Marah, jelas ini tidak baik. "Jangan marah, bagimu surga," ini pesan Nabi Muhammad. Namun sesekali marah tetap diperlukan. Bukankah Nabi Muhammad pernah marah? Bukankah orang-orang hebat pernah marah?
Yang penting, jelas penyebabnya dan tidak berlarut-larut. "Tunjukkan kemarahan Anda pada masalah, bukan pada orang," petuah William Ward.
Nah, setelah itu, iringi dengan action yang mensolusikan.
Saat kezaliman dibiarkan, saat agama dilecehkan, dan saat keluarga dipermalukan, sepertinya kita perlu marah.
Ya, perlu. Tentunya dengan tetap rasional dan proporsional.
Menurut Charles Duhigg, marah membuat kita bicara lebih jujur sekaligus mampu bernegosiasi. Selain itu, marah juga memicu motivasi dan lebih melegakan.
Menurut situs Heathway, marah bisa bermanfaat untuk melindungi diri dan mendorong perilaku baru. Yang diharapkan adalah perilaku baru yang mengarah pada solusi.
Begitulah, tak selamanya marah itu jelek. Ada manfaatnya juga. Mudah-mudahan tulisan ini menginspirasi.
Sekian dari saya, Ippho Santosa.
Semoga berkah berlimpah.
Friday, October 4, 2019
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Sejarah ekonomi dunia seakan menulis ulang dirinya sendiri dalam siklus yang berulang. Krisis demi krisis datang dengan wajah baru, namun se...
-
Dari Desa Slawi ke Puncak Pasar Nasional. Di balik sebotol teh yang kini mudah ditemukan di rak-rak minimarket, warung makan, hingga meja ra...
-
Jadilah CEO untuk Bisnismu Sendiri Banyak orang memulai bisnis dengan semangat tinggi, bermodal ide, dan dorongan untuk mandiri secara finan...
-
Rahasia di Balik Kesuksesan Air Jordan: Lebih dari Sekadar Sepatu Belum lama Rumah lelang Sotheby’s berhasil menjual sepatu Air Jordan yang ...
-
Anthony Robbins memperkenalkan istilah “Ultimate Success Formula”. Melalui buku-buku dan seminarnya, inilah tips yang diberikan Anthony R...
No comments:
Post a Comment