Sunday, September 28, 2014

Alasan Orang Tak Mengejar Passion


Passion  adalah sesuatu yang amat kita sukai dalam hidup, sehingga mengejar hal tersebut akan membuahkan kebahagiaan tersendiri bagi Anda. Apa pun makna passion  bagi Anda, setiap konsultan karier atau motivator pasti akan mendorong Anda untuk mengejarnya.

Sayangnya, banyak orang yang tidak mengejar passion -nya . Mereka seolah punya sejuta alasan untuk tidak mengejar passion  atau impiannya. Apa saja di antaranya? Mungkin Anda sudah tahu, tapi enggan menjawabnya. Inilah tujuh alasan orang tidak mengejar passion -nya :

Tidak tahu apa passion-nya 
Ternyata, masih banyak orang yang belum dapat menemukan passion -nya sendiri, apalagi menjalaninya. Mereka masih berusaha keras membayangkan, seperti apa pekerjaan impian yang diinginkan. Jika Anda juga mengalami hal ini, sekarang lah waktunya untuk mulai mengeksplorasi dunia Anda. Keluarlah dari zona nyaman, dan lakukan hal-hal baru.

Cara terbaik menemukan passion adalah mengenali hal apa yang bisa Anda lakukan dengan baik. Apakah Anda sangat baik bekerja ketika berhubungan dengan angka-angka? Atau Anda punya citarasa seni yang baik? Bisa jadi Anda memiliki kemampuan yang belum dimanfaatkan.

Sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan 
Inilah alasan paling umum yang dikemukakan orang. Sebenarnya Anda tahu apa yang Anda inginkan, tapi terlalu banyak yang harus Anda lakukan. Padahal, dengan mengatakan bahwa Anda terlalu sibuk, Anda sedang meyakinkan diri Anda bahwa tidak ada cara untuk menemukan sedikit waktu setiap hari untuk melakukan apa yang Anda inginkan.

Tak ada salahnya kok, tetap menjalani pekerjaan rutin sembari mengejar passion . Bahkan, itu situasi yang ideal. Banyak sekali orang yang tetap bekerja kantoran, tapi memiliki kegiatan sampingan yang merupakan passion -nya. Mereka juga kelelahan seperti Anda, tapi mereka rela meluangkan sedikit waktu untuk menjalankan apa yang paling suka mereka lakukan.

Tidak ingin mengorbankan waktu luang 
Sebaiknya, apa yang ingin Anda kejar adalah apa yang bisa Anda lakukan di waktu luang. Jika Anda tidak ingin menggunakan waktu senggang Anda untuk menjalani apa yang Anda cintai, mungkin Anda tidak seantusias yang Anda bayangkan dalam mencintai kegiatan tersebut. Memang kita tidak boleh terlalu lelah atau stres, namun waktu luang adalah waktu terbaik untuk mengejar impian Anda.

Justru, inilah cara untuk menguji apakah hal tersebut betul-betul passion  Anda. Jika ya, pasti Anda akan mengejarnya apa pun yang terjadi. Entah itu dengan lebih dulu mengambil kursus untuk memperdalam kemampuan Anda, atau mengambil waktu akhir pekan untuk menjalaninya.

Takut gagal 
Perlu Anda ketahui, tak ada orang yang langsung berhasil pada percobaan pertamanya. Dengan kegagalan kita justru akan belajar, beradaptasi, dan menjadi tangguh, sehingga bisa mencapai titik di mana kita bisa sukses. Jadikan kegagalan untuk memacu Anda untuk terus memperbaiki diri. Pikirkan pertanyaan "apa jadinya" sehingga Anda bisa melihat konsekuensinya untuk Anda. Misalnya, berapa banyak kerugian yang bisa Anda alami jika Anda gagal berbisnis fashion? Bagaimana jika Anda gagal masuk audisi kompetisi menyanyi? Dan sebaliknya, apa jadinya kalau ide yang sudah Anda miliki keburu dilakukan orang lain karena Anda tidak segera mewujudkannya?

Tidak tahu bagaimana memulainya 
Mungkin Anda tahu apa yang Anda inginkan, dan sadar bahwa itu akan memakan waktu dan tenaga. Yang perlu Anda lakukan adalah buat rincian tugas-tugas Anda menjadi tujuan-tujuan kecil, lalu buat setiap tujuan tersebut menjadi langkah dalam arah yang benar. Ketahui apa yang sedang Anda lakukan dalam setiap langkah, dan pastikan itu bisa diukur.

Ketika Anda bisa melihat apa yang telah Anda capai sedikit demi sedikit, pasti Anda akan lebih termotivasi untuk terus melangkah. Jika rutinitas adalah pegangan Anda, buatlah sebuah jadwal sehingga Anda selalu tahu kapan Anda harus menyediakan waktu untuk projek Anda. Disiplinkan diri bahwa Anda harus meluangkan waktu satu jam setiap hari untuk menjalaninya.

Tidak bisa melakukannya sendiri 
Pasti akan ada banyak hambatan untuk mengejar impian Anda. Entah itu karena Anda baru punya anak, atau baru ditinggalkan asisten rumah tangga. Jika semua itu memang menyita waktu Anda, tak ada salahnya meminta bantuan. Markell R. Steele, konsultan karier dari Futures in Motion mengatakan, jujurlah pada orang-orang terdekat Anda jika Anda memang butuh dukungan. Tanpa dukungan dari lingkungan terdekat Anda, pasti tingkat kesulitannya jadi berganda. Passion  adalah hal-hal yang membutuhkan perhatian Anda secara total. Kadang-kadang Anda bahkan butuh lebih dari sekadar dukungan.

Bicaralah pada keluarga dan teman-teman, atau mungkin rekan kerja terdekat Anda. Biarkan mereka tahu apa yang sedang Anda lakukan. Mereka mungkin akan menyemangati Anda, dan bersedia membantu semampu mereka.

Belum ingin mengejarnya sekarang 
Barangkali, inilah alasan terburuk mengapa Anda tidak segera mengejar passion  Anda. Anda terus menundanya, sampai akhirnya terlambat. Yakinkan diri Anda bahwa Anda punya waktu sekarang ini, dan akan melakukannya sekarang. Jika Anda tidak menggunakan waktu Anda sekarang, Anda akan kehilangan waktu tersebut. Impian Anda mungkin akan sulit dicapai, dan butuh waktu yang lama, namun Anda tak boleh menyerah hanya karena impian itu butuh waktu yang lama untuk dicapai.


Sumber :
http://www.tabloidnova.com

Thursday, September 18, 2014

5 Hal Sebelum Menjadi Entrepreneurship


Ada 5 hal yang perlu ditanyakan pada diri sendiri sebelum memulai perjalanan menjadi entrepreneurship. Lima pertanyaan ini harus ditanyakan oleh setiap entrepreneur kepada dirinya sendiri sebelum terjun ke dunia entrepreneurship:

1. Apakah Anda siap dengan tekanan sosial? 
Jika Anda memiliki teman dan keluarga yang bukan entrepreneur, mereka tidak akan benar-benar memahami apa yang ingin Anda capai dan tekanan akan menjadi lebih tinggi. Anda tidak lebihnya ibarat sebuah status di Facebook yang hanya diperhatikan selama sesaat. Jika Anda terlalu peduli tentang apa yang orang lain pikirkan, Anda akan menghabiskan waktu untuk membuktikan bahwa Anda sukses, alih-alih berfokus pada startup Anda. Nikmati hidup Anda. Saya sendiri telat melakukannya.

2. Apakah Anda single atau mempunyai pasangan yang sangat mendukung? 
Ketika dewasa, kita menghabiskan lebih banyak waktu kita dengan pasangan dibanding dengan teman atau keluarga. Melakukan bisnis Anda sendiri adalah hal yang sulit – lebih sulit daripada yang saya bayangkan. Pikiran Anda akan terus-menerus kacau dengan sejuta hal dan tidak ada orang lain, termasuk pacar Anda, yang memahaminya.

3. Apakah Anda memiliki uang yang cukup untuk bertahan setidaknya satu tahun? 
Jika ya, bagus. Kemudian kalikan jumlah itu setidaknya tiga kali lipat karena Anda akan kehabisan tabungan Anda lebih cepat dari yang Anda bayangkan. Sepanjang jalan, akan ada banyak biaya tak terduga, biaya akuntan, biaya untuk urusan legal, iPhone atau PC yang rusak, dan sebagainya.

Bersiaplah untuk sebuah rumah kontrakan kecil, porsi makanan yang lebih sedikit, atau menghitung uang receh Anda, yang mungkin tidak pernah Anda pedulikan sebelumnya. Beberapa bulan sebelum Anda benar-benar kehabisan uang adalah masa yang sangat sulit, dan tekanan akan semakin berat hingga Anda tidak akan dapat tidur dengan nyenyak. Sukses akan datang dengan lambat, dan uang akan cepat habis. Anda harus cerdas untuk merencanakan semua hal dari hari pertama.

4. Apakah Anda siap hanya tidur beberapa jam per hari? 
Kutipan dari Lori Greiner berikut: Entrepreneur rela bekerja 80 jam per minggu untuk menghindari bekerja 40 jam per minggu. 

Semuanya dimulai dengan bangun di tengah malam. Jika kita bekerja terlalu banyak karena saya merasa tidak pernah cukup mengerjakan ide anda dan anda ingin berbuat lebih banyak lagi. Namun, semakin lama anda bekerja dan semakin larut anda tidur, anda semakin sulit tertidur dan semakin rendah kualitas tidur anda. Hasilnya, dua hingga tiga hari per minggu kinerja anda menjadi tidak produktif.

Jangan tertipu oleh berita investasi tentang founder startup yang menjadi miliarder. Ada cerita yang menyakitkan di balik itu semua, malam tanpa tidur, dan penolakan terus-menerus serta kegagalan. Perjalanan menuju kesuksesan sangatlah panjang, bahkan seringnya, terlalu panjang.

5. Bagaimana Anda mendefinisikan sukses? 
Setiap orang memiliki daftar prioritas yang berbeda dalam hidup. Bagi kebanyakan orang, uang adalah prioritas nomor satu dalam daftar mereka, sementara yang lain lebih mementingkan keseimbangan kehidupan pribadi dan kerja. Akibatnya, setiap orang memiliki definisi sukses yang berbeda. Tergantung pada definisi sukses Anda, kesulitan perjalanan entrepreneurship Anda akan berbeda juga. Jika uang dan ketenaran adalah hal yang paling penting bagi Anda, perjalanan entrepreneurship Anda mungkin akan lebih sulit.

Ingat kata-kata bijak Ernest Hemingway: Memang baik untuk memiliki akhir dari sebuah perjalanan; tapi pada akhirnya, perjalanannya lah yang penting. 

Entrepreneur sukses tidak selalu orang-orang yang mendapat investasi jutaan dollar. Jangan lupa, mereka adalah satu dari sejuta. Bagaimanapun, ada ribuan pemimpi di luar sana yang berhasil menjalankan startup mereka secara bootstrapping atau hidup dengan baik secara mandiri, tapi bahkan mereka tidak diliput di berita teknologi. Tidak peduli seberapa kacau hidup Anda karena entrepreneurship atau sebera sulit nantinya, nikmati perjalanannya dan terus ikuti passion Anda.

Seperti kata Tony Gaskin: Jika Anda tidak membangun mimpi Anda, seseorang akan mempekerjakan Anda untuk membangun mimpi mereka. 


Sumber :
http://id.techinasia.com

Sunday, September 14, 2014

How Successful People Stay Calm

Dr. Travis Bradberry
Coauthor Emotional Intelligence 2.0 & President at TalentSmart

The ability to manage your emotions and remain calm under pressure has a direct link to your performance. TalentSmart has conducted research with more than a million people, and we’ve found that 90% of top performers are skilled at managing their emotions in times of stress in order to remain calm and in control.

If you follow our newsletter, you’ve read some startling research summaries that explore the havoc stress can wreak on one’s physical and mental health (such as the Yale study, which found that prolonged stress causes degeneration in the area of the brain responsible for self-control). The tricky thing about stress (and the anxiety that comes with it) is that it’s an absolutely necessary emotion. Our brains are wired such that it’s difficult to take action until we feel at least some level of this emotional state. In fact, performance peaks under the heightened activation that comes with moderate levels of stress. As long as the stress isn’t prolonged, it’s harmless.


Research from the University of California, Berkeley, reveals an upside to experiencing moderate levels of stress. But it also reinforces how important it is to keep stress under control. The study, led by post-doctoral fellow Elizabeth Kirby, found that the onset of stress entices the brain into growing new cells responsible for improved memory. However, this effect is only seen when stress is intermittent. As soon as the stress continues beyond a few moments into a prolonged state, it suppresses the brain’s ability to develop new cells.

“I think intermittent stressful events are probably what keeps the brain more alert, and you perform better when you are alert,” Kirby says. For animals, intermittent stress is the bulk of what they experience, in the form of physical threats in their immediate environment. Long ago, this was also the case for humans. As the human brain evolved and increased in complexity, we’ve developed the ability to worry and perseverate on events, which creates frequent experiences of prolonged stress.

Besides increasing your risk of heart disease, depression, and obesity, stress decreases your cognitive performance. Fortunately, though, unless a lion is chasing you, the bulk of your stress is subjective and under your control. Top performers have well-honed coping strategies that they employ under stressful circumstances. This lowers their stress levels regardless of what’s happening in their environment, ensuring that the stress they experience is intermittent and not prolonged.

While I’ve run across numerous effective strategies that successful people employ when faced with stress, what follows are ten of the best. Some of these strategies may seem obvious, but the real challenge lies in recognizing when you need to use them and having the wherewithal to actually do so in spite of your stress.

They Appreciate What They Have

Taking time to contemplate what you’re grateful for isn’t merely the “right” thing to do. It also improves your mood, because it reduces the stress hormone cortisol by 23%. Research conducted at the University of California, Davis found that people who worked daily to cultivate an attitude of gratitude experienced improved mood, energy, and physical well-being. It’s likely that lower levels of cortisol played a major role in this.

They Avoid Asking “What If?”

“What if?” statements throw fuel on the fire of stress and worry. Things can go in a million different directions, and the more time you spend worrying about the possibilities, the less time you’ll spend focusing on taking action that will calm you down and keep your stress under control. Calm people know that asking “what if? will only take them to a place they don’t want—or need—to go.

They Stay Positive

Positive thoughts help make stress intermittent by focusing your brain’s attention onto something that is completely stress-free. You have to give your wandering brain a little help by consciously selecting something positive to think about. Any positive thought will do to refocus your attention. When things are going well, and your mood is good, this is relatively easy. When things are going poorly, and your mind is flooded with negative thoughts, this can be a challenge. In these moments, think about your day and identify one positive thing that happened, no matter how small. If you can't think of something from the current day, reflect on the previous day or even the previous week. Or perhaps you’re looking forward to an exciting event that you can focus your attention on. The point here is that you must have something positive that you're ready to shift your attention to when your thoughts turn negative.

They Disconnect

Given the importance of keeping stress intermittent, it’s easy to see how taking regular time off the grid can help keep your stress under control. When you make yourself available to your work 24/7, you expose yourself to a constant barrage of stressors. Forcing yourself offline and even—gulp!—turning off your phone gives your body a break from a constant source of stress. Studies have shown that something as simple as an email break can lower stress levels.

Technology enables constant communication and the expectation that you should be available 24/7. It is extremely difficult to enjoy a stress-free moment outside of work when an email that will change your train of thought and get you thinking (read: stressing) about work can drop onto your phone at any moment. If detaching yourself from work-related communication on weekday evenings is too big a challenge, then how about the weekend? Choose blocks of time where you cut the cord and go offline. You’ll be amazed at how refreshing these breaks are and how they reduce stress by putting a mental recharge into your weekly schedule. If you’re worried about the negative repercussions of taking this step, first try doing it at times when you’re unlikely to be contacted—maybe Sunday morning. As you grow more comfortable with it, and as your coworkers begin to accept the time you spend offline, gradually expand the amount of time you spend away from technology.

They Limit Their Caffeine Intake

Drinking caffeine triggers the release of adrenaline. Adrenaline is the source of the “fight-or-flight” response, a survival mechanism that forces you to stand up and fight or run for the hills when faced with a threat. The fight-or-flight mechanism sidesteps rational thinking in favor of a faster response. This is great when a bear is chasing you, but not so great when you’re responding to a curt email. When caffeine puts your brain and body into this hyperaroused state of stress, your emotions overrun your behavior. The stress that caffeine creates is far from intermittent, as its long half-life ensures that it takes its sweet time working its way out of your body.

They Sleep

I’ve beaten this one to death over the years and can’t say enough about the importance of sleep to increasing your emotional intelligence and managing your stress levels. When you sleep, your brain literally recharges, shuffling through the day’s memories and storing or discarding them (which causes dreams), so that you wake up alert and clear-headed. Your self-control, attention, and memory are all reduced when you don’t get enough—or the right kind—of sleep. Sleep deprivation raises stress hormone levels on its own, even without a stressor present. Stressful projects often make you feel as if you have no time to sleep, but taking the time to get a decent night’s sleep is often the one thing keeping you from getting things under control.

They Squash Negative Self-Talk

A big step in managing stress involves stopping negative self-talk in its tracks. The more you ruminate on negative thoughts, the more power you give them. Most of our negative thoughts are just that—thoughts, not facts. When you find yourself believing the negative and pessimistic things, your inner voice says, “It's time to stop and write them down.” Literally stop what you're doing and write down what you're thinking. Once you've taken a moment to slow down the negative momentum of your thoughts, you will be more rational and clear-headed in evaluating their veracity.

You can bet that your statements aren’t true any time you use words like “never,” “worst,” “ever,” etc. If your statements still look like facts once they’re on paper, take them to a friend or colleague you trust and see if he or she agrees with you. Then the truth will surely come out. When it feels like something always or never happens, this is just your brain’s natural threat tendency inflating the perceived frequency or severity of an event. Identifying and labeling your thoughts as thoughts by separating them from the facts will help you escape the cycle of negativity and move toward a positive new outlook.

They Reframe Their Perspective

Stress and worry are fueled by our own skewed perception of events. It’s easy to think that unrealistic deadlines, unforgiving bosses, and out-of-control traffic are the reasons we’re so stressed all the time. You can’t control your circumstances, but you can control how you respond to them. So before you spend too much time dwelling on something, take a minute to put the situation in perspective. If you aren’t sure when you need to do this, try looking for clues that your anxiety may not be proportional to the stressor. If you’re thinking in broad, sweeping statements such as “Everything is going wrong” or “Nothing will work out,” then you need to reframe the situation. A great way to correct this unproductive thought pattern is to list the specific things that actually are going wrong or not working out. Most likely you will come up with just some things—not everything—and the scope of these stressors will look much more limited than it initially appeared.

They Breathe

The easiest way to make stress intermittent lies in something that you have to do everyday anyway: breathing. The practice of being in the moment with your breathing will begin to train your brain to focus solely on the task at hand and get the stress monkey off your back. When you’re feeling stressed, take a couple of minutes to focus on your breathing. Close the door, put away all other distractions, and just sit in a chair and breathe. The goal is to spend the entire time focused only on your breathing, which will prevent your mind from wandering. Think about how it feels to breathe in and out. This sounds simple, but it’s hard to do for more than a minute or two. It’s all right if you get sidetracked by another thought; this is sure to happen at the beginning, and you just need to bring your focus back to your breathing. If staying focused on your breathing proves to be a real struggle, try counting each breath in and out until you get to 20, and then start again from 1. Don’t worry if you lose count; you can always just start over.

This task may seem too easy or even a little silly, but you’ll be surprised by how calm you feel afterward and how much easier it is to let go of distracting thoughts that otherwise seem to have lodged permanently inside your brain.

They Use Their Support System

It’s tempting, yet entirely ineffective, to attempt tackling everything by yourself. To be calm and productive, you need to recognize your weaknesses and ask for help when you need it. This means tapping into your support system when a situation is challenging enough for you to feel overwhelmed. Everyone has someone at work and/or outside work who is on their team, rooting for them, and ready to help them get the best from a difficult situation. Identify these individuals in your life and make an effort to seek their insight and assistance when you need it. Something as simple as talking about your worries will provide an outlet for your anxiety and stress and supply you with a new perspective on the situation. Most of the time, other people can see a solution that you can’t because they are not as emotionally invested in the situation. Asking for help will mitigate your stress and strengthen your relationships with those you rely upon.

ABOUT THE AUTHOR:

Travis Bradberry, Ph.D.

Dr. Travis Bradberry is the award-winning co-author of the #1 bestselling book, Emotional Intelligence 2.0, and the cofounder of TalentSmart, the world's leading provider of emotional intelligence tests, emotional intelligence training, and emotional intelligence certification, serving more than 75% of Fortune 500 companies. His bestselling books have been translated into 25 languages and are available in more than 150 countries. Dr. Bradberry has written for, or been covered by, Newsweek, BusinessWeek, Fortune, Forbes, Fast Company, Inc., USA Today, The Wall Street Journal, The Washington Post, and The Harvard Business Review.


Source :
https://www.linkedin.com/pulse/

Friday, September 12, 2014

Menjadi Penulis sebagai Karier


Kerja jadi penulis sepertinya gampang ya, tinggal duduk lalu mengetik. Bikin tulisan lalu dapat uang--idealnya memang begitu. Kan cuma nulis aja, apa sih susahnya? Menulis memang sebuah keahlian yang bisa dimiliki setiap orang. Tapi untuk menghasilkan karya tulisan yang baik perlu usaha dan upaya khusus. Selain latihan menulis terus menerus setiap hari, ada sejumlah tips yang bisa Anda ikuti untuk bisa menulis lebih cepat sekaligus lebih baik.

Tak Perlu Menuntut Kesempurnaan di Awal Kalimat
Seperti yang dilansir oleh lifehack.org, kita bisa menulis kalimat pembuka kita di akhir tulisan. Maksudnya adalah Anda bisa baru membuat kalimat pembuka setelah Anda menyelesaikan, misalnya, satu paragraf. Tujuannya adalah untuk mengurangi tekanan dalam menulis karena banyak orang yang gagal jadi penulis akibat rasa tertekan yang dirasakan ketika baru awal menulis.

“My advice is to finish the book, then scrap the first chapter all together and write it again without looking at the original.” — Dr. Kim Wilkins 

Ketika menulis, untuk sementara abaikan kesalahan tata bahasa atau penulisan kata. Anda bisa mengeditnya nanti ketika tulisan Anda sudah jadi satu tulisan yang utuh.

Lakukan Penelitian dan Observasi
Melakukan penelitian dan observasi memang butuh waktu khusus. Tapi ketika Anda selesai melakukan penelitian Anda untuk tulisan yang akan Anda buat, Anda akan memiliki amunisi yang cukup untuk menulis. Selain itu Anda tidak akan merasa tiba-tiba blank saat menulis.

Hindari Gangguan
Apa cara terbaik Anda untuk fokus? Apabila lini masa atau suara berisik selalu berhasil menghilangkan fokus dan konsentrasi Anda, cari tempat yang paling kondusif untuk Anda menulis.

Menulis itu bisa dibilang seperti bertapa atau mengasingkan diri. Hanya ada Anda dan kata-kata Anda, di situlah dunia Anda saat menulis. Dan untuk mendapatkan kondisi yang seperti ini, butuh strategi khusus.

Selalu Beri Kesempatan untuk Memperbaiki Draft
Yang penting adalah Anda perlu menulis secepatnya. Draft pertama tulisan tak harus selalu sempurna. Saat Anda sudah membuat draft utuh, coba lakukan beberapa pengecekan ulang lagi. Anda juga bisa minta bantuan orang lain untuk mengoreksi atau memberi masukan terhadap draft tulisan Anda.

“You can’t wait for inspiration. You have to go after it with a club.” ― Jack London 

Hindari Kalimat-Kalimat Klise
Pembaca akan mengingat tulisan seseorang jika ada sesuatu yang unik dan berbeda dari tulisan itu. Kalimat klise, standar, atau biasa hanya akan menghadirkan tulisan yang tak memikat hati.

Tapi bagaimana cara menghindari penulisan kalimat yang klise? Nah, salah satu cara yang paling efektif adalah menulis hal-hal kecil dan spesifik. Misalnya, untuk mengganti kalimat, "Hari ini dingin sekali," Anda bisa menggunakan, "Jari-jari tangan ini rasanya membeku padahal sudah memakai sarung tangan tebal."

Spesifik, itulah salah satu kunci untuk menghindari kalimat yang basi atau klise. Penggunaan asosiasi atau metafora juga bisa diterapkan di sini.

“Don’t tell me the moon is shining; show me the glint of light on broken glass.” – Anton Chekhov 

Oh iya, satu lagi cara untuk membantu Anda bisa menulis cepat yaitu dengan membuat batasan waktu. Anda bisa memanfaatkan jam beker atau alarm ponsel Anda untuk membuat batasan waktu, misalnya selama 20 menit ke depan Anda harus menulis 3 halaman penuh. Cara ini bisa memacu Anda untuk menulis secara cepat dan membuat tulisan utuh dalam sekali waktu.

Penulis adalah sebuah profesi yang menjanjikan asalkan Anda mau terus belajar dan berlatih. Jadi, masih tertarik untuk berkarier di dunia kepenulisan?


Sumber :
http://www.vemale.com

Trik Sukses dengan Kreativitas


Kreativitas itu bukan semata-mata bakat atau keturunan. Setiap orang bisa menjadi orang kreatif asalkan tak pernah berhenti untuk mengembangkan diri dan terus menggali ide serta inspirasi baru. Dilansir dari lifehack.org, ada sejumlah trik jitu yang bisa Anda ikuti untuk menjadi pribadi yang lebih kreatif dan pada akhirnya sukses dalam hidup Anda termasuk dalam bidang karier Anda.

“You can't use up creativity. The more you use, the more you have.” ― Maya Angelou 

Ambil Jeda Terlebih Dahulu
Sebuah studi di Radboud University, Nijmegen, mahasiswa PhD bernama Simone Ritter meminta murid-muridnya untuk memberikan ide tentang bagaimana caranya membuat antrian di kasir supermarket lebih efisien. Satu kelompok murid diminta untuk langsung bekerja untuk mencari ide. Sementara kelompok lainnya disuruh untuk melakukan aktivitas lain terlebih dahulu. Dan hasilnya ternyata kelompok yang bermain video game terlebih dahulu sebelum mulai mencari ide malah lebih kreatif dalam mengemukakan ide-idenya.

Dengan kata lain, memberikan waktu atau jeda terlebih dahulu sebelum menemukan solusi dalam sebuah permasalahan bisa mendatangkan ide-ide yang lebih kreatif dan brilian. Bahkan tertawa juga bisa merangsang munculnya ide-ide yang lebih unik dan kreatif. Hmm, sepertinya Anda bisa coba untuk melihat acara komedi terlebih dahulu sebelum mulai mencari ide atau gagasan untuk jalan keluar sebuah permasalahan.

Olahraga 
Banyak sekali penulis yang menyebutkan bahwa ide-ide akan bermunculan saat berolahraga. Salah satunya adalah Stephen King yang sangat percaya bahwa olahraga rutin setiap hari itu sangat penting. Jika Anda ingin lebih produktif dan kreatif, Anda bisa segera membuat jadwal untuk olahraga setiap hari.

Buat Ruang Kerja Sendiri
Kreativitas Anda bisa lebih tajam ketika Anda bekerja di tempat yang benar-benar secara khusus Anda persiapkan sesuai dengan preferensi dan kenyamanan Anda.

Membuat ruang kerja khusus bisa membantu Anda untuk tetap fokus. Selain itu, Anda bisa juga meletakkan beberapa benda yang akan selalu menjadi pemicu Anda untuk berkreativitas. Misalnya, jika Anda ingin menjadi penulis terkenal, Anda bisa meletakkan sejumlah buku-buku laris dan populer di meja kerja Anda.

Buat Tenggat Waktu (Deadline)
The New York Time menyebutkan bahwa membuat tenggat waktu bisa membantu Anda untuk terpacu mulai berkarya dan berkreasi. Kreativitas bisa muncul saat Anda memberi tekanan atau 'paksaan' dengan tenggat waktu yang Anda buat.

Jangan Abaikan Ide-Ide Konyol
Setiap kali ada ide baru yang muncul di kepala Anda, jangan lupa untuk selalu dicatat. Ide-ide yang mungkin terasa konyol, buruk, atau tak masuk akal pada akhirnya bisa saja jadi ide-ide jenius yang akan mendorong Anda untuk menciptakan maha karya terbaru Anda.

“Creativity is allowing yourself to make mistakes. Art is knowing which ones to keep.” ― Scott Adams 

Dalam dunia kreativitas, imajinasi tak memiliki batasan. Sebuah ide tunggal pun biasanya berasal dari sekumpulan ide yang tadinya abstrak dan jamak. Menjadi pribadi kreatif tak harus selalu membutuhkan kejeniusan. Semua yang Anda lakukan bisa jadi sesuatu yang kreatif asal dilakukan dengan sungguh-sungguh.


Sumber :
http://www.vemale.com

Tanda Bekerja di Tempat Yang Tepat


Banyak orang yang memiliki pekerjaan impian. Entah itu dalam segi passion, suasana kerja, hingga salary. Pekerjaan impian dan ideal memang tergantung pada masing-masing individu.

Saat sudah merasa betah dan nyaman dalam satu pekerjaan, kemudian bisa berkembang dalam perusahaan tersebut, kemungkinan pekerjaan Anda sudah mulai membesarkan karir Anda dan Anda bekerja di tempat yang tepat. Beberapa tanda lainnya adalah seperti di bawah ini.

Anda Bekerja Tanpa Terasa Sedang Bekerja
Tanda yang paling mudah dilihat adalah bagaimana Anda bisa bekerja tanpa rasa bekerja. Semua terasa bisa dihandle, ada tantangannya tapi terasa sebagai sesuatu yang sangat menyenangkan dan menambah pengalaman. Anda tak pernah merasa dedikasi Anda sia-sia.

Anda Tak Menghitung Apa Yang Anda Hasilkan
Setiap kali Anda menghasilkan sesuatu atau berprestasi, Anda tak menghitungnya. Namun terpacu untuk menghasilkan yang lebih lagi dan lagi. Anda menikmati petualangan dalam setiap pencapaian yang Anda lakukan dalam pekerjaan Anda.

Hubungan Antara Keluarga Dan Rekan Kerja Seimbang
Pekerjaan itu sesuai dengan Anda ketika Anda tak lagi bermasalah dengan hubungan antara kehidupan pribadi dan rekan kerja. Hal ini juga mengindikasikan pekerjaan ini tepat dalam situasi Anda sekarang, meski tidak terlalu sesuai dengan passion yang Anda miliki.

Anda Punya Love Life
Pekerjaan yang tepat itu juga memberi ruang yang proporsional dalam kebutuhan Anda menjalin hubungan dengan lawan jenis. Bila pekerjaan terlalu lama mengungkung Anda dalam kesibukan sampai Anda merasa tidak punya waktu untuk love life, mungkin Anda perlu menata ulang waktu yang Anda miliki atau mencari pekerjaan yang tidak menyita me time Anda.

Anda Tidak Menyesal
Yang jelas sebuah pekerjaan yang menyenangkan dan sesuai passion kerap kali membuat Anda selalu termotivasi dan jarang rasa menyesal. Artinya, selama sekian lama Anda bekerja, Anda merasa mendapatkan sesuatu yang bermanfaat baik secara skill, pengalaman maupun finansial.

Anda Mendapatkan Kepuasan (Walau Masih Belum Puas)
Satu hal yang penting, ada kepuasan tersendiri dalam setiap pencapaian Anda. Meski mungkin Anda selalu ingin terus menanjak, namun Anda merasa bahagia dengan apa yang sudah Anda lakukan. Bahkan kadang Anda merasa pekerjaan ini sebagai sesuatu yang bisa Anda nikmati di jam efektif maupun di waktu luang.

Anda Punya Semangat Dan Ide Untuk Berkembang
Dalam pekerjaan ini, apabila Anda merasa punya semangat dan ide untuk berkembang terus, maka artinya Anda nyaman dan menyukai bidang pekerjaan tersebut. Anda tahu bahwa setiap pekerjaan pasti ada effortnya, namun Anda tidak lelah untuk mengembangkan diri dan menyumbangkan ide dalam setiap hal yang Anda lakukan.

Dalam bekerja, mengeluh dan putus asa mungkin saja terjadi. Bagaimana Anda menyikapinya, juga bisa menunjukkan apakah Anda memang sudah bekerja di tempat yang tepat atau harus berpetualang di luar.

Happy working and never give up on your dreams.


Sumber :
http://www.vemale.com/relationship

Why Asians Are Less Creative Than Westerners

MENGAPA BANGSA ASIA KALAH KREATIF ?


Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya "Why Asians Are Less Creative Than Westerners" (2001) yang dianggap kontroversial tapi ternyata menjadi "best seller". (www.idearesort.com/trainers/T01.p) mengemukakan beberapa hal tentang bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan pikiran banyak orang:

1. Bagi kebanyakan orang Asia, dalam budaya mereka, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain). Passion (rasa cinta terhadap sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, lawyer, dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang utk memiliki kekayaan banyak.

2. Bagi orang Asia, banyaknya kekayaan yang dimiliki lebih dihargai daripada cara
memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai ceritera, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku koruptif pun ditolerir / diterima sbg sesuatu yang wajar.

3. Bagi orang Asia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis "kunci jawaban" bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk PT dll semua berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus-rumus ilmu pasti dan ilmu hitung lainnya bukan diarahkan utuk memahami kapan dan bagaimana menggunakan rumus rumus tersebut.

4. Karena berbasis hafalan, murid-murid di sekolah di Asia dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi "Jack of all trades, but master of none" (tahu sedikit sedikit ttg banyak hal tapi tidak menguasai apapun).

5. Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia bisa jadi juara dalam Olympiade Fisika, dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada orang Asia yang menang Nobel atau hadiah internasional lainnya yang berbasis inovasi dan kreativitas.

6. Orang Asia takut salah (KIASI) dan takut kalah (KIASU). Akibatnya sifat eksploratif sebagai upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko kurang dihargai.

7. Bagi keanyakan bangsa Asia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah

8. Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir peserta mengerumuni guru / narasumber untuk minta penjelasan tambahan.


Dlm bukunya Prof.Ng Aik Kwang menawarkan bbrp solusi sbb:

1. Hargai proses. Hargailah orang karena pengabdiannya bukan karena kekayaannya. Percuma bangga naik haji atau membangun mesjid atau pesantren tapi duitnya dari hasil korupsi

2. Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami bidang yang paling disukainya

3. Jangan jejali murid dgn banyak hafalan, apalagi matematika. Untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban utk X x Y harus dihapalkan? Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar-benar dikuasainya

4. Biarkan anak memilih profesi berdasarkan PASSION-nya (rasa cinta) pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yang lebih cepat menghasilkan uang

5. Dasar kreativitas adalah rasa penasaran berani ambil resiko. AYO BERTANYA!

6. Guru adalah fasilitator, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui dengan bangga kalau kita tidak tahu.

7. Passion manusia adalah anugerah Tuhan..sebagai orang tua kita bertanggung-jawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya dan men-support-nya.

Mudah-mudahan dengan begitu, kita bisa memiliki anak-anak dan cucu yang kreatif, inovatif tapi juga memiliki integritas dan idealisme tinggi tanpa korupsi


Sumber :
Artikel dikirim oleh bu Ratih dari FB: Komunitas Ayah Edy

Tingkatkan Produktivitas Kerja di Hari Senin


Hari Senin adalah hari paling malas bekerja. Enggan bangun pagi, apalagi berangkat kerja. Namun demikian, jangan biarkan perasaan dan energi yang menurun mendominasi pikiran serta tubuh Anda. Bangkitkan semangat untuk mulai kembali produktif.

1. Hindari beraktivitas di media sosial saat bekerja
Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan menghindari segala hal yang dapat menggangu fokus Anda. Salah satunya bersosialisasi di Facebook, Twitter, Instagram, atau Path. Sebab, seperti kita ketahui chatting dengan teman via media sosial sama menyenangkannya dengan bertemu langsung. Alhasil, tanpa Anda sadari, waktu berlalu begitu saja dan tumpukan pekerjaan masih menggunung.

2. Buat pembagian tugas
Waktu terbaik untuk bekerja secara maksimal adalah sebelum makan siang. Bagilah tugas-tugas kantor Anda. Sebelum makan siang, selesaikan tugas paling mendesak. Sehabis makan siang, biasanya semangat bekerja menurun, lakukan tugas dengan tenggat jangka panjang.

3. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri
Sebelum menyelesaikan tugas Anda sendiri, jangan berlagak jadi pahlawan kesiangan dengan menawarkan bantuan pada rekan kerja. Hal seperti ini hanya akan membuat beban kerja jadi terasa lebih berlipat-lipat dan membuat Anda sulit berkonsentrasi.

4. Rapikan meja kerja
Meja kerja yang berantakan akan membuat Anda kesulitan mencari barang, dan hal ini justru akan membuang banyak waktu. Secara psikologis, meja yang berantakan juga akan membuat Anda menjadi tambah stres. Rapihkanlah meja Anda, jika perlu tambahkan hiasan yang membuat hati Anda bahagia.

5.Beristirahat
Jangan memaksa diri untuk terus bekerja saat badan telah merasa lelah. Luangkan waktu untuk merenggangkan punggung dan kaki selama 15 menit. Selain itu, hindari makan siang di meja kantor. Cobalah mencari udara segar dengan keluar dari ruangan dan menghirup udara bebas.

6.Jangan terus menerus periksa email atau pesan singkat
Ketika Anda terus menerus memeriksa email atau pesan di telepon genggam, ini akan membuat pekerjaan yang Anda prioritaskan tak kunjung usai dan membuat pikiran menjadi makin panik. Percaya saja, jika urusannya sangat mendesak, pasti orang tersebut akan menelpon Anda.


Sumber :
http://female.kompas.com


Related Posts