ini. Bersyukur pun tak luput menyelinap di hati saya. Bangga karena penulis yang saya idolakan menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia untuk mengikuti The International Writing Program (IWP) di Amerika yang diselenggarakan oleh The University of IOWA. Sebuah program yang menyatukan para penulis seluruh dunia.
Pun saya bersyukur. Karena saya salah satu dari bagian keluarga besar seorang penulis perempuan paling produktif di Tanah Air Indonesia ini. Asma Nadia. Siapa yang tak kenal dengan penulis yang satu ini. Sudah menelurkan sekitar 49 buku yang hampir semua best seller. Saya menjadi keluarga besarnya, Alhamdulillah saya diamanahi beliau untuk mengelola sebuah perpustakaan dhuafa dengan nama Rumah Baca Asma Nadia Garut.
Bahkan, saya diundang beliau untuk mengikuti Writing Workshop with Asma Nadia & Isa Alamsyah. Banyak sekali pencerahan tentang dunia literasi yang jarang saya temukan oleh penulis lain. Ternyata banyak sekali kekeliruan cara penulisan yang selama ini saya tulis, di blog misalnya. Terkadang saya menyepelekan tanda baca, serangan kata yang sama, opening yang tidak menarik sampai miskin kosa kata. Namun, berkat pelatihan bersama Asma Nadia & Isa Alamsyah saya mampu melihat kekurangan saya.
Asma Nadia Sang Inspirator
Sejujurnya saya mengenali seorang Asma Nadia sewaktu SMP. Ketika itu saya membaca Majalah Annida pembelian kakak. Ceritanya ringan, namun mengena. Padahal beliau bukan dari jurusan sastra. Mungkin inilah kalau menulis dengan hati. Tulisannya pun akan menembak ke hati pula.
Bunda Asma (begitu saya panggil) pernah berkisah ketika beliau silaturahmi ke rumah saya (RBA Garut). Bagaimana kehidupannya masa lalu. Tinggal di sebuah bilik kayu di pinggir kereta api. Pernah pula ketika usianya tujuh tahun, kepalanya terbentur ujung besi yang lancip. Dokter memvonisnya gegar otak. Tak tanggung-tanggung, ketika dokter melakukan general check up, Bunda Asma pun dapat vonis tambahan: kelainan pada otak bagian belakang, paru-parunya kotor, bermasalah pada jantung. Bahkan empat belas giginya harus dicabut karena membusuk dan tak beraturan. Namun, tak menjadikannya lemah apalagi mengeluh.
“Saya akan melawan penyakit saya dengan berkarya, Kak. Dengan melakukan sesuatu.” Kata Bunda Asma seperti yang telah dituturkan kepada kakaknya, Helvi Tiana Rosa.
Bunda Asma Nadia memang sosok yang menginspirasi. Terlebih buat saya dan anak-anak. Apalagi sekarang beliau menjadi satu-satunya mewakili Indonesia di kancah Internasional. Pastinya Indonesia bangga dengan anak negeri seperti Asma Nadia.
Sumber :
http://gurumuda.info
http://republika.co.id
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Mudik, sebuah tradisi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia, memiliki akar yang dalam dan jejaknya dapat ditelusur...
-
Hari Raya Idul Fitri, atau lebih dikenal sebagai Lebaran, adalah salah satu momen paling penting dalam agama Islam yang dirayakan oleh umat ...
-
Memaksimalkan Arus Lalu Lintas Selama Liburan Mudik Lebaran: Rekayasa Contraflow, One Way, dan Ganjil Genap. Setiap tahun, menjelang dan sel...
-
Gerhana matahari, fenomena alam yang spektakuler, telah menjadi sumber keajaiban dan kecemasan bagi manusia sepanjang sejarah. Di zaman kuno...
-
Gerhana Matahari Total: Pengalaman Langka di Langit. Pada tanggal 8 April 2024, langit akan menyuguhkan fenomena langka yang penuh keajaiban...
No comments:
Post a Comment