Monday, March 31, 2014

Karyawan Tipe Otak Kiri atau Otak Kanan


Kunci sukses seseorang itu selain dari kerja keras dan disiplin adalah mengetahui kemampuan diri yang dimiliki untuk dikembangkan. Setelah tahu mana saja kelebihan yang bisa dikembangkan, maka dengan mudah jalan akan terbuka dan ditemukan.

Nah, kelebihan tersebut ternyata sangat berhubungan erat dengan kerja otak kiri dan otak kanan. Mereka yang cenderung bekerja dengan menggunakan otak kiri sangat cerdas dalam hal menyusun dan penghitungan. Cocok bekerja di bidang pekerjaan yang berhubungan dengan penghitungan serta menyusun. Sedangkan mereka yang cenderung bekerja dengan otak kanan, lebih banyak gemar praktek dan bekerja di bidang yang berkaitan dengan seni.

Apabila saat ini Anda sudah bekerja namun merasa tidak nyaman dengan pekerjaan Anda, bisa jadi Anda salah memilih pekerjaan. Yuk cari bidang pekerjaan sesuai dengan cara kerja otak.

Jawab beberapa pertanyaan berikut yang akan membantu Anda menentukan apakah Anda tipe si otak kanan atau si otak kiri.

1. Jika Anda diberi tugas untuk mengarang, maka yang akan Anda tulis adalah...

a. Menjabarkan sistem planet dan peredarannya

b. Menulis cerita bagaimana seekor gajah dapat menyelamatkan dunia


2. Menurut teman Anda, Anda adalah sosok yang...

a. Akademis dan terkenal selalu disiplin

b. Sosok yang populer dan ramai


3. Di pagi hari, Anda memilih pakaian berdasarkan...

a. Apa saja yang penting praktis

b. Seperti yang telah direncanakan semalam, karena ada acara yang spesial harus didatangi


4. Kalau ada dua pekerjaan yang menanti, maka Anda akan...

a. Menyelesaikan satu terlebih dahulu sampai sempurna, baru menyelesaikan yang lain

b. Mengerjakan yang satu, apabila bosan mengerjakan yang lain, dan kembali ke pekerjaan semula. Yang penting tidak bosan.


5. Dalam produksi film, kira-kira Anda akan berperan sebagai apa?

a. Pengarah gaya

b. Sebagai artisnya dong


6. Anda baru saja memenangkan sebuah tiket liburan selama seminggu ke pantai, Anda akan...

a. Mengajak serta kedua orang tua dan keluarga

b. Berlibur bersama teman-teman saja


7. Seseorang baru saja mengatakan bahwa Anda ini terlalu mementingkan penampilan. Maka Anda berpikir...

a. Masak sih?

b. Iya mungkin iya. Karena penampilan kan juga penting.


8. Dalam soal pilihan ganda, Anda akan...

a. Menelaah jawaban satu per satu kemudian baru memilih

b. Bingung memilih mana yang benar


9. Apabila Anda menonton film yang mengharukan maka Anda akan

a. Berkaca-kaca

b. Berusaha keras untuk tidak menangis


10. Saat beradu pendapat dengan orang lain Anda akan

a. Mengeluarkan semua fakta yang ada

b. Berusaha memanipulasi keadaan dan membuatnya lebih dramatis


Cek jawaban Anda di sini. Apabila jawaban Anda"

Kebanyakan A: Si Tipe Otak Kiri

Anda adalah tipe otak kiri, di mana Anda sosok pemikir yang praktis dan tak suka hal-hal yang muluk-muluk. Anda adalah tipe orang yang dikagumi karena kedisiplinan Anda. Anda sangat teliti dan tidak suka hal-hal atau barang yang berantakan. Anda akan menyelesaikan semua problem yang ditemui satu per satu terlebih dahulu sebelum menjamah problem lain.

Anda sangat pandai dalam hal menganalisa serta menemukan jawaban akan sebuah problem.

Kebanyakan B: Si Tipe Otak Kanan

Anda sosok yang ceroboh dan seringkali dibuat bimbang saat berhadapan dengan banyak pilihan. Anda sering kurang yakin dan kurang tegas, serta mudah tergiur rayuan.

Anda lebih senang berangan-angan dan cepat bosan. Gemar mendengarkan cerita fiksi dan khayalan serta menyukai hal-hal yang berkaitan dengan seni. Anda juga suka tantangan serta kejutan. Anda orang yang moody, dan tidak suka berkutat pada satu hal saja saat mengerjakan sesuatu.

Nah, manakah tipe Anda? (vem/bee)

Sumber :
http://www.vemale.com

Wednesday, March 26, 2014

Reputasi untuk Memajukan Karier


Mengendalikan arah karier bukanlah hal yang tidak mungkin. Yang kita perlukan adalah strategi yang cermat dan membangun reputasi. Berikut adalah tiga strategi karier yang bisa membantu kita mengontrol kemajuan karier.


1. Ambil kendali

Kebanyakan karier dibangun oleh sikap "mengiyakan". Jika mendapat panggilan kerja, Anda langsung berkata "iya." Jika atasan meminta Anda pindah ke cabang atau melakukan tugas lain, Anda juga langsung mengiyakan.

Selalu berkata "iya" tanpa mengecek apakah perubahan itu mendukung target karier bisa membuat tujuan Anda melenceng jauh. Dari pada langsung berkata "iya", tanyakan pada diri: apakah tugas baru itu akan mengasah kemampuan Anda.

Jika Anda mendapat panggilan kerja, lakukan juga penelitian mengenai job desc yang akan Anda hadapi. Dari sana, Anda bisa mengenali apakah pekerjaan ini sesuai dengan gol akhir yang ingin dicapai.


2. Miliki keahlian

Anda boleh saja menjadi orang yang serba bisa, tapi milikilah setidaknya dua keahlian khusus. Dengan memiliki spesialisasi khusus, Anda akan membangun reputasi yang kelak sangat berguna. Menjadi spesialis juga membuat Anda lebih menonjol.


3. Kelola konflik

Sulit menghindari konflik dalam hidup, termasuk dalam dunia kerja. Kita bisa saja tidak cocok atau berbeda pendapat dengan rekan kerja, atasan, atau bawahan. Tetapi yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana cara kita menangani konflik tersebut. Sikap objektif dan profesional yang bisa kita tunjukkan sangat berpengaruh pada perjalanan karier.

Sumber :
http://female.kompas.com

Tuesday, March 25, 2014

Bebas Stress Meski Super Sibuk


Pekerjaan Super Banyak Tapi Jauh Dari Stres? Ini Tipsnya!

Masih kah Anda kesulitan menghandle pekerjaan yang banyak? Tentunya iya jawabannya. Pekerjaan bagi setiap orang adalah adalah hal yang menyenangkan, tapi sebagian lagi menganggap pekerjaan adalah hal yang buruk untuk di hadapi. Pekerjaan yang terlalu banyak tentu saja membuat Anda lelah, bosan bahkan stres yang berkelanjutan. Tapi pekerjaan Anda adalah hal yang tidak bisa Anda lewatkan. Tidak perlu sedih lagi ladies, seperti yang dilansir oleh allwomanstalk.cominilah beberapa tips yang biasa Anda gunakan untuk menghadapi pekerjaan yang super banyak plus cara menghilangkan stres


Bangun Lebih Pagi

Jika Anda mempunyai pekerjaan yang super banyak sudah seharusnya Anda bangun lebih awal. Bangun pagi akan membuat pikiran Anda fresh dan jauh dari stres. Anda juga dapat mempersiapkan beberapa hal sebelum berangkat kerja. Anda juga dapat melakukan olahraga atau jalan-jalan di pagi hari. Pekerjaan lancar kesehatanpun juga harus tetap terjaga.


Sarapan Pagi

Sebelum berangkat kerja jangan biarkan perut Anda kosong. Untuk pekerjaan yang banyak Anda membutuhkan energi yang banyak juga. Pekerjaan yang terlalu berlebih akan membuat Anda mudah terkena stres, jika Anda stres pekerjaan Anda juga tidak akan maksimal. Sebaiknya Anda mengonsumsi beberapa jenis makanan yang mengandung protein, karbohidrat dan sedikit lemak.


Membuat Jadwal

Membuat jadwal untuk rutinitas Anda juga perlu. Terkadang memang sulit untuk melakukan jadwal yang sudah Anda buat. Tapi dengan jadwal Anda akan lebih terarah dan disiplin. Pekerjaan Anda juga akan lebih lancar dan kebiasaan yang sudah Anda lakukan akan menjauhkan Anda dari stres.


Jangan Terlalu Memaksakan Diri

Meskipun pekerjaan menumpuk jangan sampai menekan diri Anda. Hal ini sangat berbahaya karena dapat membuat Anda stres dan tertekan. Serius boleh, tapi jangan lupakan untuk istirahat atau rileks sebentar. Jangan terlalu memaksakan diri Anda karena hal ini juga akan mempengaruhi kesehatan Anda. Tetap rileks dan santai pekerjaanpun akan mudah untuk terselesaikan.


Sumber :
http://www.vemale.com

Kesalahan yang Dibuat Karyawan Baru


Sebagian besar alasan yang menyebabkan karyawan tidak betah dan gonta ganti perusahaan, terletak pada kesalahan pertama di mana mereka masuk pertama kali dan bekerja di kantor terbarunya. Kesalahan-kesalahan ini hingga kini masih sering terulang dan dilakukan terus menerus, menjadi seperti bola salju besar yang suatu saat akan meledak dan membuat problem kerja baru.

Bekerja di tempat yang sangat baru dan sama sekali belum Anda kenal memang gampang-gampang susah. Banyak hal yang harus Anda prediksi dan hadapi apabila Anda mau bertahan dan menciptakan sebuah prestasi.

Apabila Anda adalah seorang karyawan baru dan ingin karier ANda sukses, maka hindarilah beberapa kesalahan-kesalahan sebagai karyawan baru berikut ini:

Lembur sampai larut malam

Jangan lembur sampai terlalu larut malam hanya demi menunjukkan bahwa Anda berdedikasi. Lakukan saja sewajarnya dan tetap prioritaskan jam istirahat dan tidur Anda.

Perhatikan pula asupan gizi serta gaya hidup tidak sehat yang bisa memberikan pengaruh besar dan panjang bagi karier Anda.


Mendadak jadi si golongan darah A

Golongan darah A adalah sosok yang perfeksionis dan mendambakan semua hal bisa berjalan dengan baik dan lancar seperti maunya. Mereka yang  pernah keberatan membuat sebuah peta rumit hanya demi membimbingnya melakukan sesuatu hal seperti direncanakan.

Soal urusan pekerjaan, golongan darah A memang yang paling dicari. Tetapi ketahuilah bahwa mereka juga punya kelemahan, di mana mereka sering lupa memberikan waktu pada diri sendiri untuk bahagia.


Terlalu ambisius

Anak-anak muda jaman sekarang terbukti lebih kreatif dan berani urusan soal pekerjaan. Di usia yang sangat muda sekalipun, umumnya mereka tidak pernah takut dan selalu blak-blakan. Nyatanya, sikap ini yang justru akan membawa hubungan dalam kehancuran, karena terlalu berusaha serius.


Semuanya asal bos senang 

Percayalah bahwa Anda tidak akan bisa hidup bahagia apabila motto bekerja Anda 'asal bapak senang." Seharusnya sebuah pekerjaan bukan berdasarkan hanya kesenangan atau mood orang lain. Setiap perusahaan wajib memiliki semua yang sistematis, sehingga tidak hanya menghalalkan cara demi menyenangkan bos saja.

Anda tidak dibayar untuk itu lho...


Gemar mencari pujian atasan

Biarkan saja secara alami ia memberikan pujian bagi Anda, karena Anda tak perlu harus mencari perhatian atau masalah agar dilirik oleh si bos.

Ikuti saja langkah-langkah di atas agar Anda bisa segera mendapatkan karier yang terbaik bagi masa depan Anda.


Sumber :
http://www.vemale.com

Tuesday, March 18, 2014

Tipe Manusia dalam Menghadapi Tekanan Hidup


By Anthony Dio Martin

“Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh” (JohnGray)

Pembaca, hidup memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih,hidup di alam modern ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog Ulrich Beck menamai jaman kontemporer ini dengan masyarakat risiko (risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan cepat dan tak jarang mengagetkan.

Nah, tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari.

Pembaca, pada kesempatan ini, saya akan memaparkan 4(empat) tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut. Mari kita bahas satu demi satutipe manusia dalam menghadapi tekanan hidup ini.

1. Tipe Kayu Rapuh
Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatan bagus. Tapi, rapuh sekali di dalam hatinya. Orang ini gampang sekali mengeluh pada saat kesulitan terjadi. Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.

Majalah Time pernah menyajikan topik generasi kepompong (cacoon generation). Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan.

Menghadapi orang macam ini, kadang kita harus lebih berani tega. Sesekali mereka perlu belajar dilatih menghadapi kesulitan.Posisikan kita sebagai pendamping mereka.

2. Tipe Lempeng Besi
Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak dalam kondisi berlarut-larut.

Tambahan tekanan sedikit saja, membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya, orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.

3. Tipe Kapas
Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba, orang mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan sebongkah kapas. Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi.

Ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.

4. Tipe Bola Pingpong
Inilah tipe yang ideal dan terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif.
Coba perhatikan bola pingpong. Saat ditekan, justru ia memantuk ke atas dengan lebih dahsyat. Saya teringat kisah hidup motivator dunia Anthony Robbins dalam salah satu biografinya.

Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli suatu bangunan mewah, sementara uangnya tidak memadai. Tapi, justru tekanan keuangan inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat finansial yang diharapkannya.

Contoh :
Hal ini pernah terjadi dengan seorang kepala regional sales yang performance- nya bagus sekali. Bangun Network Tetapi, hasilnya ini membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan sengaja atasannya yang kurang suka kepadanya memindahkannya ke daerah yang lebih parah kondisinya. Tetapi, bukannya mengeluh seperti rekan sebelumnya di daerah tersebut. Malahan, ia berusaha membangun netwok, mengubah cara kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di daerah tersebut, justru tempatnya berhasil masuk dalam daerah tiga top sales.

Contoh lain adalah novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky.

Pada musim dingin, ia meringkuk di dalam penjara dengan deraan angina dingin, lantai penuh kotoran seinci tebalnya, dan kerja paksa tiap hari. Ia mirip ikan herring dalam kaleng. Namun, Siberia yang beku tidak berhasil membungkam kreativitasnya.

Dari sanalah ia melahirkan karya-karya tulis besar, seperti The Double dan Notes of The Dead. Ia menjadi sastrawan dunia.

Hal ini juga dialami Ho Chi Minh.
Orang Vietnam yang biasa dipanggil Paman Ho ini harus meringkuk dalam penjara. Tapi, penjara tidaklah membuat dirinya patah arang. Ia berjuang dengan puisi-puisi yang ia tulis. A Comrade Paper Blanket menjadi buah karya kondangnya.

Contoh di dalam negeri
Seorang rekan yang bekerja di sebuah perusahaan otomotif terbesar di Indonesia dikucilkan bahkan dibuang kecabang nun jauh dari kantor pusat oleh si Boss yang seorang wanita . Namun dengan motivasi kuatnya
dia berhasil ” ditarik ” kembali ke kantor pusat dan malah bertugas ” meng ” guide ” departemen sang Boss untuk beberapa materi development denganilmu yang dimilikinya .

Sekarang sang rekan malah sudah menduduki posisi puncak dengan wewenang diatas sang boss yang mengucilkannya , walaupun di perusahaan
otomotif kompetitor.



Dari berbagai sumber

Saturday, March 15, 2014

Keahlian "Coaching"


Dalam suatu pelatihan coaching, banyak peserta yang celingak-celinguk dan berpikir keras, saat saya bertanya: “Siapa atasan yang Anda anggap  sebagai "coach" dan berkontribusi pada keberhasilan Anda?”.

Ternyata, bagi mereka tidak mudah menemukan satu tokoh yang benar-benar berarti dalam “membuat” diri mereka sukses. Para hadirin ini memang punya atasan yang melakukan bimbingan, namun, mungkin mereka dirasa kurang memberi nilai tambah secara signifikan, sehingga belum “sah” diberi label “coach”.

Sebaliknya, seorang teman yang sukses di kariernya, sering sekali menyebutkan dosen pembimbing skripsinya saat kuliah dulu sebagai "coach" yang andal. Padahal, masa bimbingan ketika itu hanyalah 6 bulan. “Dia memberi saya beberapa guidelines yang tidak boleh dilanggar, serta langkah-langkah yang perlu dijalankan. Demikian jelasnya, sehingga sampai sekarang pun saya tidak berani menyalahi aturan tersebut”, katanya. Kita bisa lihat betapa “coach” yang berhasil akan diingat seumur hidup oleh “coachee”-nya.

Memang beruntung individu yang mendapat bimbingan dari atasan yang juga berperan sebagai "coach". Terbukanya kesempatan untuk tumbuh, mencoba hal baru, mengasah kekuatan emosi lewat tugas yang gagal maupun berhasil, menemukan talenta dan mengoptimalkan potensi tentu akan membuat individu happy dan engaged karena merasa dirinya “berarti”. Bayangkan, bila lebih dari satu orang di organisasi yang mengalami hal ini, betapa besarnya impact positif yang bisa ditimbulkan bagi tim, organisasi, dan bangsa.

Sebaliknya, orang yang tidak mendapat kesempatan coaching, terpaksa harus mempunyai ekstra tenaga, belajar, berstrategi, dan mencari jalannya sendiri untuk sukses berkarier.

Bila melihat banyak keluhan akan kurang tumbuhnya pemimpin yang kuat sebagai pemimpin masa depan, baik di dalam organisasi maupun bangsa, kita mungkin bertanya-tanya, apakah memang para atasan tidak menyadari pentingnya memperkuat perannya sebagai coach? Ataukah, memang banyak organisasi tidak berupaya membudayakan coaching dan semata hanya berfokus pada “untung-rugi” jangka pendek?

“A wake up call”
Survei menunjukkan 93 persen orang mengakui pentingnya coaching untuk pengembangan individu dan tim. Namun, organisasi yang betul-betul menunjukkan langkah nyata untuk mengembangkan budaya coaching tidak lebih dari 15 persen.

Bila ditanya, mengapa para manager atau pimpinan tidak memprioritaskan coaching, padahal manfaatnya jelas-jelas nyata, maka banyak alasan dikemukakan seputar alokasi waktu, fokus dan benefit-nya. Sementara, kesadaran bahwa investasi perusahaan untuk merekrut orang orang terbaik dan keharusan untuk menjaga spirit, motivasi, serta kesiapan mereka untuk menghadapi tantangan yang lebih besar sering dilupakan. Padahal, sukses kita di masa depan bergantung pada suksesi dan kesiapan generasi yang muda-muda ini. Tidakkah kita melihat ini sebagai “wake up call” tanda bahaya bagi kita semua?

Bila kita betul-betul berniat melakukan coaching, pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, apakah kita punya bekal memadai untuk melakukan coaching? Kita lihat banyak orang yang sangat piawai di bidangnya, melalui pengalaman yang bertahun-tahun, dan bermacam-macam pelatihan, tetapi tidak bisa menurunkan keahliannya pada orang lain.

Apa yang perlu kita asah? Seorang coach yang baik, setidaknya perlu kejelian untuk mengidentifikasi talenta anak buahnya, yang bisa dikembangkan untuk posisi yang lebih tinggi. Ini baru salah satu skill yang dibutuhkan seorang coach. Ia kemudian perlu menemukan jalur kesempatan bagi anak buah untuk  maju dalam organisasi. Hal ini tentu tidak mudah mengingat organisasi sudah jelas-jelas berbentuk kerucut.

Itulah sebabnya seorang coach dituntut untuk jago dalam pemahaman organisasi, menguasai lapangan, sehingga kesempatan bagi anak buah bisa tercipta. Anak buah bisa digerakkan dalam jalur yang formal, dengan ekspertis yang sama, tetapi  juga bisa digerakkan secara lateral, pindah bidang, atau bahkan ke teritori lain.

Jadi, coach perlu pandai-pandai mendesain jalur perkembangan anak buah. Ia pun perlu membagi-bagi ketrampilan menjadi sepotong-sepotong, sehingga anak buah tidak putus asa, bosan, ataupun lelah. Anak buah perlu merasakan adanya bayang bayang yang siap menangkap , bila ia akan jatuh.

Menumbuhkan manusia
Seorang ahli mempopulerkan istilah "GROW" dalam coaching. “G” adalah Goal, “R” untuk Reality, “O” untuk Opportunity, dan “W” untuk Will.  Formula yang tampak sederhana ini, dalam kenyataan di lapangan sangatlah menantang.

Tidak semua orang bisa mengajak anak buahnya  membuat semacam agreement, untuk melakukan usaha ekstra, di luar pekerjaannya, walaupun untuk kepentingannya sendiri. Ini butuh kemampuan membangun trust, bicara mata ke mata, sehingga ambisi anak buah untuk mencapai kemampuan yang lebih tinggi tumbuh dan terjaga.

Sulit bagi atasan yang memainkan peran coach untuk menjaga suasana bila ia tidak dibekali sense of humor yang cukup, kemampuan trial and error, serta keberanian mengambil risiko. Di samping itu, coach perlu mengasah kemampuan komunikasi. Terkadang, ia perlu mengajukan pertanyaan retorik, baik untuk menemukan kekuatan atau kelemahan si coachee ataupun untuk memancing kesadarannya, dan menemukan perasaan dan keadaan dirinya. Kita tahu bahwa coach yang terlatih juga banyak menggunakan insting dan intuisinya untuk meraba keadaan, mendengarkan hati nuraninya.

Seorang coach memang hampir-hampir seperti "Superman”. Ia perlu memiliki kombinasi antara kematangan pribadi, human qualities, dan penguasaan ketrampilan profesionalnya sendiri. Kita bisa lihat betapa menjadikan seseorang untuk mengisi “the next generation of leadership” memerlukan kompetensi dan ketrampilan khusus yang perlu diasah dengan serius.

Namun, sekali kita menguasainya, mungkin kita tidak pernah melupakannya.  Ukuran dari kompetensi ini adalah apakah anak buah secara sukarela datang kepada kita bila sedang menghadapi kesulitan, atau sukarela meminta tantangan bagi pengembangan dirinya.

Sumber :
http://female.kompas.com

Sikap Profesional dalam Berargumentasi


Ada lima hal yang menandakan Anda telah bersikap profesional dalam berargumentasi.

1. Hargai perbedaan pendapat
Ada banyak orang yang memiliki kepribadian berbeda, begitu juga dengan pendapat. Untuk orang tidak setuju dengan pendapat Anda, tak perlu bersikap memusuhinya. Jangan pernah menyebut pendapat mereka salah dan Anda yang benar.

Coba lakukan cara sederhana ini, bayangkan diri Anda dalam posisi mereka. Bagaimana perasaan Anda jika ada orang lain yang memojokkan Anda? Ada baiknya Anda bisa mengekspresikan ketidaksetujuan dengan cara yang halus dan sopan.

2. Akui kesalahan
Dalam suatu argumentasi, Anda menyadari bahwa ternyata pendapat Anda memang salah. Jangan habiskan waktu untuk ngotot mempertahankan pendapat Anda, apalagi pendapat yang salah. Mengakui kesalahan adalah sikap terhormat dan orang-orang juga akan lebih respek kepada Anda. Dengan menerima kesalahan Anda sendiri, orang-orang akan menghubungkannya pada sifat rendah hati. Setiap orang menyenangi orang yang memiliki sifat membumi dan rendah hati.

3. Mulai dengan sesuatu yang menyenangkan
Sebuah argumen biasanya dimulai ketika seseorang bertanya kepada pihak lain. Misalnya, si bos meminta Anda melakukan tugas dalam cara-cara tertentu. It's all about asking. Ketika Anda melakukan ini dalam cara yang bersahabat, Anda akan menenangkan orang tersebut dan "menyelamatkan" mereka dari tindakan defensif.

4. Buat lawan menyetujui
Apa pun masalah yang sedang dibahas, sebenarnya Anda bisa membuat lawan menyetujui pendapat kita. Masalahnya bagaimana membuat sang lawan mengalah dan berhenti menganggap Anda sebagai musuh. Inilah tantangannya. Jika Anda berhasil membuatnya menyetujui pendapat Anda, berarti Anda telah berhasil membuatnya sadar bahwa Anda berdua sebenarnya adalah teman yang cocok.

5. Biarkan mereka yang bicara
Selama argumentasi berlangsung, dengarkan pendapat lawan bicara dengan konsentrasi. Karena bagaimanapun, Anda takkan bisa memenangkan argumentasi jika Anda terus berbicara. Dengan mendengarkan pendapat mereka, Anda bisa mencari celah untuk mematahkan argumen mereka.


Sumber :
CHIC
http://female.kompas.com

Jenis Budaya Perusahaan


Kita mengenal perusahaan pemerintah, umum, keluarga, dan sebagainya. Masing-masing perusahaan ini memiliki budaya yang berbeda. Secara umum, inilah 4 jenis budaya perusahaan yang kita kenal:
   
1. Berorientasi pada Pemenuhan Kepuasan Diri

- Mengutamakan kepuasan para pegawainya.
- Setiap masalah ditangani dengan cara kekeluargaan.
- Para karyawan diberi kebebasan dalam bekerja asal sesuai target.
- Aturan diberlakukan tidak terlalu ketat agar karyawan tidak merasa terkekang.
- Karena faktor emosional sangat berperan, seringkali seseorang dapat promosi karena hubungan baik dan disukai atasan. Jadi kalau mau sukses, tetap pelihara hubungan baik dengan atasan.
- Apa pun bisa terjadi tergantung dari keadaan emosi atasan.
Contoh: perusahaan keluarga, perusahaan berskala kecil.

2. Berorientasi pada Proyek

- Profesionalitas adalah segalanya. Kemampuan seseorang lebih penting daripada kelakuan atau penampilan.
- Kerja tim sangat dibutuhkan.
- Hubungan kerja bos-bawahan dan  antarkaryawan hanya sebatas pekerjaan. Jarang terjadi pembicaraan yang bersifat pribadi, apalagi curhat urusan di luar pekerjaan.
- Hasil dan target kerja sangat penting sehingga sistem punishment and reward sering digunakan.
- Bekerja sesuai job description sangat dihargai. Membantu pekerjaan orang lain malah dianggap intervensi, kecuali dilibatkan dalam kerja tim.
Contoh: perusahaan yang bergerak di bidang penelitian  dan pengembangan.

3. Berorientasi pada Peran

- Sangat birokratis, sehingga semua prosedur harus sesuai aturan dan garis hirarki.
- Pekerjaan dilakukan secara teratur, sistematis, dan rutin.
- Aturan diutamakan daripada kreativitas pegawai. Bekerja sesuai aturan lebih dihargai daripada melanggar meski hasilnya bagus.
- Pegawai diharuskan mengikuti aturan yang ditetapkan dari atas. Sisi baiknya, enggak perlu repot ikut memikirkan kebijakan. Sisi enggak enaknya, kalau aturannya menyulitkan karyawan dan kalau terjadi kesalahan bawahan yang disalahkan.
- Tidak ada sistem delegasi wewenang.
Contoh: perusahaan minyak.

4. Berorientasi pada Kekuasaan

- Atasan selalu benar, dan harus diperlakukan layaknya orang tua di sebuah keluarga.
- Sistem kerja seperti sebuah keluarga, setiap karyawan harus saling membantu dan melindungi satu sama lain.
- Tidak ada standar kerja yang baku setiap saat bisa berubah sesuai keinginan atasan. Jenjang struktural dan aturan seringkali tidak dipakai.
- Kedekatan dengan atasan mempengaruhi promosi.
Contoh: partai politik, perusahaan pemerintah.

Terlepas dari budaya kerja yang berbeda, selama kita mengembangkan sikap terbuka untuk belajar dan menjaga profesionalisme, misalnya bekerja tepat waktu, memahami target kerja dan memberikan kualitas terbaik, dan memiliki attitude yang baik dengan cara menunjukkan respek pada setiap orang di organisasi, di mana pun kita bekerja pasti akan menuai sukses.



Sumber :
CHIC
http://female.kompas.com

Mengganti Jalur Karier


Setelah bertahun-tahun bekerja, Anda baru menyadari bahwa karier yang digeluti ternyata tidak cocok dan Anda merasa tidak bisa melakukan pekerjaan ini seumur hidup. Berniat mengganti jalur karier? Apa saja yang perlu diketahui?

Memutuskan untuk berganti jalur karier bukan hal tabu. Malah, banyak orang yang sukses menemukan karier impian yang sesuai dengan passion-nya.

Menurut survei yang dilakukan di Amerika Serikat tahun 2013, terungkap bahwa lebih dari separuh orang dewasa yang disurvei tertarik untuk mengganti karier mereka.

Walau begitu, diperlukan keberanian yang besar untuk melakukannya. Tak heran jika hanya sedikit orang yang berani melakukan transformasi karier. Padahal, mengganti karier di era sekarang ini sebenarnya semakin mungkin.

"Mengganti karier sekarang ini jauh lebih memungkinkan dibanding sebelumnya. Salah satunya adalah berkat kemajuan teknologi," kata Lindsey Pollak, pakar karier.

Hal pertama yang bisa Anda lakukan adalah mulai membuat portofolio. Misalnya saja jika Anda ingin menjadi penulis, Anda bisa mulai membuat blog dan mempromosikannya sehingga semakin banyak orang yang membacanya. Atau, Anda bisa memasang foto-foto jepretan Anda di situs-situs yang juga diikuti para fotografer terkenal jika Anda bermimpi jadi fotografer profesional.

Sekarang ini Anda bahkan bisa mengumpulkan dana dari masyarakat (crowfunding) untuk memulai proyek Anda sendiri. Misalnya saja untuk membuat film dokumenter atau proyek fashion dengan mengajak orang-orang untuk berkontribusi atau berinvestasi.

Buat koneksi

Jangan terburu-buru berhenti dari pekerjaan sekarang sebelum Anda memiliki pijakan yang kuat pada jalur karier yang baru.

Anda juga bisa menjajaki pilihan karier baru ini dengan meminta saran dari profesional di bidang tersebut. Tak sulit sekarang ini berhubungan dengan banyak orang, cobalah kirimkan pesan pada mereka melalui media sosial, seperti Twitter atau LinkedIn.

Pertimbangkan pula soal keuangan. Jika di karier baru ini Anda melamar untuk posisi yunior atau dibutuhkan gelar yang lebih tinggi sehingga Anda perlu melanjutkan studi, maka Anda harus memperhatikan kondisi keuangan.

Hitunglah secara cermat kemungkinannya sebelum memutuskan apakah Anda bisa bertahan dengan pemasukan yang lebih kecil karena ingin mengejar karier impian.

Menurut pakar keuangan Jacwuette M Timmons, finasial adalah faktor utama yang harus diperhatikan saat akan berganti karier.

"Jika Anda masih lajang dan tinggal sendiri, Anda bisa pertimbangkan mencari teman untuk berbagi biaya sewa rumah. Jika Anda sudah menikah, cukupkah penghasilan pasangan membiayai pengeluaran dalam beberapa bulan selama Anda masih merintis karier," katanya.

Bila perhitungan menunjukkan secara finansial tidak memungkinkan, bangunlah karier baru ini pada malam dan akhir pekan sehingga pekerjaan utama Anda tidak terganggu.

"Menerima pekerjaan dengan posisi junior juga membutuhkan adaptasi emosional. Anda tidak lagi dianggap senior, bahkan disamakan dengan fresh graduate karena minimnya pengalaman di bidang baru ini," katanya.

Terus ingatkan diri sendiri bahwa ini adalah hal yang sudah lama Anda impikan dan Anda sukai agar terus termotivasi.

Meski Anda diperhitungkan sebagai fresh graduate, tetapi Anda sebenarnya memiliki kelebihan besar. Bekal pengalaman kerja bertahun-tahun bisa menjadi modal Anda dalam mengantisipasi keinginan atasan. Keterampilan yang mungkin tak akan dimiliki para fresh graduate. Hal ini bisa membantu karier Anda melaju lebih cepat.

Sumber :
WomensHealth
http://female.kompas.com

Thursday, March 13, 2014

21 Ways Rich People Think Differently

By Mandi Woodruff | Business Insider –




World's richest woman Gina Rinehart is enduring a media firestorm over an article in which she takes the "jealous" middle class to task for "drinking, or smoking and socializing" rather than working to earn their own fortune. 

What if she has a point? 

Steve Siebold, author of "How Rich People Think," spent nearly three decades interviewing millionaires around the world to find out what separates them from everyone else. 

It had little to do with money itself, he told Business Insider. It was about their mentality.

"[The middle class] tells people to be happy with what they have," he said. "And on the whole, most people are steeped in fear when it comes to money."


1. Average people think MONEY is the root of all evil. Rich people believe POVERTY is the root of all evil.

"The average person has been brainwashed to believe rich people are lucky or dishonest," Siebold writes.

That's why there's a certain shame that comes along with "getting rich" in lower-income communities.

"The world class knows that while having money doesn't guarantee happiness, it does make your life easier and more enjoyable." 



2. Average people think selfishness is a vice. Rich people think selfishness is a virtue.

"The rich go out there and try to make themselves happy. They don't try to pretend to save the world," Siebold told Business Insider. 

The problem is that middle class people see that as a negative––and it's keeping them poor, he writes.

"If you're not taking care of you, you're not in a position to help anyone else. You can't give what you don't have."



3. Average people have a lottery mentality. Rich people have an action mentality.

"While the masses are waiting to pick the right numbers and praying for prosperity, the great ones are solving problems," Siebold writes.

"The hero [middle class people] are waiting for may be God, government, their boss or their spouse. It's the average person's level of thinking that breeds this approach to life and living while the clock keeps ticking away." 


4. Average people think the road to riches is paved with formal education. Rich people believe in acquiring specific knowledge.

"Many world-class performers have little formal education, and have amassed their wealth through the acquisition and subsequent sale of specific knowledge," he writes. 

"Meanwhile, the masses are convinced that master's degrees and doctorates are the way to wealth, mostly because they are trapped in the linear line of thought that holds them back from higher levels of consciousness...The wealthy aren't interested in the means, only the end."


5. Average people long for the good old days. Rich people dream of the future.

"Self-made millionaires get rich because they're willing to bet on themselves and project their dreams, goals and ideas into an unknown future," Siebold writes. 

"People who believe their best days are behind them rarely get rich, and often struggle with unhappiness and depression."


6. Average people see money through the eyes of emotion. Rich people think about money logically.

"An ordinarily smart, well-educated and otherwise successful person can be instantly transformed into a fear-based, scarcity driven thinker whose greatest financial aspiration is to retire comfortably," he writes.

"The world class sees money for what it is and what it's not, through the eyes of logic. The great ones know money is a critical tool that presents options and opportunities." 



7. Average people earn money doing things they don't love. Rich people follow their passion.

"To the average person, it looks like the rich are working all the time," Siebold says. "But one of the smartest strategies of the world class is doing what they love and finding a way to get paid for it."

On the other hand, middle class take jobs they don't enjoy "because they need the money and they've been trained in school and conditioned by society to live in a linear thinking world that equates earning money with physical or mental effort." 



8. Average people set low expectations so they're never disappointed. Rich people are up for the challenge.

"Psychologists and other mental health experts often advise people to set low expectations for their life to ensure they are not disappointed," Siebold writes.

"No one would ever strike it rich and live their dreams without huge expectations." 


9. Average people believe you have to DO something to get rich. Rich people believe you have to BE something to get rich.

"That's why people like Donald Trump go from millionaire to nine billion dollars in debt and come back richer than ever," he writes. 

"While the masses are fixated on the doing and the immediate results of their actions, the great ones are learning and growing from every experience, whether it's a success or a failure, knowing their true reward is becoming a human success machine that eventually produces outstanding results."



10. Average people believe you need money to make money. Rich people use other people's money.

Linear thought might tell people to make money in order to earn more, but Siebold says the rich aren't afraid to fund their future from other people's pockets.

"Rich people know not being solvent enough to personally afford something is not relevant. The real question is, 'Is this worth buying, investing in, or pursuing?'" he writes. 


11. Average people believe the markets are driven by logic and strategy. Rich people know they're driven by emotion and greed.

Investing successfully in the stock market isn't just about a fancy math formula.

"The rich know that the primary emotions that drive financial markets are fear and greed, and they factor this into all trades and trends they observe," Siebold writes.

"This knowledge of human nature and its overlapping impact on trading give them strategic advantage in building greater wealth through leverage."

12. Average people live beyond their means. Rich people live below theirs.

"Here's how to live below your means and tap into the secret wealthy people have used for centuries: Get rich so you can afford to," he writes.  

"The rich live below their means, not because they're so savvy, but because they make so much money that they can afford to live like royalty while still having a king's ransom socked away for the future." 


richkidsofinstagram.tumblr.com
13. Average people teach their children how to survive. Rich people teach their kids to get rich.

Rich parents teach their kids from an early age about the world of "haves" and "have-nots," Siebold says. Even he admits many people have argued that he's supporting the idea of elitism. 

He disagrees.

"[People] say parents are teaching their kids to look down on the masses because they're poor. This isn't true," he writes. "What they're teaching their kids is to see the world through the eyes of objective reality––the way society really is." 

If children understand wealth early on, they'll be more likely to strive for it later in life.

14. Average people let money stress them out. Rich people find peace of mind in wealth.

The reason wealthy people earn more wealth is that they're not afraid to admit that money can solve most problems, Siebold says.

"[The middle class] sees money as a never-ending necessary evil that must be endured as part of life. The world class sees money as the great liberator, and with enough of it, they are able to purchase financial peace of mind."



15. Average people would rather be entertained than educated. Rich people would rather be educated than entertained.

While the rich don't put much stock in furthering wealth through formal education, they appreciate the power of learning long after college is over, Siebold says.

"Walk into a wealthy person's home and one of the first things you'll see is an extensive library of books they've used to educate themselves on how to become more successful," he writes.

"The middle class reads novels, tabloids and entertainment magazines." 

16. Average people think rich people are snobs. Rich people just want to surround themselves with like-minded people.

The negative money mentality poisoning the middle class is what keeps the rich hanging out with the rich, he says.

"[Rich people] can't afford the messages of doom and gloom," he writes. "This is often misinterpreted by the masses as snobbery.

Labeling the world class as snobs is another way the middle class finds to feel better bout themselves and their chosen path of mediocrity."


17. Average people focus on saving. Rich people focus on earning.

Siebold theorizes that the wealthy focus on what they'll gain by taking risks, rather than how to save what they have.

"The masses are so focused on clipping coupons and living frugally they miss major opportunities," he writes.

"Even in the midst of a cash flow crisis, the rich reject the nickle and dime thinking of the masses. They are the masters of focusing their mental energy where it belongs: on the big money." 

18. Average people play it safe with money. Rich people know when to take risks.

"Leverage is the watchword of the rich," Siebold writes. 

"Every investor loses money on occasion, but the world class knows no matter what happens, they will aways be able to earn more." 



19. Average people love to be comfortable. Rich people find comfort in uncertainty.

For the most part, it takes guts to take the risks necessary to make it as a millionaire––a challenge most middle class thinkers aren't comfortable living with.

"Physical, psychological, and emotional comfort is the primary goal of the middle class mindset," Siebold writes.

World class thinkers learn early on that becoming a millionaire isn't easy and the need for comfort can be devastating. They learn to be comfortable while operating in a state of ongoing uncertainty."

20. Average people never make the connection between money and health. Rich people know money can save your life.

While the middle class squabbles over the virtues of Obamacare and their company's health plan, the super wealthy are enrolled in a super elite "boutique medical care" association, Siebold says.

"They pay a substantial yearly membership fee that guarantees them 24-hour access to a private physician who only serves a small group of members," he writes.

"Some wealthy neighborhoods have implemented this strategy and even require the physician to live in the neighborhood."



21. Average people believe they must choose between a great family and being rich. Rich people know you can have it all.

The idea the wealth must come at the expense of family time is nothing but a "cop-out", Siebold says.

"The masses have been brainwashed to believe it's an either/or equation," he writes. "The rich know you can have anything you want if you approach the challenge with a mindset rooted in love and abundance." 

Source :
From Steve Siebold, author of "How Rich People Think."
http://finance.yahoo.com

Sunday, March 9, 2014

Temukan Passion


Bagaimana menemukan passion? 

Rene selalu tampil lepas, energetik dan rileks. Sama rileksnya saat tampil di acara ‘Motivatalk’ di SUN TV. 

Bukunya, “Your job is not your career” berisi tentang kerap kali kita salah kaprah memahami istilah job dan career. Rene berhasil mengupas perbedaan keduanya dengan sangat gamblang, diikuti contoh yang mudah dipahami.

Di buku tersebut kita juga diajarkan bagaimana menemukan passion tapi dengan cara yang sangat mudah. Buku Rene mengajak kita mengidentifikasi apa potensi kita, apa yang kita suka, apa yang tidak kita suka. 

Lalu berikutnya merenung dan memutuskan mana hal yang menjadi passion kita. Selanjutnya kita juga harus eksekusi lewat tindakan, yang menjadi pamungkas dari keseluruhan proses pencarian passion itu sendiri. 

Passion harus dimasukkan ke dalam sebuah wadah hobi yang paling kita sukai untuk kita lakukan. Hasilnya? Cukup mengejutkan. Sesuai anjuran Rene tentang eksistensi di dunia maya. 

Social media is a must right now. Tidak bisa tidak. Kalau ingin dirinya bermanfaat, harus aktif di social media. Paling tidak, masuk ke pusaran dinamis dalam kehidupan yang serba cepat, serba instan itu. Ikut pusaran, mewarnai di tengah pusaran yang begitu kencang. 

Jangan hanya jadi penonton. Maknai hidup Anda! Pesan penting dari buku dan acara Rene Suhardono: ikutlah dalam pusaran arus social media, berperan di pusaran itu, rasakan sensasi dan nilai kebermanfaatannya.

Mengapa aktif di dunia maya itu penting saat ini? Rene memaparkan data-data statistik menarik tentang perkembangan pesat internet dan social media di Indonesia. 

“Tahun lalu, adopsi social media di Indonesia sangat bagus. Indonesia kini negara pengguna Facebook kedua terbesar dunia setelah AS, dengan jumlah mencapai 35 juta users. Dalam hal Twitter pun Indonesia istimewa. Sekitar 12% tweet di seluruh dunia disumbang dari Indonesia. Tidak mengherankan jika Indonesia sering menguasai Trending Topics di Twitter. 

Tahun ini, adopsi social media terutama Twitter ,di kalangan pengguna Intenet, akan terus meningkat pesat. Hal ini memaksa perusahaan untuk juga mengadopsi social media.”

“passion is what you enjoy the most!”

Sumber :
https://umarat.wordpress.com

Saturday, March 8, 2014

Memasarkan Diri Anda

Oleh : Hendra Sipayung




Saya selalu percaya bahwa profesi paling tua di dunia adalah salesman/woman dan pengetahuan yang paling dibutuhkan di dunia ini adalah bagaimana cara menjual.

Mari kita cek:

Pertama, apakah Anda lebih senang datang ke dokter yang pendiam, atau ke dokter yang dapat mendengar pasiennya dan memberikan komentar sebagai respons dari pasiennya?

Kedua, apakah Anda lebih lebih senang dengan guru yang hanya membaca buku saja atau guru yang bercerita tentang pelajaran yang disampaikannya?

Ketiga, apakah Anda lebih senang dengan presiden yang hanya ada di istana negara atau presiden yang turun ke lapangan, lalu berbicara dengan warganya? 

Saya rasa mayoritas suka dengan dokter yang mendengar dan memberi respons. Lebih senang dengan guru yang bercerita tentang pelajaran yang dia sampaikan, dan sangat senang dengan presiden yang turun ke lapangan dan berbicara dengan warganya. Paling tidak saat ini sudah banyak survei yang membuktikan demikian.

Apa kesamaan yang mereka lakukan? Satu hal! Mereka bekerja dengan menjual diri mereka, dengan berusaha memiliki hubungan yang lebih dengan pihak-pihak yang mereka tuju. Mereka mampu menyesuaikan diri mereka dengan apa yang orang lain harapkan dari profesi mereka. 

Jualan tidak akan terjadi apabila kita hanya sibuk dengan diri sendiri, berbicara dengan diri sendiri, orang lain harus terlibat. Jualan sangat berhubungan erat dengan bagaimana Anda bisa memahamai orang-orang yang Anda layani. Jika Anda gagal menjual diri Anda, hampir dipastikan Anda akan lambat dalam mendaki karir.

Oleh sebab itu jadilah seorang salesman bagi diri Anda sendiri. Adapun langkah-langkah untuk melakukannya antara lain:

1. Pahami produk yang Anda jual, dalam hal ini diri Anda sendiri. 
Apa kelebihan dan apa hal-hal yang masih harus Anda kembangkan. Jadi semakin Anda mengenal diri Anda maka semakin mudah Anda memasarkan diri Anda. 

2. Bandingkan produk Anda dengan produk-produk orang lain. 
Petakan dimana kekuatan Anda dan bagian mana yang harus dikembangkan. Ini adalah strategi agar Anda mampu menjadi seorang yang mampu memberikan layanan terbaik .

3. Ketahuilah kepada siapa Anda akan berjualan. 
Cari tahu apa yang mereka suka, dan apa yang mereka kurang suka. Prinsip ini berlaku saat Anda ingin melamar di sebuah perusahaan besar. Anda perlu pahami benar kualifikasi apa yang mereka inginkan, dan apa yang membuat banyak para pelamar ditolak oleh perusahaan tersebut 

4. Buat suatu penawaran penjualan berdasarkan kelebihan produk anda, dan apa yang diinginkan konsumen Anda. 
Bayangkan jika Anda mengaku sebagai pakar keuangan namun Anda nyata-nyatanya tidak paham cara membaca neraca, jelas ini akan membuat klien Anda kecewa karena Anda tidak mampu memberikan rekomendasi yang tepat diakibatkan pengetahuan yang terbatas.

5. Jualan adalah suatu proses, mungkin produk anda akan laku dalam 1 kali sales pitch, tapi mungkin juga tidak. 
Jangan menyerah, tetap jualan, kembangkan Anda sebagai produk, kenalilah konsumen Anda lebih dalam, agar Anda tahu bagaimana cara terbaik untuk mendekati dan menjual kepada konsumen anda. Jadi ketika Anda berulang kali mendapatkan penolakan bekerja di sejumlah perusahaan. Jangan menyerah. Cobalah melihat kembali diri Anda, kembangkan keahlian Anda belajar dari kegagalan Anda. Sehingga setiap penolakan membuat Anda selangkah lebih maju.

Jualan tidak sama dengan berdiam diri. Tanpa anda sadari, memasarkan diri adalah aktivitas yang bakal Anda lakoni sampai akhir hayat. Seberapapun bagusnya produk Anda, atau dengan kata lain seberapa cerdasnya dan jeniusnya Anda, jika Anda tidak pernah menjualnya dengan baik, maka tidak ada gunanya, dan juga tidak akan membawa diri Anda meraih sukses.

Hormat kami 
Career Guide Indonesia 
http://careerguideindonesia.com/

Tuesday, March 4, 2014

Jasa Perencana Keuangan


Paling tidak, ada tiga jenis jasa utama yang umum ditawarkan:

Membuat dan mengimplementasikan rencana keuangan. 
Rencana yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya, dalam kasus saya, salah satu tujuan adalah dana pendidikan, maka perencana keuangan menyusun sebuah rencana yang menguraikan jumlah, jenis dan berapa lama investasi untuk mewujudkan tujuan tersebut. Tidak berhenti dalam bentuk rencana saja. Klien akan dibantu mengimplementasikan rencana tersebut selama 1 tahun. Biasanya akan terdapat satu atau dua orang yang bertugas memonitor, mengingatkan dan mengevaluasi rencana keuangan.

Menyediakan konsultasi keuangan. 
Konsultasi dengan ahlinya mengenai berbagai hal, seperti financial check up, mendiskusikan kebutuhan asuransi dan menyelesaikan masalah hutang.

Melakukan pelatihan penyusunan rencana keuangan. 
Pelatihan dengan tujuan agar peserta dapat membuat rencana keuangan keluarga sendiri.

Monday, March 3, 2014

Bagaimana Memilih Perencana Keuangan


Bisa dipercaya, adanya trust  yang kuat. 
Kenapa trust menjadi yang utama? Dalam proses analisa dan konsultasi, Anda harus buka-bukaan, atau bahkan telanjang, soal kondisi keuangan. Tidak boleh ada yang disembunyikan. Informasi yang tidak terbuka akan membuat analisa tidak akurat , yang ujungnya tindakan yang diambil salah.
Keterbukaan hanya bisa dicapai dengan level trust yang tinggi. Kalau diawal sudah tidak percaya, atau curiga, akan sangat sulit membuka diri, apalagi soal informasi keuangan keluarga yang sensitif.

Independen. 
Independen artinya saran yang diberikan semata – mata bertujuan untuk kepentingan klien. Bukan menjual produk atau jasa dari perusahaan atau lembaga tertentu. 
Analisanya harus objektif sesuai kebutuhan klien.
Dalam konsultasi, perencana akan memberikan saran mengenai produk yang sebaiknya diambil oleh klien, misalnya asuransi, reksadana dan seterusnya. Nah, perencana harus fokus pada kepentingan klien, bukan menjual produk. Gampangnya, mereka tidak mewakili atau bekerja pada perusahaan keuangan tertentu, seperti asuransi atau reksadana, tetapi independen.

Punya jasa yang bervariasi. 
Kebutuhan klien bisa bermacam – macam. Ada yang butuh pembuatan rencana keuangan komprehensif, lengkap dari A to Z sampai implementasinya. Namun, ada yang tidak butuh pembuatan rencana, hanya butuh konsultasi saja. Ada pula yang tidak butuh semuanya itu, lebih memilih pelatihan karena, selain ingin belajar sendiri, tidak ingin informasi keuangan dibuka ke orang lain.
Perencana keuangan sebaiknya memiliki berbagai penawaran produk atau jasa. Banyak pilihan bagi calon klien untuk memilih sesuai kebutuhan.

Didukung riset yang kuat. 
Dalam menyusun rencana keuangan dibutuhkan dukungan pengetahuan dan informasi pasar yang memadai. Misalnya, saat menyusun dana pendidikan, update mengenai berapa rata-rata kenaikkan biaya sekolah per tahun menurut jenis sekolah. Tahu bagaimana kinerja reksadana, termasuk risikonya, sehingga bisa menyarankan yang paling  cocok buat klien.

Punya sertifikasi. 
Mudahnya bisa dilihat apakah memiliki gelar Certified Financial Planner (CFP), yang merupakan salah satu sertifikasi perencana keuangan. Untuk memastikan apakah pemilik sertifikasi CFP masih aktif bisa dicek kesini.
Sertifikasi adalah proses memastikan bahwa perencana memiliki tingkat pengetahuan dan keahlian untuk melaksanakan suatu fungsi atau disiplin ilmu di bidang Perencanaan Keuangan di Indonesia. Ini bukti bahwa keahlian mereka sudah diakui setelah melalui serangkain ujian oleh suatu lembaga yang sudah terpercaya.

Program sertifikasi memastikan kepada anggota masyarakat bahwa praktisi perencana keuangan tersebut telah memenuhi standar kompetensi, standar etika dan standar praktik yang layak dalam memberikan jasa perencanaan keuangan yang khusus, dalam satu atau beberapa area saja dalam suatu kapasitas yang mandiri (unsupervised) dan mereka telah setuju tunduk pada prinsip-prinsip integritas, obyektifitas, kompetensi, keadilan, kerahasiaan, profesionalisme dan ketekunan ketika berhadapan dengan klien.

Sunday, March 2, 2014

Kenapa Butuh Perencana Keuangan


Perencana keuangan pada dasarnya adalah ahli yang membantu kliennya mencapai tujuan keuangan, misalnya dana pendidikan, pensiun, beli rumah dan seterusnya.
Apa manfaat menyewa financial planner?

Saran ahli soal mengelola keuangan. Kenapa ketika sakit berkunjung ke dokter, karena tidak paham soal ilmu kedokteran, Anda butuh saran ahli mengenai cara penyembuhan yang efisien dan efektif. Karena tidak tahu mengelola keuangan, Anda memanfaatkan perencana keuangan untuk memberikan saran bagaimana menata keuangan keluarga.

Perencana keuangan memiliki pendidikan dan pengalaman dalam menangani masalah keuangan. Misalnya, bagaimana mempersiapkan dana pendidikan anak, mereka tahu cara yang paling efisien dan efektif untuk mencapai tujuan tersebut. 

Bukankah bisa belajar sendiri? Bisa saja, namun tantangannya adalah waktu dan kemampuan untuk belajar.

Memberikan potret objektif kondisi keuangan. Tidak mudah bersikap objektif ketika menghadapi masalah keuangan. Dalam masalah lain, kita mungkin bisa berpikir jernih dan mengambil keputusan yang rasional. Tetapi seringnya tidak, ketika menyangkut keuangan keluarga. Banyak yang denial, misalnya keuangan tidak mendukung tetapi tetap mengirim anak ke sekolah internasional yang biayanya selangit. Itu makanya, banyak kelas menengah yang berpenghasilan lebih dari cukup, tetapi punya hutang kartu kredit yang tidak terkendali.

Karena tidak ada hubungan emosional dengan kekayaan Anda, perencana keuangan dapat memberikan analisa yang objektif,  terang benderang. Misalnya, dalam pengalaman saya, perencana akan melakukan diagnostik. Semua data keuangan yang telah diminta, diinput dan dikalkulasi, kemudian diketahui apakah keuangan sehat atau belum. Jika belum sehat, masalahnya akan terpampang dengan gamblang. Semuanya objektif, berdasarkan angka serta hitung-hitungan.

Membantu merealisasikan rencana keuangan. Rencana tanpa realisasi akan percuma, sia – sia, macan kertas. Perencana hadir menuangkan rencana ke dalam langkah konkrit implementasi. Mereka berupaya Anda patuh dan dispilin mengikuti langkah – langkah yang sudah ditetapkan dalam rencana tersebut.

Dari obrolan dengan salah satu konsultan, misalnya, saya tahu bahwa perencana keuangan memiliki orang – orang yang tugasnya mengingatkan Anda setiap bulan untuk melakukan investasi sesuai rencana . Mereka juga memantau secara rutin antara hasil dan tujuan di dalam rencana. Jika terjadi ketidakasesuaian, segera dilakukan kajian dan, jika perlu, rencana direvisi.

Mencarikan produk keuangan yang cocok. Ada banyak produk keuangan dijual di pasar. Jumlahnya yang banyak saja sudah membuat pusing, apalagi produk dijual lewat berbagai strategi promosi yang agresif. Mau pilih yang mana? Akhirnya sering terjadi, karena bingung, kita memilih produk yang paling menarik promosinya atau yang dijual oleh kerabat dekat yang diambil karena rasa tidak enak, sementara sangat mungkin itu bukan pilihan yang tepat.

Karena berkutat di dunia keuangan, perencana keuangan paham segala produk serta melakukan riset dan mengumpulkan informasi secara rutin. Mereka paham produk yang paling cocok dengan kebutuhan klien. Misalnya, ketika butuh Reksadana (baca Panduan Investasi Reksadana disini), mereka tahu mana yang paling cocok dengan profil risiko klien. Ketika klien mempersiapkan dana pendidikan, mereka sudah paham berapa kenaikkan biaya pendidikan setiap tahun.

Anda bisa menilai bahwa besar kecilnya kekayaan tidak ada hubungannya dengan perlu 
tidaknya perencana keuangan. Sedang menghadapi masalah keuangan atau ingin mengelola keuangan keluarga secara sehat, itulah saat Anda membutuhkan jasa perencana keuangan. That’s it.

Saturday, March 1, 2014

Konsultan Perencana Keuangan


Kenapa Perlu dan Bagaimana Memilihnya 
Kalau sakit, Anda pasti mencari dokter. Jika kondisi keuangan sedang sakit, perencana keuangan (financial planner) adalah dokter Anda. Namun, masih banyak yang enggan bertemu financial planner dengan alasan jumlah simpanan masih kecil, sehingga belum butuh saran mereka, apalagi dengan harus membayar.

Justru ini pandangan yang salah. Anda seharusnya menggunakan jasa perencana keuangan (baca profil Perencana Keuangan disini) sedini mungkin. Pengelolaan dan perencanaan keuangan harus dilakukan sejak awal untuk bisa mencapai tujuan dan impian Anda.

Awalnya, saya pun tidak berpikir konsultasi ke financial planner. Alasannya, sama dengan sebagian besar orang, asset keuangan masih kecil, buat apa konsultasi. Perencana keuangan itu kan untuk orang – orang kaya saja, demikian pikiran saya waktu itu.

Namun, karena suatu masalah keuangan yang cukup pelik, saya terpaksa harus konsultasi dengan mereka. Dari situlah, saya merasakan manfaat dan pentingnya menggunakan jasa financial planner dalam membangun keuangan keluarga yang sehat dan, jika ada, mengatasi masalah yang muncul dalam keuangan. 

Pengalaman Menggunakan Perencana Keuangan
Awalnya, saya mengirim email ke salah satu perusahaan perencanaan keuangan terkemuka menanyakan apa saja jasa mereka. Sejak awal, saya memang tidak ingin membuat rencana dulu, namun ingin tahu dan mendapat feel bagaimana mereka bekerja. Ketika diberitahu bahwa mereka punya pelayanan konsultasi per jam, saya memutuskan mengambil jasa ini.
Sebelum pertemuan, konsultan mengirimkan spreadsheet excel yang harus diisi dengan sejumlah data keuangan cukup detil, seperti investasi, tabungan dan seterusnya. Setelah spreadsheet tersebut diisi lengkap dan dikirimkan, baru kemudian jadwal pertemuan dipastikan. Pembayaran sendiri dilakukan setelah konsultasi selesai.

Konsultasi berlangsung kira – kira satu jam, yang pada intinya membahas dua topik:
Sesi financial check-up. Konsultan menjelaskan hasil analisa data keuangan dalam spreadsheet yang telah disampaikan. Apakah keuangan kita sehat atau tidak? Langkah perbaikan apa yang sebaiknya segera diambil? Mana yang paling urgen diatasi?

Sesi tanya jawab mengenai topik keuangan. Disini konsultan akan menjelaskan pentingnya menindaklanjuti hasil diagnosa di point pertama tadi ke dalam penyusunan rencana keuangan yang komprehensif.

Saran saya, sebelum bertemu, sebaiknya pertanyaan dipersiapkan terlebih dahulu, agar proses konsultasi bisa berlangsung efisien. Maklum, membahas masalah keuangan dalam waktu satu jam terasa sangat singkat.

Biaya Jasa Perencana Keuangan
Dari berbicara dengan perencana keuangan dan pengalaman menggunakan jasa mereka, ini hal yang saya ketahui soal biayanya:
Untuk penyusunan rencana keuangan, biaya dihitung berdasarkan aset atau kekayaan Anda.  Makin besar asset, makin besar biayanya. Mungkin dengan asset yang makin besar, proses mengelola keuangan menjadi lebih kompleks. Misalnya, salah satu yang saya temui menetapkan sebagai berikut:

Biaya Rp 5.9 juta setahun untuk klien dengan asset < Rp 50 juta.

Biaya Rp 7.9 juta setahun untuk klien dengan asset  Rp 50 juta – Rp 250 juta.
Untuk konsultasi, biaya ditetapkan per jam. Biayanya sekitar rp 500 ribu per jam dengan perencana keuangan dan sekitar rp 750 ribu per jam dengan perencana keuangan senior. 

Biaya ini sudah termasuk financial check-up terhadap kondisi keuangan kita.
Untuk pelatihan, biaya bervariasi tergantung jenis topik yang diajarkan. Yang saya pernah lihat, pelatihan pembuatan rencana keuangan sekitar Rp 2.5 juta. Terdapat pelatihan tingkat dasar dan tingkat lanjut.

Dari pengalaman sendiri, dan melihat teman – teman yang berhasil ‘selamat’ dari bencana keuangan karena bantuan perencana keuangan, saran saya gunakan jasa ini sejak dini. Jangan karena simpanan masih kecil kemudian enggan menggunakan perencana keuangan karena yang paling penting sebenarnya adalah upaya mencapai keuangan yang sehat.

Sumber :
http://www.duwitmu.com

Related Posts