Wednesday, September 10, 2025

Efek Pergantian Sri Mulyani Bagi Ekonomi Indonesia?

Apa Artinya Pergantian Sri Mulyani Bagi Ekonomi Indonesia?

Pada 8–9 September 2025, Presiden Prabowo Subianto mengejutkan publik dengan mencopot Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan bertangan dingin dan reputasi global, lalu menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa menggantikannya secara mendadak. 

Aksi ini memicu gejolak pasar: nilai tukar rupiah melemah lebih dari 1%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas hingga sekitar 1,5–1,8%, dan imbal hasil obligasi pemerintah memburuk. 

Kondisi ini memaksa Bank Indonesia untuk campur tangan: mereka membeli obligasi pemerintah jangka panjang dan menstabilkan rupiah.

1. Risiko Erosi Disiplin Fiskal

Sri Mulyani dikenal dengan komitmen terhadap defisit anggaran maksimum 3 % dari PDB — syarat penting untuk menjaga peringkat layak investasi Indonesia. Kini, kekhawatiran muncul mengenai kemungkinan pelonggaran fiskal, terutama jika Presiden Prabowo mendorong agenda populis seperti program makan gratis sekolah atau belanja sosial besar-besaran. Pasar dan investor asing khawatir bahwa kredibilitas kebijakan keuangan akan tergerus, memicu eksodus modal.


2. Perubahan Orientasi: Dari Fiskal Ketat ke Pro-Pertumbuhan

Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi, berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara agresif — target sementara 6–7 %, bahkan hingga 8 % jangka panjang. Ia juga menyatakan niat untuk memperkuat investasi publik dan swasta serta meningkatkan daya beli ­masyarakat, sekaligus menekankan bahwa ia tidak akan merombak kebijakan Sri Mulyani secara menyeluruh.


3. Reaksi Pasar dan Investor: Was-was tapi Tunggu Aksi

Investor merespons pergantian mendadak ini dengan kehati-hatian. Risiko yang mereka soroti termasuk penurunan kepercayaan terhadap independensi kebijakan fiskal dan nilai tukar. Meski demikian, sebagian berharap bahwa Purbaya bisa menyuntikkan polesan “pertumbuhan ekonomi” sambil mempertahankan fondasi disiplin fiskal.


4. Bank Indonesia sebagai Penyeimbang

Bank Indonesia secara cepat melakukan intervensi pasar untuk meredam volatilitas. Mereka membeli surat utang jangka panjang dan melakukan operasi di pasar valas agar rupiah tidak anjlok lebih dalam. Ini menunjukkan bahwa otoritas keuangan masih proaktif menjaga stabilitas pasar dalam menghadapi ketidakpastian.


5. Masa Depan Ekonomi Indonesia: Jalan di Titik Persimpangan

Indonesia kini berada di persimpangan penting:

Apakah erosi fiskal akan membawa pertumbuhan jangka pendek namun merusak kestabilan jangka panjang?

Ataukah pemerintahan baru mampu menjaga keseimbangan: mewujudkan pertumbuhan tinggi sambil tetap disiplin secara fiskal?

Bank Indonesia dan stake­holder lainnya harus bekerja ekstra agar transisi ini tidak memperburuk ketidakstabilan makroekonomi.


Pergantian Sri Mulyani akan sangat menentukan nasib ekonomi Indonesia ke depan. Jika Purbaya mampu menyelaraskan pertumbuhan agresif dengan disiplin fiskal, maka Indonesia bisa menghindar dari krisis kepercayaan dan kapital. Namun jika agenda populis tidak seimbang dengan pengelolaan fiskal yang bertanggung jawab, gejolak ekonomi bisa lebih dalam. Opti­misme tetap ada—namun kewaspadaan adalah kunci utama bagi investor dan pemerintah.

No comments:

Post a Comment

Related Posts